22. Ucapan terimakasih III⚠️

2.4K 40 0
                                    

Pihak rumah sakit menghubungi Aurillea karena kesehatan neneknya mulai menurun drastis dan harus dioperasi sekarang juga.

Kiano yang mendengar penjelasan dari panggilan telepon itu ikut panik dengan situasi yang serba mendadak itu. Ia mulai membangunkan Aurillea dan memberitahukan hal itu segera. "Aurillea, nenek lu harus dioperasi hari ini juga!"

Pada awalnya Aurillea tidak mau bangun karena merasa kepalanya sangat sakit, tetapi karena ada kalimat 'nenek' ia langsung bergegas bangun dan menatap Kiano dengan perasaan campur aduk. Ia meraih ponsel yang berada di tangan Kiano dan mendengar penjelasan pihak rumah sakit dengan lebih lanjut.

Ia langsung panik karena belum mendapatkan dana untuk operasi neneknya dengan perasaan campur aduk Aurillea mulai frustasi. "Astaga aku bahkan belum punya uang untuk itu!"

Kiano yang melihat Aurillea yang cemas secara berlebihan berupaya untuk memenangkannya. "Tenanglah, jangan panik, Aurillea!" Kiano meremas kedua belah pundak wanita itu sembari menatapnya dengan tatapan sendu.

Di dalam keadaan panik, Aurillea baru menyadari keberadaan Kiano dan bertambah panik lagi karena pria itu bisa masuk ke dalam rumahnya. "K-kamu ngapain di sini?!"

Kiano menepuk keningnya sendiri secara perlahan, sepatutnya ia sudah beranjak pergi meninggalkan rumah itu, tetapi karena panggilan mendadak dan rasa penasarannya membuat semua hal terlihat berantakan."Lu pasti bakalan ingat nanti, ayo kita ke rumah sakit dulu!"

Aurillea yang lebih memilih kepentingan neneknya tidak bisa berkata lebih banyak dan mengikuti arahan Kiano dengan pasrah.

Mereka segera pergi ke rumah sakit bersama-sama mengunakan mobil milik Aurillea dan tentunya Kiano yang menyetir karena wanita itu terlihat begitu cemas dengan tangan yang tidak berhenti gemetar.

Sesampainya di sana, Aurillea mencari perawat dan menanyakan keberadaan neneknya, ternyata neneknya sudah dimasukan ke UGD untuk diperiksa secara keberlanjutan.

Dokter yang merawat neneknya Aurillea mulai menghampirinya dan mengatakan operasi sesegara mungkin karena kesehatan nenek turun terus-menerus sejak dini hari. Namun, wanita itu tidak bisa mengetahui operasi karena terhambat dana.

Kiano yang mendengar itu ikut merasa iba, apalagi dia tidak tahan melihat Aurillea yang terlihat seperti manusia yang sudah kehilangan semangat hidupnya. "Saya akan membayar operasi nenek. Jadi, saya mohon percepat operasinya," tawar pria itu langsung ke dokter.

Aurillea yang menahan tangis; menutup mata dengan kedua tangannya langsung menoleh ke arah Kiano, perasaan tidak percaya sangat terlihat dari wajah wanita itu.

Kiano ikut menatap Aurillea yang sudah menangis, ia mengangguk sekali untuk meyakinkan Aurillea sebelum bertanya kembali kepada petugas dan dokter di sana. "Dimana saya akan membayar semuanya?

Mereka mempersilahkan Kiano untuk pergi ke ruangan administrasi meninggalkan Aurillea seorang diri di rumah sakit dengan wajah linglung.

Tak lama kemudian, operasi pun dimulai. Aurillea dengan perasaan cemas menunggu neneknya di ruang tunggu. Di sela-sela kepanikannya, terlintas ingatan tadi malam tentang semua yang terjadi di bar bahkan kronologi bagaimana Kiano bisa berada di dalam rumahnya.

Aurillea yang cemas itu terus memainkan jari-jemarinya dengan; napas yang tidak beraturan, mata sembab dan tidak memakai alas kaki.

Kiano memandang Aurillea dari kejauhan, dia menghilang sebentar karena membeli makanan serta alas kaki untuk Aurillea. Dengan tarikan napas panjang pria itu memberanikan diri untuk mendekat, dia sedikit takut jika suatu waktu wanita itu murka karena perbuatannya semalam.

 LOVING ME, KIANO 21+ [END S1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang