8. Bertemu lagi⚠️

7.4K 83 0
                                    

Seperti biasa Kiano memghabiskan malam minggunya di klab malam; berkumpul dan bersenang-senang dengan temannya sambil meminum alkohol. Suara musik yang diputar di ruangan itu membuat mereka menjadi bahagia dan bergerak mengikut rentak iramannya.

“Malam ini siapa lagi yang mau lu pake, wanita panggilan atau wanita acak?” ucap Toni sembari mendekatkan mulutnya di telinga Kiano.

Kiano berpikir sejenak sebelum membalas ucapan Toni. “Keknya malam ini gua libur dulu, deh, lagi gak ada semangat.”

Toni terkejut mendengar ucapan Kiano. “Tumben banget, biasa kalau gak tidur bareng wanita semalam aja kek kena sawan.” Pria itu terkekeh seolah-olah mengejek teman baiknya itu.

“Udah bosan kali,” ucap seorang pria seusia mereka. Dia mendekat sambil membawa botol alkohol.

Toni terkejut dengan kedatangan orang itu. namun, sepertinya ia mengenalnya dengan baik. “Louis? Hei apakabar lu!” tuturnya sambil menyambut dengan salam persahabatan mereka.

Louis membalas salam dari Toni lalu duduk di samping Kiano dan merangkulnya. “Baik, weh. Kalian aja yang gak pernah nanyain kabar gua.”

Kiano tersenyum di ujung bibirnya dan mulai berkata kepada Louis. “Kirain lu sibuk manggung, kan lu artis!” Seketika ia terkekeh saat mengatakan itu.

“Artis apaan? Flop begini,” balas Louis sambil membuka botol alkoholnya lalu meminumnya beberapa tegukan. “Btw, kalian ada kenalan yang punya kos-kosan gak?”tanyanya lagi. Namun, suara musik yang begitu kencang membuat para temannya sedikit tidak mendengarkan ucapan Louis.

Kiano mendekatkan telingannya ke mulut Louis. “Apaan, Bro. Gak denger!”

Louis menyaringkan suaranya menghadap Kiano. “Kos! Ada kos kosong gak?”

Kiano mengira bahwa perkataan Louis sangat penting, ternyata hanya bertanya kos kosong. “Anjing lu mah, nanya kos-kosan doang. Besok gua sharelock kosnya ae!” jawabnya dengan berteriak sambil menutup telinga.

Thanks, Bro!” Louis menepuk punggung Kiano sebelum berdiri kembali. “Joget, yuk!” ucapnya kepada semua temannya yang berada di situ.

Toni mengelengkan kepalanya menolak. “Kalian aja sana, gua mager banget buat gerakin tubuh!”

Kiano tidak fokus dengan ucapan temannya karena memandang seorang wanita dari kejauhan. Tubuh wanita itu sangat indah dan langsing; hingga timbul hasratnya untuk mendapatkan wanita itu malam ini, bahkan dia melupakan ucapannya tadi. “Bentar, ya, gaes!” ucapnya sambil menepuk-nepuk bahu Toni.

Toni terkekeh saat melihat Kiano berjalan ke arah seorang wanita. “Udah gua bilang, dia kalau enggak tidur semalam sama wanita, bakalan sawan!”

Louis menepuk bahu Toni sekali. “Seorang Kiano tobat? Tidak mungkin....”

“Lu yang bilang dia bosan tadi,” ucap Toni sambil memandang remeh Louis.

Louis menangkat alisnya sebelum membalas ucapan Toni. “Bosan bukan berarti berhenti selamanya, Bro,” balasnya sembari menatap Kiano dari jauh dengan senyuman ringan.

Kiano berjalan mendekati wanita itu dan bertingkah kalem, sesekali dia merapikan rambut dan memeriksa bau mulutnya. Tak lama kemudian, dia sampai di sana dan hanya berjarak beberapa cm saja dari wanita yang sedang menari dengan heboh. “Hai!” Kiano mulai menyapa wanita itu.

Wanita itu pun mengubah posisinya menghadap Kiano, dia menatap dengan fokus sambil menyipitkan mata. “Hai?”

Kiano terkejut ternyata itu adalah wanita yang kemarin berkata tidak mau bertemu dengannya lagi. “Aurillea?”

Aurillea yang sudah mabuk parah tidak mengenali Kiano, dia hanya tersenyum dengan gerakan tari yang sudah tidak jelas. “Kok kamu tahu nama aku, hm?”

Kiano mengedipkan matanya beberapa kali sekan-akan tidak percaya dengan orang yang sedang berada di hadapannya sekarang. Sosok Aurillea terlihat sangat berbeda di sini, terlihat lebih nakal dan bebas. “Ya, karena a-aku—” Sebelum pria itu menyelesaikan ucapannya Aurillea tiba-tiba terjatuh dan bersandar di dada Kiano.

Aurillea mulai merasa mual. Namun, dia cepat-cepat menutup mulutnya sembari menatap Kiano dengan tertawa kecil. “Hei, kamu tampan sekali. Bukan manusia ya? Dewa atau malaikat?” wanita itu mulai meracau.

Kiano tidak habis pikir dengan tingkah Aurillea, meskipun begitu dia tetap menahan tubuh wanita itu agar tidak terjatuh. “Lu juga cantik banget, gua bahkan gak bisa menahan diri. Maafkan gua, ya? Tapi— itu bukan salahku seratus persen gak sih?” ucap pria sembari tertawa kecil lalu merapikan rambut Aurillea yang mulai menutup wajahnya.

Aurillea berusaha membuka kedua matanya, tetapi tidak bisa karena sepertinya dia akan ambruk dalam beberapa menit lagi. “Ha? Kamu ngomong apa?”

Kiano terus mengelengkan kepalanya. “Pulang, gih!” Dia mendekatkan mulutnya ke telinga Aurillea agar mendengar ucapannya dengan jelas.

Aurillea mengeleng sebelum rasa mualnya datang kembali. “Aku ingin tidur di sini saja!” wanita itu mengangkat kedua tangannya lalu berteriak kencang.

Kiano berusaha menahan wanita itu; dengan memegang pinggangnya kuat lalu menatap wajah Aurillea dengan intens.  “Sumpah, ya? Gak pernah gua ketemu cewek seaneh elu!”

Aurillea terkekeh sekali lagi, sebelum dia benar-benar ambruk dipelukan Kiano.
Pria muda itu memutuskan untuk mengantar Aurillea pulang, tetapi dia tidak mengetahui alamat rumahnya. Setelah berpikir sangat lama, dia akan membawa Aurillea kembali ke tempat tinggalnya, daripada ada hal yang tidak diharapkan terjadi jika dia meninggalkan Aurillea di club, lebih baik dia melakukan itu; meskipun dia yakin akan ada ceramah jilid dua dari wanita cantik itu.

Kiano membopong Aurillea ke wilayah parkir dan memasukannya ke mobil itu dan menutup pintunya. setelah itu dia beralih ke arah sebelahnya dan masuk ke dalam mbil. Sebelum itu, Kiano membantu Aurillea untuk memakai sabuk pengaman, seketika dia menahan napas saat mencium bau alkohol yang sangat menyengat dari mulut dan tubuh wanita itu. “Gila lu ya, minum apa mandi?!”

Aurillea terus meracau di dalam mobil Kiano, dia duduk di samping Kiano yang sedang menyupir. “Kamu tahu kenapa aku mabuk berat?”

Kiano tersenyum di ujung bibirnya, dia bertanya, tetapi tetap fokus menatap ke depan.  “Kenapa emang?”

Aurillea menunjuk dirinya sendiri sebelum melanjutkan perkataannya. “Aku men-transfer terlalu banyak ke orang bengkel yang memperbaiki mobilku, awalnya... awalnya, aku ngirim lima juta eh ternyata lima puluh juta, Bro!”

“Udah gua duga, gak mungkin elu seloyal itu!” Kiano tertawa saat mendengar pernyataan jujur Aurillea. “Iya besok gua tranfer balik, udah gua bilang gak usah bayar juga!”

“Hei!” Aurillea tiba-tiba menunjuk ke arah Kiano dan telunjuknya menyentuh pipi pria itu. “Bukan elu yang harus ganti, tapi orang bengkel! Namanya— Kiano Ezekiel!”

Kiano terkekeh  sampai terbatuk-batuk. “Kebetulan nama gua juga Kiano,” ujarnya sembari melihat wajah Aurillea sekilas.

“Umm?” Wanita itu terdiam, tetapi tidak lama dia langsung ikut tertawa. “Meskipun nama kamu sama, semoga kamu tidak menjengkelkan seperti Kiano tukang bengkel itu, ya, Bro!”

Kiano sudah tidak mampu berkata-kata, dia menginjak pedal gas, lalu mobil itu melaju sangat kencang menuju ke arah jalan rumahnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
Kalau misal, nih. Gua update agak lama, gak secepat kemaren-kemaren maklumin aja, gua udah semester akhir mau ngurus proposal skripsi. Jadi, faham-faham ajelah ye. Makanya vote and komen biar semangat gua! 🐵🐵🐵

 LOVING ME, KIANO 21+ [END S1]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora