Kenangan Mahasiswa 3

332 14 0
                                    

Kami pun segera turun dari lori dan menuju ke celah pokok yang terdapat di bahu jalan itu. Abang Kal tidak cuba memasukkan kembali batangnya ke dalam boxer. Dengan selambanya dia menarikku ke arahnya sambil menggentel putingku. Kemudian mulut kami saling berpagutan dan lidah kami saling menerokai milik sang lawan. Abang Kal melepaskan mulutku.

"Lama betul si Ben ni," bebel abang kal. Kemudian aku lihat Ben muncul tidak jauh dari tempat kami, dia hanya memakai seluar dalam biru tua yang terlihat koyak di tepi dan membawa kain pelikat.

"Cepatlah Kal, aku pun nak bayar bil air ni," gesanya sambil garu selangkangnya.

"Sabar Ben,"jawab abang Kal.

Ben kemudian menghamparkan kain itu di atas rumput dan aku mulai menelanjangi diriku. Dengan tinggi 170 cm dan berat 52Kg, aku rasa diriku macam papan sahaja bila berada dengan abe-abe sado itu.

Sekarang aku berbaring terlentang di atas kain dan kutarik batang berurat abang kal serta kembali menggulumnya. Kemudian Ben datang dan turut menyodorkan batangnya juga.

Aku isap silih berganti dan sesekali aku turunkan kepalaku dan turut menggulum telur mereka.

Batang Ben yang agak gemuk terasa tidak muat di mulutku.

Seperti abang Kal batang Ben juga tak disunat. Aku tarik kulupnya lalu aku tarik ke belakang. Perlahan-lahan aku masukkan kepala batang abang Kal ke dalam kulup Ben yang panjang dan berhasil. Mereka mengerang bersamaan, lalu kedua kontol yang sudah menyatu itu aku lancapkan dan kujilat dari kiri ke kanan,sekali imbas rupanya sama seperti ketika aku makan jagung bakar. Mereka berdua terus mengerang enak dengan servisku, dan ketika aku tarik batang abang Kal, kelihatan keduanya sudah cukup basah. Tak pasti mani siapa.

Aku lihat batang Ben masih keras.

"Masukla kat sini," pintaku kepada Ben sambil menunjuk lubangku.

"Kat mana?" tanyanya kebingungan.

"Di lubang belakang ni lah,"ujarku.

"Nanti sakit,"jawabnya keraguan.

"Ah sudah Ben, kau layan sajalah, dia pasti sudah biasa,"kata abang Kal yang kuiyakan dengan satu anggukan.

Ben kemudian berdiri dan berjalan ke arah belakangku yang sudah dalam posisi menungging. Aku lihat dia meludah tangannya lalu ludah itu disapu ke kepala kontolnya. Lepas tu, dia meletakkan hujung kepala batangnya tepat di lubangku. Abang Kal memerhatikan apa yang Ben lakukan, sementara tangan kananku terus melancap batangnya. Ben menekan batangnya dan aku merasakan lubangku terkuak perlahan-lahan. Agak susah juga sebab batang Beni memang gemuk, tapi dia tidak mudah menyerah meski sudah berpeluh sakan.

"Gila sempitnya lubang hang," ujarnya.

Kali ini dia menekan agak kuat dan aku berusaha serileks mungkin menghadapinya. Sedikit demi sedikit kepala batangnya mulai masuk seiring dengan rasa sakit yang juga mulai kurasakan.

Bless.. Tiba-tiba kepala batang itu berjaya masuk, dan aku mendesah kuat sebab rasanya cukup pedih. Kurasa Ben tidak pengalaman dengan laki-laki sehingga dia pikir lubang aku ni sama saja dengan pepek pelacur yang pernah dientotnya. Dia terus membenamkan batangnya dan aku mengerang-erang sampai akhirnya seluruh batang kontol dia masuk sepenuhnya.  Suasana redup dan berangin pada petang itu terasa mendukung penyatuan jiwa kami.

Aku mula menghelakan nafas lega dan Ben mulai menghenjut lubangku. Akhirnya aku yang sudah terbiasa juga mulai mengimbangi gerakannya dan menggoyang pinggulku.

Meskipun tubuhku bergoyang-goyang akibat hentakan padu batang Ben di belakang, aku tetap tak lupa akan abang Kal. Aku menjilat batang abang Kal dan lidahku bermain di sekitar lubang kencingnya. Aku nak mereka ketagih dengan layananku.

Sekarang seluruh batang abang Kal sudah tenggelam dalam mulutku.  Terkadang aku sedikit tersedak juga saat abang Kal dengan cepat membenamkan seluruh batangnya di mulutku dan hidungku juga terasa geli kerana bulu batangnya yang baru tumbuh bergesel dengan kulit mukamu. Bang Kal tetap menekan kepalaku agak lama baru dilepaskannya lagi.

"Fuckla lagi dalam.. argghh.. enakk.. shh .. ahh," ujarku. Masa ku aku sudah tidak peduli dengan keadaan kami yang berada di outdoor.

Ben semakin bersemangat, dia semakin mempercepat goyangan pinggulnya dan batangnya dengan liar berleluasa di seluruh pelusuk lubnagku sampai biji-biji batangnya terasa menampar-nampar paha belakangku. Seluruh batang kontol Ben terus tenggelam dan dia tidak terus menariknya. Pinggulnya diputar-putar sehingga menimbulkan rasa ngilu yang sangat nikmat di lubangku, apalagi bulu batangnya yang baru tumbuh sedikit juga terasa menggaru kulit pantatku. Malahan Ben terus menarik batangnya keluar masuk dan berteriak-teriak keenakan..

"Argghh.. setan kau.. setan kau.. enakk.. argghh.." racaunya.

Aku merasakan desah nafas yang semakin berat dari abang Kal, dan aku bimbang dia akan keluar sebelum sempat mengentot lubangku, jadi aku keluarkan kontolnya dari mulutku.

"Jangan keluar dulu, fuck dulu lubangku," rayuku bersungguh ke abang Kal. Abang Kal mengangguk dan dia memerhatikan Ben yang masih mengentotku.

"Jangan keluar di dalam ya, keluarkan di mulut je, aku nak rasa protein segar," ujarku.

"Lepas aja Ben, biar aku pula entot dia, kau keluarin saja air kau di mulutnya," ujar abang Kal.

Sejenak, kurasakan sangat lubangku kosong saat Ben mula menarik keluar batangnya.

Masa itu aku hanya berbaring telentang dengan batangku mengacung tegang sekali seperti KL tower. Aku mula mengangkang pahaku lebar-lebar, lalu aku minta abang Kal dengan posisi yang sama untuk mengentotku.

Kami sama-sama telentang dan sebab lobangku sudah terbuka lebar oleh batang Ben, lalu dengan mudah batang abang Kal masuk. Tidak banyak gerakan yang dapat dilakukan dengan posisi ini. Kedua kaki abang Kal berada disamping bahuku dan abang Kal menghunjam-hujamkan kontolnya dengan sesekali memutar pinggulnya, enak sekali.

Kini giliran Ben pula memakai khidmat mulutku. Dia terus mengangkang di mukaku dan tubuhku lalu dia masukkan batang segemnya ke mulutku. Aku hisap sambil tangan kiriku melancap batangku sendiri. Ben terus menerus mengentot mulutku yang menjadi sedikit penat sebab terbuka begitu lebar, lantaran batang Ben begitu besar. Belum lagi abang Kal semakin garang di bawah. Aku tahan lagi.. Aku mengerang dan peluh jantan membasahi badan kami bertiga.

Aku sudah tidak mampu menahan ejakulasiku.

Lalu croott.. crott.. crott.. crott.. Berkali-kali maniku keluar dan entah mendarat di mana, aku menggelepar seperti ikan kehabisan nafas, nikmatnya tiada tara.

Bersamaan dengan itu, pancutan itu membuatku tak sengaja mengemut kubangku lalu dapat ku rasakan henjutan abang Kal makin liar. Dengan satu henjutan padu, dia membenamkan seluruh batangnya dan aku sedikit terkejut saat tiba-tiba maninya terasa menyemprot langsung ke dalam lubangku. Ben juga turut terangsang kuat dan dia terus pancut di dalam mulutku. Aku terasa menelan airnya. Sebahagiannya meleleh di tepi bibirku akibat terlalu banyak.

"Sini abang, bak sini batangnya, aku nak tolong cuci batang abang pula," ujarku kepada abang Kal. Dia terus mencabut batangnya dan berjalan ke arahku. Terus aku sambar batang itu dan aku jilat habis.

Selepas itu, kami semua terbaring bogel bertiga di kain yang sememangnya tidak muat untuk kami bertiga. Setelah mengelap sisa-sisa pejuh, kami berlari ke arah lori. Aku rasa gembira kerana menjaya menundukkan seorang teruna dan seorang lagi biseks hari ini. Kami terus berangkat ke Penang.  Abang Kal hanya membiarkan aku tidur di sebelah kerusi penumpang. Ben pula mengikuti lori kami dari arah belakang.

Wahai, Penang, kami mau mai dah.

Naluri IIWhere stories live. Discover now