Delima dan Takdirnya (4)

18.1K 1.1K 32
                                    

"Delima?"  Suara berat yang ku kenali merangsek masuk kedalam telingaku, dan mulai menyadarkanku bahwa saya ini mas A'ang berdiri didepanku. Pandangannya menyapu sekilas pada tubuhku lalu membuang pandangannya kearah lain.

"Iya Mas? Kenapa?" Aku bertanya dengan nada lemah. Tanganku  menumpu kusen pintu agar tubuhku tidak limbung karna menahan pening di kepalaku.

Kulihat tangan mas A'ang terarah kedepan menyerahkan kantong plastik berisi obat, namun tatapannya masih tak mengarah kearahku. Aku sedikit bingung karna tingkahnya, namun mencoba tak memikirkan lebih jauh lagi. Saat tanganku mencoba untuk menggapai plastik obat, ternyata kakiku yang lemas tak sanggup menahan bobot tubuhku dan kini tubuhku jatuh kedepan.

Dadaku kini menubruk dada mas A'ang. Sepertinya mas A'ang menyadari diriku yang setengah sadar saat ini, tangannya menahan ku agar tetap berdiri.

"Sini saya bantu."

Tubuhku yang lemas membuatku pasrah saat mas A'ang memapah tubuhku masuk kedalam rumah dan mendudukkanku dikursi dalam ruang tamu.

Kukira mas A'ang akan segera pergi dari rumah setelah membantuku, ternyata mas A’ang malah mendekatkan tangannya untuk menyentuh dahiku dan menyecek suhu tubuhku yang kurasa sangat panas malam ini.

Matanya terlihat mengedarkan pandangan kesekitar ruang tamuku dan  menemukan bungkus makanan yang belum terbuka. Mas A'ang berdecak kemudian berucap sebal.

"Kamu belum makan dari tadi?"

Aku menggeleng lemah.

Mas a'ang lalu beranjak dari duduknya dan mengambil bungkusan makanan yang kubeli tadi. Pandangannya menghilang masuk kearah dapur rumah. Aku tak peduli lagi apa yang dilakukan mas A'ang didapurku saat ini. Tubuhku kurebahkan dikursi sempit ini sambil menunggu mas A'ang keluar dari dapur

Tak lama mas A'ang kembali dari arah dapur dengan piring dan gelas yang berada ditangannya. Dia letakkan benda yang dibawanya kini diatas meja.

"Bangun dulu Del, makan."

Kulihat mas A'ang menatapku ragu, lalu Tangannya menarik tubuhku untuk duduk, aku menurut walau rasanya membuka mulutku saja tak sanggup.

"Kuat makan sendiri?"

Entah mengangguk atau menggeleng, Aku juga tidak yakin bagaimana gerakan kepalaku saat ini, karna hanya kugerakkkan asal.

Tangan mas A'ang mulai menyendok makanan dan diarahkan ke mulutku, aku menatap sejenak pada mas A'ang dan menerima suapan dengan baik. Setelah 5 suapan, aku sudah merasa mual dan menolak suapan mas A'ang. Mas A'ang meletakkan sendoknya kedalam piring kembali.

Kini tangannya membuka obatku dan menyerahkannya padaku untuk kuminum.

Aku telan obat yang di sodorkan mas A'ang dan memejamkan mataku sejenak, lalu membukanya kembali dan masih menemukan mas A'ang di sini.

"Makasih ya Mas ... malah ngrepotin gini."

"Kalo kamu mau, kamu ikut kerumah aja. Daripada disini sendiri, kalo ada apa-apa gak ketauan."

Aku malah tersenyum miris mendengar ucapan mas A'ang. Mungkin karna mas A'ang laki-laki cuek dan tidak terlalu peduli sekitar dia tidak memikirkan konsekuensi mungkin saja tindakanya ini akan menimbulkan omongan tetangga.

Walaupun aku tau ada bu Rosidah dan suaminya, tapi tetap saja dengan reputasiku yang dicap sebagai anak ‘pelacur' pasti akan menimbulkan banyak hal negatif nantinya. Belum lagi aku pasti akan berurusan dengan mbak Ganis yang dengan jelas menaruh hati pada mas A'ang, aku yang hanya membonceng mas A'ang tadi saja rasanya seperti dilaser oleh mbak Ganis, apalagi jika mbak Ganis tahu aku menginap di rumah mas A'ang ?

Delima dan TakdirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang