Bab 3

250 44 0
                                    

Halo semuanya, jangan lupa Vote dan Komennya ya. Oh iya, buat pembaca baru Me 2... Kalian harus baca dari Me yg pertama ya... Maacih muach.

Glen menyuruhku masuk kedalam mobilnya, aku awalnya tidak ingin masuk karena jujur masih takut dan sedikit trauma dengan apa yang dia lakukan padaku saat satu tahun terakhir. Saat itu, dia mulai ringan tangan, bukan hanya menamparku saja. Tapi, di saat dia mabuk, Glen kerap kali memukuliku hingga bekasnya pun sampai detik ini masih ada. Luka bekas api rokok yang dia sematkan di pundakku, tumbuh menjadi sebuah Keloid.

"Kita bicara disini saja, aku tidak mau ikut denganmu." ujarku pada Glen.

"Aku tahu kamu sudah pulang kerja, Ovan. Please, masuk sebelum aku melakukan hal di luar dugaanmu." paksa Glen.

Untuk menghindari hal hal yang tak di inginkan, aku pun menurutinya. Aku masuk ke dalam mobil BMW seri 6 keluaran terbaru warna putih. Glen membawaku ke suatu tempat dan aku tahu jalan itu menuju kemana, itu menuju ke danau buatan di kota ku. "Kita mau kemana?"

Glen hanya diam, aku mulai takut. Saat mobilnya berhenti di tempat yang sepi, ia menepikannya tepat di sebuah lapangan luas. "Aku hanya merindukanmu, dan menginginkanmu kembali."

"What? Mikir kalau ngomong pakai otak. Otak lu dimana? Heh Glen, kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi." ujar ku karena kesal.

"Iya gue memang tidak punya otak, itu semua gara-gara lu. Isi otak gue cuman lu OVAN." seru Glen.

Aku hanya tersenyum sinis, "Bulshit..."

Glen memukul stir mobilnya, aku juga melihat tangan ada banyak luka. Aku menanyakan hal itu, ntah aku sedikit kasihan. "Tangan koko kenapa?"

"Bukan apa-apa, tangan ini yang udah nyakitin kamu, mukulin kamu, semuanya." sahut Glen.

"Ooh..." aku hanya membalasnya seperti itu. Aku membuka Dasbor mobilnya, aku ingat posisi kotak P3k kecil disana, karena memang aku yang meletakkan itu disana dulunya.

"Kemarikan tanganmu." ujarku.

Glen menurutinya, aku mengobati lukanya. Aku tahu Glen orang yang nekatan, aku tidak habis pikir kenapa dia seperti ini sekarang. Aku berbicara lagi. "Bagaimana koko bisa tau daerah sini?"

"Aku sudah tinggal disini baru enam bulan, dengan istri dan anak tiriku." ujar Glen.

"Udah menikah? Sama janda?" ujar ku.

"Ya, aku juga punya anak umur setahun. Aku tau semua tentang mu, kamu gagal nikah pun aku tau." ujar Glen.

"Sejak kapan jadi Cenayang?" ujarku.

"Bukan suatu hal yang sulit untukku." ujar Glen lagi.

"Ya sudah, antar aku kembali ketempat kerjaku, aku mau pulang. Motorku ada disana," ujarku.

Glen mengikuti permintaanku, saat sampai di tempat kerjaku lagi, aku langsung mengambil tas dan motorku. Aku segera pergi dari sana, saat di pertengahan jalan Glen menghadangku. Aku yang kesal langsung berbicara. "Mau apa lagi sih?"

"Ini untukmu," ujar Glen sambil menyerahkan Black Cardnya lagi yang dulu pernah di berikan padaku.

Lumayan sih, tapi gak... Aku gak boleh menerima itu lagi. "Gak usah, aku gak butuh."

Walau sebenarnya butuh, tapi aku gak mau terikat lagi dengannya. Glen memaksa, dia pun menyerahkan kartu itu begitu saja kemudian pergi. Aku hanya menghela napas dan kemudian pergi dari sana. Alan, Dini dan Juga Angga mengabari ku melalui Whatsapp untuk berkumpul di rumah Dini.

"Ovan, kumpul di rumah Dini yok." ujar Alan melalui chat itu.

"Otw, kebetulan gue bawa baju ganti ini, ntar numpang ganti baju di sana." balasku.

"Oke." balas Alan.

Aku langsung meluncur pergi kerumah Dini yang kebetulan searah menuju kerumahku. Setelah beberapa menit aku pun sampai dirumah Dini. Sesampainya di sana, Angga langsung berbicara. "Eh Bray, sehat lu?"

"Ya sehat, kalian?" ujarku.

"Sehat Bray, tapi otak lagi gak sehat ini. Dugem yok," ujar Angga.

"Gaya Lu bray, lagi bokek kata lu..." ujar Dini.

"Ntah, gak jelas ni anak." Sahut Alan.

"Pergi ajalah dulu, klo minum aja ada aku ini." ujar Angga.

"Gak papa, ayoklah. Aku ada ini buka meja sama beli Vitamin, wkkwkw." ujarku.

"Widih, gas lah." ujar Dini.

Aku pun pergi mengganti bajuku, berhubung aku besoknga Off Day, jadi aku mau aja pergi. Aku sudah mengganti pakaianku, lalu kami berangkat mengendarai mobil Angga. Kami pergi ke salah satu Club malam yang ada di kotaku, club itu banyak orang-orang kaya dan bahkan dari luar negeri datang kesana. Kami masuk, Dini free masuk ke Club, kami yang laki-laki harus membayar masuknya.

Setelah masuk kedalam Club, kami membuka dan memesan softdrink dan minuman beralkohol, aku pakai uang yang di kasih Ko Alex. Vitamin atau sebuah pil yang bisa membuat Ngefly pun kami sudah pesan dan sudah di minum setengah dulu. Alunan musik DJ membuat semua orang terlena. Namun aku sadar, ada sepasang mata yang memperhatikan kami. Alan pun menyadari, lalu berbicara padaku. "Ovan, bule itu dari tadi lihatin lu terus."

"Liatin Dini gak?" sahut ku.

"Matanya ke lu tuh..." ujar Alan.

"Coba gue samperin dulu, kali aja mau dugem bareng." ujarku saat itu.

Aku pergi menghampiri bule yang sedang duduk sendirian di meja ujung dekat tiang pilar. Aku menghampirinya dan menyapa. "Hai, you Are Alone?"

"Hai, iya saya sendiri." sahut bule itu pakai bahasa Indonesia.

Dalem hati gue. "Capek-capek pakai bahasa linggis, taunya bisa bahsa Indonesia."

"Mau gabung dengan kami?  Mr butuh temen wanita?" ujarku lagi.

"Boleh, tapi saya mau kamu yang menemani saya. Saya boka room, rasanya sepi saja kalau sendirian." ujar bule itu.

"Oh sebelumnya perkenalkan, saya Nouvan. Saya boleh ajak teman-teman saya itu gak?" ujarku.

"Oh boleh, namaku Stuart. Panggil saja Stuart." ujar Bule itu.

Aku pun pergi menghampiri teman-temanku, Alan, Dini, dan Angga. "Weh, ikut gue deh. Ada Bule ngajak ngeroom bareng, vitamin dan lainnya dari dia."

"Serius Lu bray?" ujar Angga.

"Iya ayolah, udah nunggu tuh.." sahutku.

Dini pun langsung berbisik padaku. "Bray, banyak duitnya? Maulah kenalin ke gue."

"Heheheh, banyak sih kayaknya. Ntar dah di dalem ya," sahutku lagi.

Kami pun menghampiri Stuart, kami semua masuk kedalam Room yang sudah di booking oleh Stuart. Kami mulai dugem dan menikmati alunan musik Dj. Stuart sudah aku beri kode untuk tidak terlalu menunjukkan rasa ketertarikannya denganku, karena Angga, Dini, dan Alan masih awam akan dunia LGBT. Tapi Alan sudah mengerti keadaanku, jadi dia santai aja. Kami terus Dugem tanpa terasa waktu sudah jam tujuh pagi.












Bersambung...



Hai yuk vote dan komennya....







Angga

BXB- ME 2 (CERITA PENDEK)Where stories live. Discover now