Runaway Princess | Part 45 - Downpour

495 97 54
                                    

Selamat membaca🤗

Dibaca pelan-pelan ya🤗

Part terpanjang 2000+ words

Cekidot😉

»»»

Sesuai alamat yang ditulisnya tadi saat di rumah, kini mereka sudah sampai di depan cafe milik Sylvia. Meski letaknya memang tidak terlalu jauh, tetap saja bagi Isabella kafe ini lumayan jauh. Mereka terpaksa menggunakan Scout Bouber---kendaraan roda dua milik Abraham atas ijin nenek Alisha. Well, karena lokasinya yang berada di gang kecil, sehingga sangat tidak memungkinkan bagi mobil untuk masuk.

Ternyata benar apa yang dikatakan nenek Alisha, begitu Isabella memasuki cafe milik Sylvia ini memang ramai pengunjung. Tempatnya unik dan aesthetic---khas anak muda jaman sekarang. Diluar tadi pintu masuknya dihiasi bunga pada bagian atap serta tiap sisi di jendela-jendelanya. Benar-benar menarik pengunjung.

"Apa kau kenal dengan pemilik kafe ini Bella?" tanya Frank di sampingnya. Pria itu semakin mengeratkan jaket yang menutupi badannya lantaran hawa dingin semakin menyergapnya.

"Tentu saja. Mana mungkin aku kemari kalau tidak kenal siapa pemiliknya Frank. Kau ini ada-ada saja," celetuk Isabella. Matanya sibuk berkelana mencari orang yang dia maksud itu.

Dari kejauhan, tepatnya di bar, seorang gadis dengan rambut diikat satu baru saja menyuguhkan kopi buatannya.

"Ini kopi anda tuan Jasper," sodornya. Kemudian gadis itu bersender di tepi meja bar seraya meletakkan sebelah tangannya di pinggang. "Astaga, sudah berapa kali kukatakan, tempat ini kurang cocok untuk orang tua sepertimu. Harusnya kau tetap di rumah bukan malah berkeliaran seperti anak muda."

Pria tua yang bernama Jasper itu tertawa menanggapi mulut pedas Sylvia yang sudah biasa. "Kau anak muda tapi tidak tahu caranya berbicara sopan terhadap yang lebih tua," komentarnya.

Sylvia---gadis itu membela diri. "Ini bukan tentang kesopanan tuan Jasper. Tapi itu karena peduli. Udara malam terlalu dingin untuk bapak-bapak tua sepertimu. Apa kau tidak peduli dengan kesehatanmu sendiri?" omel Sylvia. Mulutnya sedikit maju ke depan dan berdecih menatap Jasper.

"Setidaknya anda memakai mantel tebal saat keluar. Bukan memakai pakaian tipis."

Lagi-lagi Jasper tertawa. "Terimakasih karena sudah mengingatkanku, Sylvia. Maklum saja, umurku sudah tua," katanya sembari menyesap kopinya, membiarkan Sylvia yang terus berceloteh. Ekor mata Jasper tanoa sengaja melihat sosok yang dia kenali masuk ke dalam kafe.

"Bukankah itu menantu nyonya Magnus?" Sylvia mengikuti arah pandang Jasper. "Tapi siapa pria yang berada disampingnya?"

"What the heck!" umpat Sylvia bertepatan saat kedua matanya bersitatap dengan Isabella. "Bella kau benar-benar." Sambil mengoceh, Sylvia buru-buru melepas aepronnya lalu menghampiri Isabella yang berdiri---menunggu untuk dia sambut.

"Kenapa kau ada disini Bella? Dimana Leon ku? Setelah kubiarkan kau bersamanya, lalu ini balasanmu. Aku tidak percaya kau tega melakukan ini. Lalu siapa pria disebelahmu? Pacar barumu? Iya?" marah Sylvia menggebu-gebu. Benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilihatnya sekarang. Dulu mereka bersaing untuk mendapatkan Abraham. Tapi Sylvia terlanjur kalah karena dia tahu pria itu mencintai Isabella. Maka Sylvia memutuskan mundur saat itu juga, menyadari tidak ada ruang untuknya lagi. Dan membunuh perasaannya.

Frank yang menjadi korban tuduhan tersebut, kaget. Ia yang tidak tahu apa-apa menjadi objek makian karena Sylvia itu sama sekali tidak membiarkannya bicara. Gadis itu ternyata versi Isabella dua kali lipat lebih parah.

Runaway Princess [ PROSES PENERBITAN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang