1

380 16 2
                                    


Hari Senin yang cerah

Hari yang sebagian orang dibenci karena Senin adalah awal mengawali aktivitas seperti, bekerja atau sekolah. Tapi tidak dengan seseorang yang kini sudah siap dan rapi dengan seragam yang di kenakannya dan mematut diri di depan cermin sambil menggumam kan lagu dari speaker bluetooth nya.

Ya. Dia adalah Sean Aleandra Wijaya Anak ke-3 dari keluarga Wijaya, pengusaha textile yang terbilang cukup sukses di pasaran.

Ibunya pemilik florist, namun karena di tokonya sudah banyak pegawai jadilah dirinya tinggal dirumah saja, namun sesekali mengecek keadaan tokonya.

Kakak pertama nya sudah menikah dengan arsitek terpandang dan tinggal di Australia. Kakak kedua nya memiliki toko kue dan kedai ice cream gelato yang di gemari banyak orang.

Terakhir, si bontot yang masih berusia 15 tahun dan masih menengah pertama lebih memilih home schooling di banding mengambil sekolah umum. Alasannya, mager sosialisasi karena dia introvert.

Oke skip. Kembali ke Sean.

Sean yang sedang menikmati pagi indahnya tiba-tiba mendengar suara lemparan kerikil-kerikil kecil pada jendelanya. Awalnya Sean acuh, namun lama kelamaan lemparan itu berubah menjadi gedoran benda besar.

Sean yang jengah langsung berjalan cepat menuju jendela kamarnya, dan sudah Sean duga siapa pelakunya.

Pelakunya tidak lain tidak bukan adalah Bima Difachry Chivaree. Pemuda blasteran Thailand - bandung - Amerika

"SEAN!!!! LU KEBO APA BEGIMANA DAH?!"

Dengan malas, dirinya tak lupa membawa botol minum kosong untuk dilempar pada Bima

"Bima! Stop gedor-gedor, lempar kerikil jendela kamar gue! Gue udah siap emang nya elo!" Sungut Sean dengan bibirnya yang dimajukan yang membuat orang lain melihatnya gemas, tapi tidak dengan Bima. Mungkin.

"Anjir, gue kira lu masih tidur. Ya mana gue tau lu udah bangun. Hehe" bima dengan cengirannya tanpa dosa

"Yaudah yok ah turun. Lu udah sarapan belom? "

"Ya belom lah! Ini gue mau turun buat ngambil sarapan gue buat di bawa ke sekolah, soalnya lu rusuh!" Ujar Sean segera menyambar tasnya

"Gue tunggu di bawah yak! Gue bawa si Semok!" Teriaknya yang pasti terdengar oleh Sean dan dijawab acungan jempol padanya

Fyi, Semok ialah motor Bima model matic aerox yang di beli hasil jerih payahnya dari hadiah pertandingan basket.

Sean menuruni tangga dengan buru-buru mengundang perhatian di meja makan.

"Sean, jangan lari di tangga, nanti jatuh. Sarapan dulu sini " panggil ibunya lembut

"Maaf bunda, Sean udah di tunggu si Bima tuh di depan. Jadi sarapannya boleh di bekelin aja gak?" Pintanya dengan halus dengan muka memelas

Dengan senyum khas ibu, Ibunda Sean pun mengangguk dan membuatkan nya bekal tak lupa snack untuk makan siangnya.

Ayahnya hanya menggeleng kepalanya sambil terkekeh melihat anaknya "setidaknya kau meminum susu hangat mu dulu, biarin aja si Bima nungguin"

Dengan patuh, dirinya duduk sebentar hanya untuk meminum susu nya, namun ekor matanya melirik adiknya sedang menghafal rumus. Otak Jail sean pun berjalan dan langsung mengacau fokusnya dengan ocehan aneh di kupingnya membuat sang adik merenggut kesal dan memukul lengan sean

"Bunda! Kak sean jail!! Marahin! Hari ini aku ada test loh!"

Sean hanya tertawa puas melihat adiknya mencak mencak

Kakak keduanya pun tertawa melihat kedua adiknya dengan gemas karena yang satu jahil , yang satunya lagi aduan.

"Udahlah sean.. adiknya jangan di ganggu. Nih bekal punya kamu, titip buat Bima juga ya" Bundanya menghampiri nya dengan dua tas bekal beserta botol mineral

"Makasih Bundaa~ Sean berangkat sekarang ya. " Pamitnya pada kedua orangtuanya dan kakak nya, tak lupa mengacak-acak rambut adiknya yang kembali berteriak kesal sementara Sean tertawa senang.

Sean melihat Bima yang sudah menunggu di depan garasi miliknya. Dia menyerahkan bekal untuk Bima yang dibuatkan bunda nya, dengan senang hati Bima menerimanya

"Ya ampun, bunda Evelyn baik banget sih sama gue. Hngg.. serasa jadi anak bungsunya gue" ucapnya dibuat manja membuat Sean mual pura-pura muntah

"Heleh, biasanya juga Lo nyelonong masuk rumah gue trus nyomot isi kulkas beserta makanan di meja makan gue!"

"Hehehe... Iya sih, abis dapur sama kulkas lo kayak mini market. Komplit! Thank's ya Al"

Sean hanya berdehem kecil, lalu duduk di jok belakang motor Bima dan mengambil helm yang di serahkan Bima padanya

"Udah siap? Lu pegagan sama gue bawa motor agak ngebut! Udah siang nih" Kata Bima sambil membawa tangan Sean pada pinggangnya dan membuat kulit mereka saling bersentuhan membuat jantung Sean berdebar dan tersenyum tipis.

***

Sean dan Bima masuk pada halaman parkir khusus siswa.
Sean membuka helm nya dan memberikannya pada Bima,
"sumpah Bim. Lu suka cuciin helm lu kagak si?! Bau apek banget helm lo!"

Bima terkekeh mendengar omelan Sean
"Belum sempet, gue sibuk latihan basket pulang abis isya mulu gue"

"Ya kalo ga sempet, lu kasih ke laundry atau gue aja biar gue cuci! Rambut gue jadi lepek Bimaaaaaa" kesalnya dan langsung kena sentilan pelan pada dahi Sean

"Iya iya, ntar gue laundry abis pulang sekolah. Gitu doang lu lebay ah. Buruan ke kelas sebelum pak Lukas ngomelin lu"

Mereka bergegas masuk ke ruangan kelas masing-masing. Jika mereka satu sekolah, belum tentu mereka satu kelas juga bukan?
Sean memilih kelas MIPA sebagai jurusannya, sedangkan Bima tentunya memilih jurusan IPS karena menurut nya IPS gak itung-itungan dan otaknya males mikir. Tapi bukan berati Bima gak pinter loh.

Bima berpamitan pada sean setelah mengantarkan anak itu ke depan kelasnya dan tentu saja bukan hal aneh melakukan rutinitas mengantar atau menjemput sean di depan kelasnya. Teman-temannya pun tentu saja sudah biasa dengan pemandangan setiap hari itu.

Saat akan memasuki kelasnya, Bima melihat sobatnya berkumpul di bangkunya dan seperti melakukan pembicaraan serius

"Lu semua ngapain di bangku gue? Minggir pangeran mau duduk!" Usir nya pada Jovian, Devan, dan Nino

Mereka semua minggir dan mempersilahkan pemilik bangku tersebut namun tetap berada di sekitar bangku Bima.

"Bim, balik sekolah kita diajak tanding anak sebelah" Nino memulai pembicaraan

"Dalam rangka apaan?" Tanya bima sambil mengeluarkan ponselnya

"Mereka mau uji coba sebelum pertandingan class meeting nanti" Jovian menambahkan dan di angguki oleh Devan yang hanya menyimak sambil main game

Bima nampak sedikit berfikir sampai akhirnya mengiyakan ajakan pertandingan 'uji coba' sekolah sebelah.

Seolah faham dengan gesture Bima,

"oke deh kalo lu setuju, gue mau ngabarin anak-anak lain buat titik kumpulnya dimana" Kini sobat-sobatnya itu kembali pada bangku masing-masing lalu mulai pembelajaran pertama.



Tbc





You Belong With Me (Re-Publish)Where stories live. Discover now