Part 45

18.8K 1.4K 196
                                    

Baru saja menikmati waktu seharian, Gus Haidar telah mendapat telepon dari asistennya jika ada hal penting yang harus ia urus di Jombang.

Dengan berat hati, ia harus pamit besok pagi kembali ke Jombang lagi.

Ning Adiba menerima berat hati. Ia sadar sepenuhnya jika tanggung jawab suaminya sangat besar di sana. Ia juga bersyukur bisa bertemu dan bersama sang suami meskipun hanya seharian.

Apa aku kasih hak Mas Haidar sekarang aja?

Ning Adiba berfikir keras tentang keputusannya yang ingin memberikan hak Gus Haidar malam ini.

"Jangan ngelamun! Nanti kesambet bahaya Lo," ucap Gus Haidar dari samping Ning Adiba.

Ning Adiba menoleh ke samping dan menatap wajah tampan suaminya. "Mas," panggilnya.

"Kenapa? Hm?" Sahut Gus Haidar.

Ning Adiba tidak lekas menjawab. Jantungnya berdebar hebat. Ia menginginkan malam pengantin mereka terlaksana agar pernikahan mereka menjadi sempurna namun ia sangat grogi dan takut.

"Hei? Kenapa sih?" Kata Gus Haidar penasaran.

"Aku_" kata Ning Adiba menggantungkan ucapannya.

"Sampaikan aja Ning sebelum besok aku tinggal lagi," sahut Gus Haidar.

"Mas mau_" kata Ning Adiba menggantungkan ucapan lagi.

Gus Haidar setia menantikan ucapan Ning Adiba dengan dahi berkerut.

"Oh ya, aku lupa di suruh ngambil jahitan," ucap Ning Adiba mengingat sesuatu.

"Jahitan?" Sahut Gus Haidar.

"Iya, jadi tadi Mbak Nana minta tolong  ambilin jahitan di Bu Nur soalnya Mbak Nana lagi katanya nggak boleh keluar sama Mas Albi," kata Ning Adiba menjelaskan.

"Oh, ya udah silahkan. Amanah harus di segerakan," sahut Gus Haidar.

"Mas nggak masalah?"

"Enggak. Asal kamu jangan ngelirik anaknya Bu Nur," pesan Gus Haidar.

"Siapa anak Bu Nur? Tito?" Ujar Ning Adiba dan langsung di angguki oleh Gus Haidar.

"Tito kan masih bocah Mas. Masih kelas tiga SD," kata Ning Adiba.

"Dia laki-laki atau perempuan?" Tanya Gus Haidar.

"Laki-laki," jawab Ning Adiba.

"Tuh kan, dia itu laki-laki yang bukan mahrom kamu," kata Gus Haidar.

"Tapi kan masih bocah Mas, masa cemburu sama bocah sih?"

"Bukan masalah cemburu tapi masalah ketaatan kamu sama suami."

Ning Adiba tersenyum tipis. "Oke, suami," ucapnya.

👶👶👶👶👶👶

Ning Adiba segera berjalan ke rumah Bu Nur, tukang jahit yang rumahnya tak berjarak jauh dari kediaman Ning Adiba.

Ning Adiba benar-benar hanya mengambil jahitan dan langsung pulang ke rumah Nana memberikan jahitannya pada Nana.

"Makasih ya dek. Maaf ngerepotin," kata Nana tak enak hati.

"Nggak papa Mbak. Lagian selama ini aku yang sering repotin Mbak Nana, sekarang gantian dong," sahut Ning Adiba.

Nana terkekeh pelan. Auranya terlihat lebih segar dan ceria. Gurat wajahnya terlihat sangat gembira.

"Mbak kenapa nggak boleh keluar Mas Albi? Lagi bertengkar ya?" Tanya Ning Adiba.

Nana tertawa kecil kemudian berkata "Kelihatannya dari wajah Mbak, Mbak lagi sedih atau kesal nggak?"

Partner Syurga (TERBIT)Where stories live. Discover now