Veintiseis | Kotak Pandora (Part I)
Ganes memperbaiki letak hijab hitamnya, wanita itu juga memeriksa penampilannya sekali lagi sambil menunggu kedatangan kliennya. Ganes mencoba untuk memasang senyum terbaik, wanita cantik itu menarik kedua sudut bibirnya lebar begitu melihat pintu lift yang terbuka. Memunculkan dua sosok pria dengan balutan jas tuxedo hitam dengan seorang wanita yang mengenakkan gaun warna senada.
"Bu Ganes..." sapa pria tersebut dengan ramah. Menghampiri Ganes sambil menyatukan kedua tangannya bersalaman.
Ganes tersenyum, ikut menyapa Radit sambil melirik wanita yang tersenyum dengan manis berdiri di belakang Radit. Disebelahnya, pria yang Ganes beberapa kali sempat lihat itu bergerak dan berjalan lebih dulu, Sekretaris Pak Radit kelihatan sedang mengangkat telfon dari seseorang.
"Ah iya, benar... perkenalkan, ini teman saya Adya." Kata Radit mengambil inisiatif dan memperkenalkan wanita yang tersenyum dan mengulurkan tangan dengan sigap ke depan Ganes lebih dulu.
Ganes tersenyum mengangguk, "saya Ganes, suatu kehormatan bisa bertemu dengan Bu Adya. Pak Radit banyak bercerita tentang Ibu." Sambut Ganes dengan sigap dan balas menggenggam tangan wanita itu ramah.
Adya melirik Radit, "benarkah?" Sahutnya tak percaya. Senyuman anggun dibibirnya sama sekali tak luntur sejak tatapan pertama kali mereka bertemu.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Radit harusnya bercerita pada saya juga tentang temannya yang berkerja di bidang yang sama dengan saya. Suatu kehormatan juga berkenalan dengan Bu Ganes," kata Adya tersenyum lebar.
Kedua wanita itu saling bertukar senyum, saling merasakan kekaguman yang sama.
"Saya sangat senang saat mendengar Bu Adya juga salah satu orang yang diundang di acara yang tidak familiar bagi saya ini." Kata Ganes sambil mengangguk. "Pak Radit sering bercerita tentang Anda dan pekerjaan luar biasa yang Anda lakukan."
Radit, yang berdiri di antara mereka melirik pada Ganes, memberikan kode siratan malu-malu disana.
"Saya pikir kalian akan memiliki banyak hal untuk dibicarakan," katanya sambil tersenyum. Tatapan matanya sesekali tertuju pada Adya, lalu Ganes disana yang diam-diam mengulum bibir menahan gemas sambil mengepalkan tangan itu ingin sekali menjerit dengan Vera seperti saat keduanya menonton drama.
Ganes yang menyadari beberapa perubahan pada kliennya malam ini berseru kecil untuk semakin menghangatkan suasana.
Perannya malam ini sebagai mak comblang harus berhasil. Dua couple di depan matanya sudah saling memberikan lampu hijau satu sama lain.
"Benar sekali! Saya juga gak sabar mendengar lebih banyak tentang pengalaman, Bu Adya. Pak Radit bilang, Bu Adya sudah menjadi psikolog hampir 13 tahun, benar?" Tanya Ganes antusias.
Adya mengangkat alisnya tinggi, "benarkah? Saya bahkan tidak pernah menghitungnya." Balasnya sambil menoleh pada Radit, memberikan tatapan bertanya-tanya bagaimana pria itu bisa mengetahuinya.
Radit berdehem, "mungkin kita bisa jalan sambil mengobrol? Saya harus bertemu Raid dulu sebelum acara dimulai," kata Radit berjalan lebih dulu.
Ganes mengulum bibir menahan senyum lebarnya yang hampir tersungging. Wanita itu secara naluri bergerak dan berjalan lebih mendekat pada Adya, berjalan beriringan menuju hallroom tempat acara grand opening akan dilangsungkan.
"Apakah acaranya akan sangat ramai?" Tanya Adya berbisik pelan saat langkahnya mulai menyamai milik Ganes.
Ganes melirik, melihat samar garis kerutan yang perlahan muncul menandakan keresahan di wajah cantik wanita itu yang mencoba mempertahankan senyum di wajahnya.

YOU ARE READING
Heart, Blueprint!
RomanceGyuma itu bukan tipe laki-laki setia. Apalagi pria buta cinta. Bukan pula laki-laki idaman wanita yang jadi korban disney waktu masih muda. Tidak ada dalam list hidupnya yang namanya sebuah komitmen seperti pernikahan. Memikirkannya saja pun tidak p...