| 9 |

2.7K 81 0
                                    

✿︎✿︎✿︎

Cindy bangun dalam keadaan tersipu malu. Semalam, ia memiliki mimpi yang membuat seluruh tubuhnya panas, terutama di bawah sana. Tak heran, ia segera melepas pelukan Will dan berlari ke kamar mandi. Ia takkan sanggup berada di pelukan Will saat adegan dalam mimpinya berputar kembali di otaknya. Cindy bisa gila. Oke. Gila karena malu dan terangsang.

Melihat pantulan wajahnya di cermin, tak diragukan lagi, Cindy sangat terpengaruh. Pipinya bersemu merah. Matanya terlihat sayu. Ia segera menyiram mukanya dengan air agar cepat sadar.

"Cin, kamu kenapa?" Will sudah berdiri di ambang pintu kamar mandi dengan rambut acak-acakan yang justru terlihat seksi. Sepertinya Cindy sudah gila karena mulai berpikir ke arah yang tidak-tidak. Tapi sejak awal Will memang seksi. Cindy tidak bisa mengelak ketampanan Will yang di luar nalar. Mimpi semalam hanya menambah kacau otak Cindy hingga ia jadi salah tingkah dan wajahnya terasa panas.

"Kenapa kamu disini Will?"

"Cindy tidak menutup pintu."

Oops. Cindy lupa. Tidak ingin merasa lebih buruk lagi, ia segera berjalan ke arah Will, membuat pria itu berbalik dan mendorong Will keluar dari kamarnya.

"Will, keluar dulu, ya. Cindy mau mandi." Ucapnya beralasan.

"Tapi, Cin.."

"Udah, keluar dulu. Nanti Cindy ke kamar Will."

Setelah berhasil mengusir Will, ia segera berlari ke kamar mandi lagi. Kali ini ia mengunci pintu. Cindy segera melepas pakaian. Benar dugaannya, memar di tubuhnya semakin parah. Hari ini bahkan sudah sampai ke bagian kemaluan dan pahanya. Mimpinya jadi terkesan nyata.

Karena kemarin ia bertemu Henry lalu kasus menukar obat itu, Cindy lupa kalau ia harus segera menindaklanjuti memar dan lebam di tubuhnya.

Padahal Cindy sudah membersihkan kamar tiap hari. Bahkan tiap malam ia sudah mengganti seluruh sprei dan selimut. Tapi kenapa memar di tubuhnya malah semakin banyak?

Parahnya, lebam hanya muncul pada tubuh Cindy. Will tak memiliki keluhan apapun.

Ia harus ke dokter.

Setelah membersihkan diri, Cindy segera ke kamar Will untuk mengajak pria itu sarapan. Begitu sampai di meja makan, Cindy sangat bersyukur karena tidak ada tanda-tanda kehadiran Henry.

"Will, aku mau ke dokter."

"Will ikut!" Ucapnya semangat. Tingkahnya persis seperti anak kecil yang mau diajak jalan-jalan.

"Boleh, tapi izin Mr. Henry dulu."

"Gak usah. Will mau ketemu dokter Arnold."

Cindy lupa kalau hari ini jadwal Will berkonsultasi dengan dokter Arnold. Mimpi semalam sungguh mempengaruhi cara kerja otaknya. Bahkan sekarang ia kesulitan menatap mata Will.

"Oke kalau gitu."

✿︎✿︎✿︎

Ramaikan dengan vote dan komen, yuk!

Biar Scarlett semangat nulisnya.

Obsess Me, Idiot! [SELESAI]Where stories live. Discover now