13. Pantai

20 2 0
                                    

Happy Reading guys!!

🍁🍁🍁

Setelah kejadian yang menimpa dirinya. Papanya sangat menjaga ketat keamanan dirumah. Bahkan ia tak diperbolehkan keluar tanpa sepengetahuan Afan ataupun Atlas.

Saat ini ia sedang menggabut dirumah. Papanya sedang bekerja sedangkan Atlas juga pergi latihan basket bersama inti Sevtara. Ia ingin pergi keluar pun tidak diperbolehkan oleh Atlas.

Jadilah dirinya sekarang sedang melamun dikamar. Seketika dirinya teringat dengan perkataan pria itu yang menanyakan memori padanya. Ia masih bingung memori apa yang dia maksud.

"Kayaknya isi memori itu penting banget. Sampai segitunya dia ngancem gue," gumam Disya.

Disya mencoba mengingat apa dirinya pernah melakukan kesalahan atau mencuri barang orang lain tanpa sengaja?

Memejamkan matanya sesaat saat dirinya mengingat samar-samar saat Grian juga menanyakan hal yang sama tentang memori itu.

Membuka matanya spontan karena menyadari dirinya sedikit mengingat kejadian itu. Berarti benar dengan apa yang dikatakan Atlas jika memang terjadi sesuatu saat malam itu.

"Kenapa om juga cari memori itu?," gumam Disya bingung.

"Kenapa sih sama gue?! Kenapa ingatan gue jadi campur aduk gini," frustasi Disya.

"Apa ini ada hubungannya sama yang di Italia? Emang gue pernah kesana?," bingungnya.

Otak Disya berpikir keras mencoba mengingat hal-hal yang mungkin ia lupa. Rasa pusing mendera saat ia memaksakan untuk mengingat kejadian yang tak ia ingat.

"Akhh!," rintih Disya menggelengkan kepalanya.

"Kenapa sama gue? Selalu gini kalo gue paksain buat inget-inget," kesal Disya.

Sepertinya memang dirinya harus periksa kembali. Tapi waktu cek kesehatan dulu papanya tidak memberi tahu hasilnya. Ia baru ingat hal itu.

Bangkit dari duduknya dan merebahkan dirinya diranjang. Menatap langit-langit kamarnya kosong. Ia kesepian saat ini. Ia berencana pergi bersama ketiga sahabatnya tapi Atlas melarangnya tadi.

Bangkit dari rebahannya saat mendengar deru motor dibawah. Segera dirinya berjalan turun untuk menemui abangnya.

Ternyata Alvaro yang datang, ia kira abangnya karena suara motornya yang mirip.

"Kok kesini? Nggak jadi latihan?," tanya Disya.

Alvaro berjalan mendekat kearah Disya dan menuntunnya untuk duduk di sofa.

"Udah tadi. Cuma main satu babak terus udah," jelas Alvaro.

"Terus abang mana?,"

"Di basecamp sama yang lain,"

Alvaro merebahkan tubuhnya dengan meletakkan kepalanya kepangkuan Disya.

"Aku kesini niatan ngajak kamu jalan loh. Kok malah nanyain Atlas," sahut Alvaro menatap lembut gadisnya dari bawah.

Disya lantas menundukkan kepala spontan mendengar kata jalan.

Ladisya (Love Story)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz