Chapter 5 | Big Plan

1K 148 3
                                    

Chapter 5 | Big Plan

Beetween,

.

.

.


    Rencana kedatangan Miya untuk kembali ke Indonesia sudah sangat sempurna. Wanita itu kembali dari renungan panjangnya dengan begitu banyak amunisi dan kepercayaan diri yang baru. Miya merasa terlahir kembali menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya.

Jadi setelah mimpi serta luka lamanya sudah terkubur begitu dalam hingga ke palung Mariana.

Miya kembali membawa harapan dan mimpi baru yang cerah dan sudah cukup lama ia persiapkan selama 6 bulan terakhir ini.

Miya menepikan mobilnya, membuka kaca pintu mobil kemudian tersenyum pada Ganes yang menunggu wanita itu.

"Udah nunggu lama yah, Kak Nes?" Tanya Miya begitu wanita cantik itu mendudukan diri di dalam mobil Miya.

Setelah percakapan panjang lewat chat pesan semalam. Miya akhirnya mengetahui bahwa Ganes ternyata lebih tua setahun dari dan memutuskan untuk memanggil wanita itu dengan sebutan 'Kak'. Biar lebih mudah dan terasa akrabnya.

"Enggak kok, aku juga baru keluar. Tenang aja..." Ganes balas t7ersenyum sambil memakai seatbelt. "Jadi, ini kita langsung ke sekolah kan?" Tanya Ganes.

Miya mengangguk. "Aku udah buat janji juga sama Tante Ayna. Katanya hari ini Tante full di bakery sampai sore. Kak Ganes selesai rapat sampai jam berapa?" Miya menurunkan rem tangan, memutar stir kemudian mulai menjalankan kembali mobil dengan tenang.

"Kalau lancar sih paling sampai dzuhur, Mi. Kamu kalau udah selesai duluan pulang aja yah. Gak usah nunggu aku nanti malah kelamaan. Aku bisa pesen gojek atau grab. Jadi kamu santai aja..." kata Ganes tersenyum.

Miya terkekeh ringan. "Justru aku mau bilang kayaknya aku pulangnya agak sorean Kak, nanti kalau Kak Ganes udah selesai, main dulu aja di tempat bakery kalau gak capek. Nanti aku traktir kopi sama roti. Biar pulangnya bisa barengan lagi sama aku." Kata Miya membelokkan stirnya kini menuju daerah ramai deretan pertokoan.

"Eh? Bener sampai sore? Bukan karena nunggu aku ja--"

Kalimat Ganes terhenti, kedua wanita itu sempat sama-sama terlonjak saat mendengar nada dering yang masuk dari ponsel Miya yang tersambung dengan mobil.

Miya melirik, melihat nama kontak pemanggil yang tertera di layar dengan helaan nafas. Wanita itu menggeser ikon merah di layar head unit. Mencoba terusik karena dering ponselnya berikutnya yang kembali terdengar.

"Kenapa gak diangkat aja, Mi? Barangkali Mamah kamu mau ngomong penting." Kata Ganes setelah kedua kalinya Miya menolak panggilan.

"A-ah... apa karena ada aku, ya? Kalau enggak aku pakai earphone yah? Atau kita mau nepi dulu juga gak papa." Kata Ganes tidak ingin memberatkan.

"Ah gak papa kok Kak, nanti aku bisa telfon Mamah lagi. Aku memang belum ngabarin Mamah semenjak balik ke Indo. Kayaknya Mamah sekarang udah denger dari Papah." Jawab Miya tersenyum tipis. Menggeleng berusaha meyakinkan Ganes.

"Eh? Itu gedung sekolahnya bener kan?" Tunjuk Miya pada bangungan luas dan tinggi yang berpagar warna-warni kini mulai terlihat.

Ganes mengerjap. Kepalanya bergerak menoleh ke luar mobil dan melihat gedung sekolahnya kini sudah nampak.

NuragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang