22 (End)

167 14 1
                                    


Hari ini adalah hari dimana siswa siswi yang mengikuti pertukaran pelajar pulang dari Seoul. Tidak terasa memang, sudah 6 bulan berlalu.
Kini tepat di hari pembagian raport dan acara kenaikan kelas mereka pulang dan di sabut oleh kepala sekolah beserta jajaran guru.

Di gedung serbaguna milik sekolah GMM mereka menghias panggung dan mengadakan tampilan dari band sekolah dan tiap perwakilan kelas masing-masing.

Bima yang di tunjuk oleh Bu Nina, wali kelasnya untuk ikut memeriahkan acara dengan menampilkan suara emasnya dan kemampuan gitarnya. Awalnya Bima tak mau dan banyak protes, tapi karena dukungan dari ketiga sahabatnya dan mengiming-imingi akan merayu Gita dan Willy agar Sean membuka blokiran nomornya, akhirnya dia mau.

Tapi saat akan tampil, dia seperti tidak bersemangat dan beberapa kali menghembuskan nafasnya dengan malas.
Ketiga sahabatnya yang berada di sampingnya merasa jengah pada Bima akhirnya membuka suara,

"Yaelah Bim. Lo kek banyak beban banget ngehela nafas sebegitunya lu!" Ujar Devano

"Tau! Nanti lapisan ozon bumi makin menipis!" Timpal Nino yang sedang melihat ke atas panggung memastikan siapa selanjutnya yang tampil

"Bim, lu tau kan hari ini mereka yang ngikut student exchange pada balik hari ini? Siapa tau kan, Sean ngikut balik. Jadi Lu jangan nekuk muka lu yang udah kusut itu kek baju mak gue yang belum di setrika. Chill bro!" Jovan kini menenangkan

Fikiran Bima berkecamuk
Dia berfikir apakah Sean ikut pulang atau menetap disana sampai sekolah selesai?
Dia takut. Takut jika Sean nya tidak ikut pulang.

Dia berjanji, jika Sean pulang maka dia akan mengungkapkan perasaannya di depan seluruh siswa siswi yang berada di sekolah GMM. Dia juga tak peduli akan di soraki banyak orang dan di saksikan para guru dan kepala sekolah.
Yang ingin Bima mau sekarang adalah, Sean berada disini. Di tempat dirinya berada. Di Indonesia.

***

Sudah beberapa siswa sudah menampilkan bakatnya. Tinggal 3 peserta lagi, yang dimana salah satunya adalah Bima.
Namun acara di jeda sejenak karena para peserta pertukaran pelajar sudah sampai di sekolah, membuat kepala sekolah, guru dan orang tua murid yang anaknya mengikuti pertukaran pelajar ikut menyambut.

Satu persatu murid itu masuk ke dalam gedung, namun Bima tak menemukan Sean. Hatinya mulai gundah. Tapi dia melihat Tante Evelyn dan Om Wijaya ada di sana, it berarti Sean ikut pulang kan???

Setelah siswa terakhir masuk, Bima tak menemukan Sean. Hancur sudah harapannya. Dia terduduk lemas dan hampir menjatuhkan gitarnya jika tak di tangkap oleh Nino.

Ketiga sahabatnya menatap kasihan, lalu memberi ruang pada Bima yang terduduk lesu.

"Bim, kita beliin dulu lu camilan ya sebelum lu tampil" ucap Devan yang segera diangguki Bima

Ketiganya meninggalkan Bima sendirian di balik panggung. Dia tak mendengarkan sambutan dan pidato dari kepala sekolah, telinganya seolah tuli. Dia haya mendengarkan suara detak jantungnya dan helaan nafasnya.

"Gini rasanya ditinggal tanpa kepastian..."

10 menit berlalu, acara kembali berlanjut dan menampilkan sisa peserta yang tadi sempat terjeda. Dan kini giliran Bima yang naik ke atas panggung setelah meminum air yang diberikan oleh ketiga temannya, sempat berfikir rasanya aneh karena ada rasa-rasa seperti jahe dan menghangatkan tenggorokannya. Bima juga tidak berfikir aneh-aneh pada ketiga sahabatnya siapa yang membeli minuman itu.

Saat sudah berada di panggung, Bima menatap seluruh yang ada di hadapannya. Di sana juga ada Jane dan err- tunangannya, Bima masih berharap Sean berada disana meski itu tidak mungkin. Dia melirik Ibu nya yang berada di sudut jendela gedung dan memberikan nya semangat lewat gestur mulutnya, Bima pun mengangguk.

You Belong With Me (Re-Publish)Where stories live. Discover now