11

3.3K 308 44
                                    

"Louis! Hendrick!"

Kedua pengawal yang setia berjaga itu seketika panik mendengar teriakan dari tuannya. Mereka langsung menerobos untuk melihat yang terjadi.

Tubuh Novalio mulai gemetar, kakinya mendadak lemas. Beruntung Louis datang dengan cepat dan berhasil menopang tubuh tuannya sebelum terjatuh.

"Si-siapa dia? Ke-kenapa dia bi-bisa ada di sini?" suaranya begitu bergetar dan mulai serak diiringi isakan.

Louis dan Hendrick memperhatikan wanita yang ditunjuk oleh tuannya itu. Sedetik kemudian wanita itu menggeliat dan mulai terbangun.

"Kami tidak tahu Tuan."

Setelah wanita itu sadar sepenuhnya, ia melotot kaget dan langsung berteriak marah saat melihat tiga laki-laki yang tengah menatapnya.

"Yak! Siapa kalian?! Berani-beraninya masuk ke ruangan ini tanpa izin?!" bentak wanita itu. Ia segera menutup tubuhnya menggunakan jas yang tadi.

Novalio masih berdiri dengan tubuh yang gemetar. Ia mencoba untuk menenangkan dirinya dan menghilangkan semua pikiran buruknya. Ia mencoba menarik nafas dalam-dalam beberapa kali, tapi ia gagal. ia tidak bisa menahan dirinya lagi, apalagi setelah mendengar kalimat yang dilontarkan oleh wanita itu selanjutnya.

"Akh, pinggangku sakit sekali. Dia langsung meninggalkanku setelah memakaiku? Cih, benar-benar manusia gila kerja," rutuknya.

Manusia gila kerja? Siapa lagi kalau bukan Herza Dharma Wijaya.

Kaki Novalio semakin melemas, nafasnya pun jadi tidak beraturan. Segala pikiran buruk itu sudah mengacaukan akalnya. Sebelum datang ke kantor, hatinya dalam perasaan buruk. Dan setelah melihat ini? Hatinya benar-benar hancur.

"Cepat panggil Tuan Muda!" bentak Louis.

Tubuh Novalio mulai merosot karena kehilangan kekuatannya, detik berikutnua kesadarannya pun perlahan menghilang. Louis hanya bisa menahan tubuh Tuannya yang sudah jatuh ke lantai, sementara Hendrick pergi untuk menemui Herza.

Hendrick segera melesat menuju ruang meeting. Tanpa memedulikan sopan santun, ia membuka pintu ruangan dengan kasar hingga semua orang yang ada di ruangan itu segera menoleh padanya.

"Hendrick? Apa yang kau lakukan?" Jordan berseru marah saat melihat pengawalnya itu mengganggu kegiatan meeting.

Berbeda dengan Herza, seketika hatinya mencelos, jantungnya berdegup kencang melihat Hendrick yang menerobos ruangan begitu saja. Ia tidak akan melakukan hal itu jika bukan terjadi hal yang sangat urgent.

"Tuan Novalio pingsan."

Tiga kata itu membuat Herza semakin panik. Ia segera berlari dari ruang rapat itu bersama dengan Hendrick menuju ruangannya. Jordan yang ikutan panik pun segera menghentikan meeting itu dan menyusul sang anak.

Novalio langsung dibawa ke rumah sakit. Herza tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada calon istri dan anaknya itu. Ia juga langsung menelpon Terra yang sedang mengurus dekorasi untuk segera datang.

Sembari menunggu Novalio ditangani oleh dokter, mereka semua menunggu di luar. Herza sudah mengepalkan tangannya menahan emosi. "Apa yang sudah terjadi?" Ia bertanya dengan rahangnya yang mengeras.

Louis pun segera menceritakan semua kronologinya.

Plakk

Suara tamparan terdengar nyaring di lorong rumah sakit itu. Terra tanpa belas kasihan menampar sang anak dengan sangat keras.

"Papi? Kenapa Papi menamparku?" Herza tentu saja syok menerima tamparan yang sangat tiba-tiba itu. Pipinya terasa sangat panas, dan mungkin bekas telapak tangan papinya itu akan tercetak jelas di sana.

Mate - Hyuckno [End] ✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora