20. Ucapan terimakasih 🔞

3.5K 35 0
                                    

Kiano membantah perkataan Rico yang mengatakan tidak ada orang yang ia cari di dalam kamar tersebut. "Enggak, gua liat sendiri kalau Aurillea ada di dalam!"

Rico tidak mau kalah, dia masih menahan pintu agar Kiano tidak lolos masuk ke dalam kamarnya. "Anda siapa sebenarnya, mengapa langsung mencari Aurillea seperti ini?"

"Lu yang siapa?" Pemuda itu tidak akan menyerah sebelum ia melihat secara jelas wajah Aurillea.

"Saya pacarnya!" Rico bertindak tegas dan berusaha menutup pintu kamar tersebut dengan sekuat tenaga.

Kiano habis kesabaran, dia mendorong tubuh Rico dengan kuat dan pria itu berhasil terpental ke lantai. Kiano tidak menyia-yiakan kesempatan tersebut ia langsung masuk ke dalam kamar dan mendekati kasur di mana Aurillea sedang terbaring di sana. "Aurillea, bangun!" ucapnya sesaat menepuk pipi wanita itu secara perlahan dan memastikan kesadarannya.

Rico yang melihat itu langsung menarik kerah jaket Kiano dari belakang. "Lu sebenarnya siapa? Udah gua bilang Aurillea itu pacar gua, setan!" Pria itu mulai berkata tidak sopan.

"Sialan, apa yang lu lakuin ke Auri, hah?" Kiano merasa geram lalu berbalik arah menghadap Rico dan langsung menendang pria itu kembali dan akhirnya Rico kembali terpental ke lantai.

Kiano berbalik posisi kembali lalu berulang kali menyadarkan Aurillea yang sedang pingsan. "Aurillea, sadarlah?!"

Rico menyentuh bibirnya yang berdarah akibat tendangan Kiano yang begitu keras, meskipun begitu dia keukeh dengan pendiriannya."Udah gua bilang, Aurillea pacar gua!"

Kiano menarik napas panjang lalu menoleh sekilas ke arah Rico sebelum melanjutkan aktivitasnya menyadarkan Aurillea kembali, dia sangat berusaha keras melakukan itu. "Mana ada pria yang menaruh obat ke minuman pacarnya sendiri?!"

Ternyata Kiano sudah berada di bar sebelum Aurillea dan para karyawan lain datang ke sana dan melihat semua kejadian itu dengan matanya sendiri. "Gua gak tau pasti obat itu apa, tapi yang pasti lu tuh orang jahat!"

Rico yang mendengar itu terkejut, seketika bola matanya bergetar. Sial, bagaimana dia bisa tau, ujar pria itu membatin sejenak sebelum mencari pembelaan lain. "L-lalu kau siapa?"

"Gua?" Kiano ikut berpikir sejenak, dia juga tidak memiliki hubungan khusus dengan Aurillea. "Lu gak perlu tau, yang pasti gua gak sejahat lu!"

Aurillea mulai sedikit sadar, dia memegang jempol Kiano dengan erat sembari berkata lirih. "Panas, aku mau minum~"

Akhirnya Kiano bisa bernapas lega, Aurillea bisa tersadarkan olehnya. Namun, dia mulai curiga dengan obat yang diberikan oleh Rico kepada Aurillea; wanita itu terus mengeluh kepanasan.

Semantara Rico berusaha bangun dengan memegang pipinya yang berdarah. Dia masih tidak mau menyerah juga meskipun sudah dipukul oleh Kiano. "Bagaimana kalau kita gantian?" Hal mengejutkan mulai keluar dari mulut pria bangsat itu. "Kita sama-sama tidak memiliki hubungan khusus dengan Aurillea, tapi kita punya kesempatan."

Kiano yang masih berusaha menyadarkan Aurillea dari tadi semakin geram dengan perkataan Rico. "Maksud lu apaan, bangsat?" Pemuda itu turun dari kasur dan mendekati Rico dengan ekspresi penuh amarah.

Rico menunjuk ke arah Aurillea yang sudah tak berdaya. "Liat wanita itu, dia pingsan dan kita bisa fair to fair," tawar Rico memberikan sebuah opsi.

Kiano mulai meluncurkan pukulannya ke wajah Rico, dia tidak pernah semarah ini. "Bajingan banget cowo ini, gila!"

Rico meringgis kesakitan, tetapi dia hanya tertawa terbahak-bahak menghadapi Kiano yang sudah begitu marah padanya. "Tunggu aja nanti," ujarnya memberikan sebuah ancaman sebelum berlari keluar dari kamar tersebut.

Kiano kembali naik ke atas kasur dan mengecek Aurillea lagi, dia mengusap perlahan pipi merah wanita itu. "Apa lu bisa bangun?"

"Umhh!" Aurillea berulang kali berkedip menatap Kiano yang berusaha menyadarkannya, ia mulai mengapai kedua pipi pemuda itu dengan kedua tangan. "Si Ganteng," ujarnya singkat sembari tertawa kecil.

Kiano kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu di saat Aurillea sedang tipsy juga. Seperti mengalami de javu. "Astaga, lu mabok banget ini," ucap pemuda itu berusaha mengancingkan kemeja Aurillea kembali, ia bisa mencium aroma vodka yang khas mulai menusuk hidungnya.

Aurillea menepis tangan Kisno dengan cepat lalu membuka kembali kancing kemejanya. "Aku bilang panas~!"

Pemuda itu menghela napas berat; dia mengangkat kedua tangannya dan mengangguk beberapa kali, dia sudah merasa lelah menghadapi Aurillea. Sesaat Kiano ikut berbaring di  samping wanita itu. "Gua istirahat dulu, deh, ya, bentar."

Hal mengejutkan kembali terjadi, Aurillea mendadak bangun dan langsung duduk di atas perut Kiano sembari membuka kaitan bra-nya, ia terlihat lebih aneh lagi sekarang.

Kiano merasa tak sempat menarik napas dan beristirahat, dia terkejut lagi dengan tingkah Aurillea. Dengan memutar mata malas, pria muda itu mulai bertutur, "Udah gua duga, obat perangsang ini pasti akan bekerja."

Aurillea tampak seperti orang berbeda, dia bertingkah binal di hadapan Kiano, tangannya mulai mengerayangi dada bidang milik sang montir yang masih berlapiskan kaus hitam.

Kiano tertawa berbahak-bahak saat Aurillea menyentuh dadanya dengan jari, pria itu tidak memiliki mood untuk melakukan itu sekarang apalagi sudah trauma dimarahi habis-habisan oleh wanita itu. "Geli, sial!"

"Satu, dua, ti--ga!" Kiano menaruh tangannya di pinggul Aurillea dan langsung bangun menatap wanita yang sedang dipengaruhi obat perangsang itu. "Ayo, sekarang kita pulang, yeay!"

Aurillea semakin bertingkah, dia bergerak tidak nyaman di pangkuan Kiano, ia merasa aneh dengan benda pribadi miliknya; ia mulai mengalami horny. "Basah."

Karena satu kalimat singkat itu jantung Kiano berdetak kencang, dia tidak bisa mengatasi hal ini jika terus menerus dalam posisi seperti itu, pria itu berusaha menurunkan tubuh Aurillea dari pangkuannya. "Gimanapun juga, gua pria normal, Aurillea. Ini udah kejadian keberapa kali!"

Aurillea terduduk ke arah kasur samping Kiano duduk, wajahnya masih merah dengan mulut yang dibuat monyong seperti ikan kakap.

Kiano prustasi ia langsung menarik selimut dan menutup tubuh Aurillea uang sudah setengah telanjang, dia tidak tahu caranya untuk menyadarkan Aurillea pada saat ini, minimal ia bisa membedakan baik dan benar itu saja sudah bagus.

Kiano sebenarnya sudah mulai terangsang sejak Aurillea mulai duduk di atas tubuhnya, tetapi disebabkan berusaha waras untuk saat ini. "Boston, jangan bangun dulu!"

Aurillea ikut menatap ke arah yang sama. Dia tertawa kecil, dengan cepat wanita itu memegang milik pribadi Kiano yang masih dilapisi celana. "Aku ingin ini," tuturnya dengan suara lembut dan parau.

Wajah Kiano berubah datar, dia tidak mengerti lagi apa yang terjadi malam ini, dengan gerakan cepat pria itu menarik tubuh Aurillea dan membuat dirinya di atas wanita itu. "Jangan menyesal, ya?"

.
.
.
.
.
.
Malam jumat ternyata, lupa author, pantes sagne🐊

 LOVING ME, KIANO 21+ [END S1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang