Part 51

23.6K 1.5K 316
                                    

Gus Haidar membuka mata perlahan. Ia menoleh ke samping dan terlihat Ning Adiba tengah memejamkan mata dengan rambut panjang berantakan yang tidak mengurangi aura cantiknya.

Tangan Gus Haidar menyibak rambut Ning Adiba sembari tersenyum menatapnya. "Cantik," pujinya.

Tak berapa lama, Ning Adiba menggeliat karena sentuhan Gus Haidar. Ia membuka mata perlahan dan menoleh ke arah Gus Haidar yang menatapnya sembari tersenyum.

Melihat Gus Haidar yang fokus menatapnya sembari tersenyum lebar membuat Ning Adiba membalas senyumnya.

Gus Haidar membelai pipi Ning Adiba lembut. "Makasih," ucapnya lirih.

Blush.

Mendengar ucapan terimakasih sang suami membuat kedua pipi Ning Adiba merah merona seketika. Ia menarik selimut dan menutupi wajahnya karena malu.

"Kenapa?" Tanya Gus Haidar melihat tingkah salting sang istri.

"Mas jangan gitu," sahut Ning Adiba dari dalam selimut.

"Gitu gimana? Aku cuma bilang makasih kan?" Ujar Gus Haidar santai.

"Karena itu, aku kan jadi malu," ucap Ning Adiba.

Gus Haidar tertawa kecil mendengar ucapan menggemaskan istrinya. "Malu kenapa? Hm?" Ucapnya menggoda.

"Keinget kejadian tadi ya?" Kata Gus Haidar semakin menjadi-jadi.

"Maaasss," pekik Ning Adiba.

"Makanya buka selimutnya. Aku pengen lihat wajah cantik istriku," ucap Gus Haidar.

"Nggak mau Mas. Aku malu, rambutku berantakan," alibi Ning Adiba.

"Lah, itu malah mempesona," sahut Gus Haidar tidak keberatan.

"Iiih Mas," rengek Ning Adiba

"Keluar dari selimut atau aku yang masuk selimut?" Ujar Gus Haidar mengancam.

👶👶👶👶👶👶

Gus Haidar baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Aura ketampanannya membuat Ning Adiba terlena seketika.

"Kita sholat jamaah di sini, kamu kuat nggak?" Tanya Gus Haidar.

Ning Adiba mengerutkan dahi. "Kenapa nggak kuat?" Tanyanya bingung.

"Siapa tahu masih sakit," jawab Gus Haidar blak-blakkan.

Blush.

Ning Adiba kembali di buat tersipu. Entah mengapa ia merasa sangat malu mengingat momen itu.

"Insyaallah masih bisa sholat Mas," ucap Ning Adiba kemudian beranjak bangun.

Ia terlihat sedikit memejam menahan rasa nyeri di area bawah. Ia menggigit bibir bawahnya dan berusaha tidak mengerang di hadapan Gus Haidar.

Gus Haidar memperhatikan gaya berjalan Ning Adiba yang terlihat kesusahan.

"Aku bantu?" Kata Gus Haidar menawarkan.

"Nggak usah Mas," tolak Ning Adiba.

Gus Haidar mengangguk patuh. Tak berniat memaksa karena ia berniat membersihkan ranjang.

Beberapa saat kemudian, Ning Adiba telah selesai mandi dan berwudhu. Ia segera memakai mukena dan menunaikan sholat tahajud bersama Gus Haidar.

Selesai sholat, mereka melanjutkan dengan dzikir bersama dengan khusyuk. Keduanya sama-sama memanjatkan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan begitu besar nikmat pada mereka.

Selanjutnya, Ning Adiba dan Gus Haidar sama-sama muroja'ah Al-Qur'an masing-masing. Sesekali Gus Haidar meminta Ning Adiba menyimak hafalannya begitu juga sebaliknya.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang