EOL - 016 ⚠️

167K 4.3K 442
                                    

Ada yang menetap dan ada yang pergi, begitupun dengan pembaca cerita ini. It's okay, gak papa. Moga kalian yang setia untuk menetap bisa baca cerita ini sampai tamat ya.

Siap baca sampai 100 part?

wkwk, canda. Tapi kalau mau, bolehlah. Mau gak?

Oh ya, ada sesuatu dibagian terakhir buat kamu, Cuy.

Tandain kalau nemu typo dan kalimat rancu lainnya ya.

********

Setibanya di apartement Maven, tanpa babibu lagi kedua sepasang kekasih itu segera membersihkan diri. Sivanya sudah mandi dan kini gadis dengan handuk yang masih melilit tubuhnya itu sedang duduk diranjang kasur Maven sembari memainkan ponselnya-menunggu laki-laki itu yang pergi terlebih dahulu untuk membelikannya baju.

Dress miliknya mana mungkin dipakai lagi, kan? Maka dari itu Maven pergi untuk membelikannya pakaian di pusat perbelanjaan yang tidak jauh dengan apartemen lelaki itu. Karena di lemari apartemen Maven tidak ada pakaian yang bisa Sivanya kenakan.

15 menit sebelum keduanya tiba diapartemen

"Yahhh sayang banget baju aku kotor" keluh Sivanya memperlihatkan dress miliknya pada Maven yang sudah sangat lusuh sebab mungkin terhimpit atau terinjak saat pertemuran mereka sebelumnya.

"Aku kayaknya ada bawa hoodie deh di bagasi belakang" ujar Maven, "Coba lihat, By. Ada nggak?"

Sivanya yang belum memakai pakaian itu beringsut dari duduknya untuk melihat hoodie yang Maven maksud.

"Yes, ada. Ven" ujarnya membawa hoodie hitam itu dan cepat memakainya sebab Maven sudah kembali lengkap dengan pakaian miliknya.

Hoodie Maven sangat kebesaran saat digunakan oleh Sivanya, tapi itu lebih baik ketimbang ia tidak memakai apapun.

Maka setelah itu keduanya beringsut kembali pada jok bagian depan tanpa membuka pintu samping mobil. Sivanya membenarkan letak kursinya dan Maven yang bersiap kembali mengemudikan mobil hitam kesayangannya.

"Ven..."Panggil Sivanya mengalihkan Maven dari fokusnya yang ingin kembali menyalakan mesin mobil. Maven mengikuti arah pandang Sivanya yang memperhatikan jok belakang mobil yang sangat kotor ulah keduanya.

"Ven...sebanyak-itu, ya?" tatapan Sivanya yang teralih dan menatap Maven dengan pandangan shock membuat Maven tertawa gemas dan mengusap acak surai gadis itu.

"Iya lah, banyak. Aven gituloh" ujarnya merasa bangga. Sivanya memberi satu pukulan dibahu laki-laki itu.

"Ish, nyebelin banget, gila. Tapi, Ven. Kayaknya kita gak bisa deh kalo pakai mobil ini buat ke kampus."

"Tenang aja, nanti sekalian mandi di apart. Aven ganti juga mobilnya," ujarnya yang kemudian bersiap memegang kemudi, "Jangan lupa sealt bealt dipakai, Nya."

Keduanya berlalu meninggalkan hutan kecil itu yang telah menjadi tempat singgah sementara keduanya untuk memadu hasrat didalam mobil yang panas.

Sivanya terhenyak saat sapuan halus terasa di pipinya. Gadis itu tadi sudah melamun, ia kembali mengingat kejadian panas beberapa menit lalu bersama Maven saat di dalam mobil.

"Ngelamunin apa, hm?" Aven menyapukan ibu jarinya pada pipi Sivanya yang polosan tanpa make up yang tentunya sudah luntur dari wajah gadis itu saat mandi tadi.

Sivanya mengangguk dengan tangan menengadah, "Mana baju gue?" pintanya kemudian.

Maven berkacak pinggang seraya mengatakan, "Eits, gue-gue mulu. Aku. Panggilnya aku, honey, ayo dicoba panggil diri kamu-aku, dulu. Jangan gue, gue-an lagi,"

Exchange Of Love (End) Where stories live. Discover now