Delima dan Takdirnya (2)

20.1K 1.2K 16
                                    

Seringai yang aku lihat sekilas dari wajah bang Emran tadi, membuatku merasa itu adalah pertanda hal buruk akan terjadi. Sebenarnya bukan hanya seringainya saja, kehadiran bang Emran disekitarku merupakan musibah bagiku.

Kini aku melihat kesekeliling area rumah kontrakan, suasana disana sudah senyap dan sepi. Aku tak menemukan orang lain disekitar selain diriku dan bang Emran.

Tentu saja !

Ini sudah memasuki waktu magrib, orang-orang disini pasti sudah masuk ke dalam rumah, dan tak ada yang berkeliaran saat waktu Maghrib, kecuali para setan dan makhluk didepanku saat ini.

Dengan jantung yang berdebar, aku mulai melangkah mendekat menuju rumah kontrakanku. Aroma asap rokok milik bang Emran menjadi sambutan atas kedatanganku saat ini.

"Nah ... ini dia nih orangnya! Abis ngelonte dimana lo?"

Sungguh sambutan yang sangat khas dari mulut bang Emran untuk diriku, ketika melihatku yang terus melangkah melewatinya dan menuju pintu rumahku segera, untuk memasukkan kunci kedalam lubang.

Di acuhkan begitu, membuat bang Emran mendekat kearahku, memegang lenganku dan dia tarik kebelakang.

"Heh! Gue nanya sama lo!"

Aku tetap tak menggubris apalagi menatapnya, dan terus berusaha membuka pintu rumahku yang entah mengapa tiba-tiba jadi susah dibuka disaat seperti ini. Tanganku terasa dicengkeram kuat oleh bang Emran.

"Wah ... budek ya Lo!?"

Tanganku yang masih berusaha membuka kunci pintu kemudian, dipegang oleh bang Emran, dan tubuhku kini dibalikkan untuk menghadap padanya.

"Lepas Bang!"

Aku sedikit memberontak untuk dilepaskan, namun aku tahu bahwa itu adalah hal yang sia-sia.

"Lo ada hubungan apa sama si A'ang pulang bareng kayak tadi?"

Dari sekian banyak hal yang terjadi padaku, kenapa bang Emran malah menggunakan kejadian tadi sore untuk semua ini. Aku ingin sekali berkata jujur padanya kalau alasanku tadi adalah untuk menghindarinya. Namun aku urungkan, karna bang Emran pasti malah akan senang dan tambah mengangguku.

"Bukan urusan Abang!"

Aku terus berusaha untuk melepaskan tangan bang Emran pada lenganku. Bukannya terlepas, cengkraman tangannya malah semakin menguat.

Ketakutanku saat ini adalah bang Emran juga akan mengganggu mas A'ang jika dia berpikir yang tidak-tidak mengenai aku dan mas A'ang. Tak apa jika aku yang diganggu dan dicemooh oleh bang Emran, aku sudah terbiasa hidup penuh cemoohan orang. Namun jika mas A'ang ikut diganggu oleh bang Emran hanya karena menolongku tadi, aku tidak mau itu terjadi. Apalagi mas A'ang ini seorang guru dan kedua orang tuanyapun mempunyai reputasi yang baik didaerah ini. Keluarganya selalu dipandang baik oleh masyarakat, tentu aku akan sangat merasa bersalah jika tiba-tiba nama mas A'ang ternodai karna terfitnah mempunyai hubungan denganku.

"Dompetmu ketinggalan."

Suara berat yang terdengar , membuatku dan bang Emran kini menatap si pemilik suara yang tangannya telah menggengam dompet hijau yang ternyata itu milikku.

Mas A'ang secara tidak langsung, kembali menyelamatkanku saat ini. Cengkeraman bang Emran terasa mengendur dan terlepas dari tanganku. Kulihat bang Emran saat ini menyandarkan tubuhnya ketembok kontrakkan dibelakangnya sambil tersenyum miring.

"Kebetulan banget nih orangnya ada, ngapel bro? mumpung gak ada bapaknya nih."

Mas A'ang yang masih berdiri didepanku dan bang Emran masih menampakkan wajah datar.

Delima dan TakdirnyaWhere stories live. Discover now