Prolog | Interlude | Perkenalan Tokoh

48.9K 1.7K 49
                                    

Prolog | Interlude | Perkenalan Tokoh


*

*

*

_________________________




    "Ulang tahun siapa?"

"Nenek suami gue, Nenek tertuanya keluarga Rhaendra."

Aluma duduk dibawah karpet, bersimpuh dihadapan Ganes yang mencolek jambu dengan sambal rujak sambil menahan kepedesan. Matanya tak bisa lepas dari layar TV di depan. Memandang sang idola Cilian Murphy kini sedang menjotos lawannya.

"Terus? Hubungannya sama gue?" Ganes melirik singkat Aluma tak minat. Sama sekali tidak peduli kemana arah pembicaraan ini.

"Dia ngajak lu ikut, Neees... lu mah gak mudeng-mudeng deh." komentar Vera, satu lagi orang yang sejak tadi diam-diam mendengarkan obrolan dua temannya itu sambil masak di dapur jadi menyahut gemas.

Ganes menoleh dengan delikan. "Ogaaaaah...." tolaknya mentah-mentah. "Semenjak gue temenan sama lo berdua. Nama-nama orang kaya di negara ini udah gak bersilau lagi di mata gue. Terutama keluarga suami lo." Tunjuk Ganes pada Aluma yang menepis jari telunjuknya.

"Di tempat kerja gue ketemu Rhaendra, atasan gue namanya Rhaendra, sampe murid dan ponakan gue aja belakang namanya juga Rhaendra. Curiga gue bentar lagi bakalan jadi anak adopsinya keluarga Rhaendra." Ganes bergidik antara geli dan capek sendiri. Menyindir salah satu sosok Rhaendra yang dimaksud yakni sang atasan Adnan, suami dari Aluma sahabatnya sendiri sejak mereka SMA.

"Sembarangan lo!" seru Aluma sampai melotot.

Aluma melengos panjang. "Ya abis gimana dong... lu tau sendiri gue gak ada temen selain lo bertiga. Vera nanti ada suaminya yang nemenin. Arka lagi di Surabaya. Gue masa sendirian? Adnan masih di Bangkok sampai lusa." kata Aluma sambil memperlihatkan wajah melasnya. Senjata paling ampuh untuk Ganes yang punya mulut ibu-ibu pasar tapi hatinya lebih lembut dari kue bolu.

"Emang lo sendirian gak bisa?" Ganes bertanya masih tak minat.

"Lu tau sendiri gimana aktifnya Jaiz kalau udah ketemu orang. Adnan junior itu kalau gak perintahnya keluar dari mulut gue, Adnan, atau elu gak akan mau denger. Besok gue sibuk bantu yang lain... gue janji setelah acara berakhir, apa yang lo mau gue turutin!" kata Aluma sampai membuat tanda bersumpah.

Ganes melengos panjang. Masih tak ingin karena besok adalah hari Sabtu berharganya, hari dimana ia bisa tidur seharian dan berangkat pilates pagi-pagi.

Aluma yang melihat tak ada tanda-tanda jawaban dari Ganes itu jadi melirik Vera. Memberikan kode pada wanita cantik yang malah asik makan rujak hasil tangkapannya tadi siang.

"Besok itu ulang tahun tetuanya keluarga Rhanedra. Semua yang dateng orang penting. Bau ATM semua Nes, lu gak mau cium bau duit?" kata Vera ikut merayu Ganes.

Ah, Fyi aja. Ganes ini selain jadi psikolog anak, dia diam-diam punya kemampuan spesial yakni bisa mencium bau-bau duit dan aset yang dimiliki seseorang. Penciumannya hampir tak pernah salah. Bahkan, Ganes lah orang pertama yang sadar bahwa suami Aluma itu salah satu orang paling kaya di negaranya. Katanya dari jauh suami Aluma itu sudah tercium bau-bau aroma nasabah BCA prioritas.

Vera mencolek lengan Ganes, mengulurkan piring berisi tteokboki hasil masakannya. "Barangkali ada Pangeran satu nyangkut Nes, itu tamu undangan gak ada yang latar belakangnya gak main-main. Cucu Rhaendra juga masih banyak yang available tuh."

Heart, Blueprint!Where stories live. Discover now