6. Deep Talk

673 162 30
                                    


'Cause all I ever wanted was to be enough for you
And all I ever wanted was to be enough for you


***


"Kenapa ngehela nafas gitu?" tanya Bella pada Adimas yang sedang memejamkan matanya di meja kerja.

Ruang internship yang mereka huni cukup luas untuk menampung 10 meja kerja. Sebagai ketua pelaksana project pertengahan magang ini, Adimas berada di meja pojok yang terpisah dengan meja lainnya.

Hanya ada mereka berdua di sana. Tidak heran, karena Bella merupakan sekretaris project ini.

"Gapapa," jawab Adimas lemas sambil memerhatikan handphone-nya yang tadi ia letakan secara kasar.

Bella yang tadinya berada di mejanya, menarik kursi di sebelah Adimas. Ia tersenyum sambil menyodorkan kopi yang sudah setengah habis di meja.

"Enggak mungkin masalah kerjaan, soalnya udah selesai MoU sama vendour, tinggal printing konten doang. Konten interaktif juga lagi digarap sama anak-anak perlengkapan," ujar Bella. "Pasti gara-gara cewek lo."

Adimas melirik Bella yang kini tengah tersenyum. "Biasa lah, berantem-berantem kecil."

"Berantem kecil tapi suara lo ampe kedengeran di lorong."

Adimas menghela nafas. "Terus kenapa?"

"Engga, gue penasaran aja. Gue yakin, yang suka duluan pasti cewek lo dan yang nembak juga dia."

Adimas mengernyit bingung. "Kok lo tau?"

"Behaviour lo kayak kebanyakan cewek yang nuntut cowoknya tau, ngerasa aman karena cowoknya yang bakal effort. Ibaratnya lo yang suka, lo yang harus usaha."

Adimas sedikit tersinggung. "Gue enggak pernah mikir gitu."

Bella mengendikan bahu sambil membawa kopi yang tidak mau disentuh Adimas kemudian beranjak dari sana. "Ya gue kan cuman nebak."

"Pantesan lo jadi data analyst."

"Thanks for the compliment."

Adimas tersenyum kecil saat melihat Bella kembali ke meja kerjanya, mengerjakan beberapa proposal untuk sponsor acara ini. Pemuda itu mengalihkan matanya lagi ke handphone-nya yang sedang menyala karena ada notif masuk.

Setengah hatinya berharap itu Amanda, tetapi ternyata bukan. 

Ia gelisah. Sedikit terganggu dengan kata-kata Bella tadi, juga merasa bersalah dengan ucapannya yang kelewatan. 

Ia meraih handphone-nya lagi dan mencoba menelfon Amanda tapi tidak diangkat. Adimas mengirim beberapa chat, mengabari bahwa ia akan pergi ke kontrakan.

Adimas berdiri sambil memasukan barang-barangnya ke tas.

"Mo cabut?" tanya Bella.

"Iya, lo sendiri engga apa?" tanya Adimas yang sudah menggendong tasnya.

"Perhatian bener, enggak apa kok. Gih sana."

Adimas menepuk pundak Bella sebelum pergi. "Kabarin guek alau ada apa-apa."


***

Sementara di sisi lain, Bastian dan Amanda sedang berjalan menuju parkiran mall. Amanda mengenakan jaket yang tadi digunakan untuk menutup kepalanya.

Gadis itu sudah berhenti menangis bahkan make upnya sudah baik lagi. Tapi, tentu saja dalamnya tidak.

Bastian beberapa kali melirik Amanda, memastikan gadis tersebut tidak menangis lagi. Merasa kondisinya sudah baik, Bastian mengeluarkan handphone-nya untuk mengabari yang lain.

summer folkloreWhere stories live. Discover now