Chapter 9 | Ledakan Bom Pertama

1K 156 13
                                    

Chapter 9 | Ledakan Bom Pertama



In the world of boys, he's a gentleman (Slut - Talor swift).

.

.

.



     Keputusan telah diambil. Miya menghembuskan nafas panjang setelah memarkirkan mobilnya di halaman parkir. Wanita canti itu berdiri di depan gedung hall room salah satu hotel milik keluarga Rhaendra.

Miya mulai menyesali keputusannya datang kesini. Hadir di tengah-tengah acara lamaran ini sepertinya jelas sesuatu yang salah. Menjadi sosok yang tidak diundang di antara keluarga Miya pada hari istimewa salah satu sepupu dari sisi Mamahnya.

Miya menarik nafas. Wanita itu berkali-kali menyebutkan mantra ajaib untuk menenangkan dirinya.

"Kamu sudah berdamai, Miya. Semua sudah jauh lebih baik sekarang."

Miya berusaha mengangkat kedua sudut bibirnya tersenyum manis, wanita itu sudah menyiapkan diri dengan mengenakkan dress hijau mint dan hijab senada sesuai dengan dress code acara malam ini. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ia akan baik-baik saja.

Inhale... exhale...

Miya merogoh tas kecilnya saat merasakan ponsel miliknya bergetar. Wanita itu segera melangkah memasuki loby begitu membaca bahwa sang Mamah sudah menunggu di dalam.

Miya melangkah dengan mantap.

"Miya!"

Suara nyaring dan familiar itu membuat Miya menoleh. Wanita itu sempat terkejut saat melihat sosok sang Ayah yang kemarin masih berada di Bali kini benar-benat hadir disisi sang Mamah.

Miya melebarkan mata, berjalan cepat menghampiri kedua orang yang menunggunya disana. Belum sempat Miya berbicara, Pria berumur 52 tahun ini sudah lebih dulu maju dan merengkuh wanita itu erat.

Miya tertegun, merasakan pelukan hangat sang ayah yang mencium puncak kepalanya berkali-kali tanpa kata.

"Princess-nya Papah..."

Miya menggigit bawah bibir kuat-kuat. Wanita itu sudah berjanji untuk tidak akan menitikan air matanya sebelum datang kemari. Terutama di hari istimewa ini.

"I miss you so much." Ungkap sang Papah di sela-sela pelukan mereka. Melepaskan segala kerinduan tertahan setelah 7 bulan perpisahan Miya yang menghilang dari semua orang.

Miya tersenyum. Membalas pelukan sang Papah sama eratnya. "I miss you too, Pah." Kata Miya dengan tenang.

Miya berangsur-angsur bisa kembali mengatur emosinya. Entah berapa lama keduanya berpelukan, sang Mamah akhirnya menyela memisahkan kedua orang itu.

"Kangennya dilanjut nanti dulu, acaranya sudah mau mulai." Tegur wanita anggun itu dengan potongan baju dengan warna mint senada.

Miya sempat terdiam sesaat. "Mah... udah aku bilang, ini bukan ide bagus--"

"Betul. Siapa yang bilang ini ide bagus?" Sahut sang Mamah cepat begitu Miya berbicara bermaksud untuk menolak.

Miya melembaskan bahunya. Begitu juga dengan sang Mamah disana yang mendenguskan nafas dengan berat.

"Sekedar informasi, kamu tau apa yang paling membuat Mamah kesal saat mendengar kamu kabur dari rumah karena video viral beberapa bulan lalu itu?" Tanya wanita itu tenang, kontras dengan sorot matanya yang menunjukan emosi kemarahan begitu jelas.

NuragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang