Gadis Vampir

14 5 0
                                    

Puri duduk diam di dalam mobil yang akan mengangkut mereka ke balai pertemuan, tempat dimana pesta makan malam akan dilaksanakan. Jalanan kota tampak ramai, ada beberapa spanduk besar terpasang di beberapa tempat. Spanduk yang berisikan informasi pertandingan yang akan segera terlaksana. Beberapa orang tampak berjalan di trotoar, saling bicara satu sama lain dalam kegembiraan menyambut hari besar yang akan terjadi sebentar lagi. Puri melirik randu yang sedang duduk disamping pengemudi, ia tampak bersinar dengan tuxedo putih lengkap dengan jam tangan barunya. Rambutnya tampak klimis dan wangi parfum randu begitu menyengat, benua beberapa kali menyindir aroma parfum pelatih mereka itu.

“Kenapa kita naik mobil?” Kepala jiwa muncul dari belakang, nafasnya menggelitik tengkuk puri menimbulkan efek geli di perutnya.

“Balai pertemuan berada diujung selatan kota. Butuh waktu satu jam untuk sampai ke sana dengan kendaraan.” Randu mengecek kembali catatan kecil di tangannya, membaca benda itu tanpa melirik sedikitpun ke belakang.

“Lalu berapa lama lagi kita akan sampai?” virgo melirik jalanan kota, menatap satu persatu toko yang sudah hampir tutup. Beberapa etalase toko sudah tertutup sempurna dan papan bertuliskan close menggantung di pintu.

“Sudah hampir tiba, dengar” randu memiringkan tubuhnya, menatap satu persatu anak didiknya, “jika ada tamu undangan yang mengajak kalian berdansa, terima ajakan itu. Puji mereka dengan baik, dengan begitu kalian akan mendapatkan penopang di arena nanti. Dan kau puri, bisakah kau tersenyum sedikit saja dan goda para pria disana, tarik minat mereka,  dan buat mereka tertarik padamu.”

“Aku tidak akan melakukan hal rendah itu.” Berseru cepat, puri menatap nyalang randu. Tangannya terkepal kuat hingga kukunya memutih. Apakah tidak cukup bagi randu dengan menjadikan puri sebagai pembunuh, dan sekarang dengan tidak tahu dirinya randu meminta puri berlakon seperti jalang.

“Dia tidak boleh!” Randu mengangkat alisnya, menatap heran ke arah jiwa yang terlihat kesal.

“Apa masalahmu?” jiwa gelagapan, matanya tampak nanar dan pipinya sedikit memerah saat sadar semua orang tengah memandangnya.

“Maksudku tidak baik membuat seorang gadis merendah di depan pria seperti itu,” lava melirik adiknya, jiwa diam saja ia melirik ke sana kemari berusaha sebisa mungkin menghindari tatapan semua orang.

“Tapi dia tetap harus melakukannya!” Kekeh randu, saat ini tubuhnya sudah hampir menghadap ke belakang.

“Aku tidak akan melakukan hal konyol itu,” jiwa berseru senang dalam hatinya, ia mengangguk kecil dan hal itu disadari oleh lava, “aku punya cara sendiri untuk menarik perhatian laki-laki.”

Mobil berhenti tepat di depan gedung besar bertingkat dua. Ada banyak penjaga dan wartawan disana, kilauan dari kamera mengarah ke arah mobil saat mereka tiba. Randu kembali memandang anak didiknya, sekali lagi menasihati sebelum mereka semua turun dari mobil.

“Terserah apa mau kalian, tapi dengar tamu-tamu disana adalah orang kaya. Kalian butuh uang mereka, lakukan apapun untuk membuat mereka jatuh hati. Ah ya, aku akan turun lebih dulu.” Randu meminta sopir untuk membuka kunci mobil, bunyi klik terdengar dan randu keluar dengan gaya yang angkuh. Pria itu menarik ujung lengan bajunya, memerintahkan yang lain untuk segera turun. Benua turun lebih dulu, bunyi kamera beradu cepat, saling bersaing satu sama lain. Puri menjadi yang terakhir turun dari mobil, gadis itu memandang keluar dan mengambil nafas panjang. Ia mengatur ekspresi wajahnya, memasang senyum termanis yang ia punya. Kakinya turun lebih dulu, semua kamera langsung mengarah padanya, gaunnya tampak semakin berkilau. Puri mengangkat tangannya, menyapa para wartawan yang sudah berbaris rapi diluar garis pembatas. Gadis itu membungkuk kecil, berjalan mendekati virgo dan memegang lengan pria itu. Randu bersorak dalam hati, dia tidak menyangka jika puri bisa semahir itu memainkan perannya. Mereka berjalan berpasangan dengan randu memimpin di depan, langkah mereka meniti di atas karpet merah. Darah virgo berdesir, ia takjub dengan kepiawaian puri berlakon. Setelah berhasil melewati penjaga, puri melepas senyumnya. Ia berjalan dengan tenang disamping virgo.

Game Over Where stories live. Discover now