Bab 6

202 35 0
                                    

"Aku ga perlu makan di tempat makanan mahal seperti ini, makan di emperan juga udah cukup." ujarku.

"Pantes badanmu kurus seperti itu, aku membutuhkan privasi karena akan banyak hal yang ingin ku bicarakan padamu." ujar Glen.

"Katakan saja apa mau mu?" ujarku.

Glen menenggak wine di gelasnya, lalu berbicara. "Aku mau kau kembali padaku,"

"Kau gila atau apa? Yang menyakitiku siapa? Yang mencampkkan aku siapa? Kau kan? Bukan aku." ujarku saat itu.

Glen dengan santainya menyentuh daguku dan berbicara. "Aku hanya berselingkuh dan tidak berniat meninggalkanmu. Yang meninggalkan itu kau, bukan aku. Aku tidak pernah mengatkan putus sekalipun,"

Bener-bener sakit pikirku, lalu aku berbicara lagi. "Dengar ya, dengan gampangnya kau hanya selingkuh katamu. Lantas, bekas luka yang udah kau torehkan di tubuhku juga masih ada belum hilang. Siapa yang kuat menghadapi manusia gila sepertimu ha? Kau sinting, kau memukuliku hingga babak belur, kau pikir aku apa? Jangan ganggu aku lagi, aku mohon. Berbahagialah dengan kehidupanmu yang baru, kau sudah menikah Glen."

"Aku tidak perduli, mau aku sudah menikah atau tidak. Kau tetap milikku, maka dari itu kembali kepadaku, atau hidupmu akan sengsara seumur hidupmu." ujar Glen.

Aku hanya memutar bola mataku jengah, aku tidak membalas semua perkataannya, aku hanya menikmati makananku saja. Setelah itu aku berbicara lagi. "Jika aku kembali padamu, apa kau bisa menjamin kebahagiaanku? Apakah kau bisa menjamin, tidak akan menyiksaku lagi? Hah, mustahil."

"Sayang, aku akan memberikan apapun untuk kebahagiaanmu. Aku jamin kau akan bahagia." ujar Glen.

"Cih... Aku gak butuh uang dan hartamu." ujarku sambil berlalu pergi meninggalkannya begitu saja.

Glen mengejarku, lalu berbicara. "Kau mau pulang naik apa? Kau tidak membawa motor bututmu itu."

"Aku bisa pulang dengan siapapun." ujarku.

"Ovaaan... Oh baiklah, kau mau melihat aku menghancurkan semua barang-barang yang ada disini?" sahut Glen.

Aku hanya tersenyum sinis, lalu aku mengambil sebuah batu dan melempar ke arahnya. "Itu, ambil lah, kau hancurkan semua sekalian satu gedung ini. Kau banyak uang, jadi kau bisa mengganti rugi semuanya."

Glen mengambil batu itu, tapi malah memukulkan ke kepalanya.

Buuuuk..

"Gleeen..." aku berlari kearahnya, untung keadaan lagi sepi dan tidak ada orang.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau gila ha?" ujarku.

"Ya aku gila karenamu." seru Glen akan memukul kepalanya lagi dengan batu.

Aku menepis dan mengambil batu itu. "Ayo pulang,"

"Aku tidak mau pulang kerumah." sahut Glen.

"Oke, kemanapun kau mau pergi. Kita kerumah sakit dulu," ujarku.

"Gak usah, dulu aku menyakitimu lebih parah dari ini, ini tidak seberapa." ujar Glen.

Aku hanya menarik tangannya dan membawanya ke mobil. Glen yang menyetir, aku tahu itu bukan ke arah kost ku atau pun kerumahnya, melain ke sebuah perumahan elite yang ada di kotaku. Mungkin itu rumah Glen yang satu lagi atau apa, aku tidak mau tau. Kami sampai di rumah itu, aku mengobati luka Glen begitu kami masuk kedalam rumah. Selesai mengobatinya, aku hanya menatap tak habis pikir.

"Kita ke Psikiater ya besok." ujarku.

"Kau pikir aku sudah gila?" balas Glen.

"Ya, kau Gila. Kau sudah tidak waras, mana ada orang waras yang memukul kepalanya sendiri dengan batu." ujarku.

"Bisa kau menurut saja denganku?" balas Glen.

"Terserah kau lah Glen, aku capek, aku ngantuk, aku mau tidur. Dimana kamarku?" ujarku lagi.

"Kau tidur denganku, aku suamimu. Jangan menentang semua perkataanku sedikit saja bisa?" ujar Glen.

Aku hanya tertawa terbahak-bahak melihat Ekspresinya yang aneh itu. "Ahahahahahhaa... Ahahahhahaha...."

"Sepertinya, kau yang perlu ke Psikiater," ujar Glen.

"Ya, memang... Aku gila." ujarku sambil memegang pusau dan mataku menatap kosong kearahnya.

"Kau tau Glen, rasanya nikmat sekali, kau mau mencobanya?" ujarku sambil menyayat tanganku sendiri.

"Ovaaan..." seru Glen sambil merebut pisau dari tanganku.

Aku hanya tertawa, Glen menatapku ngeri, dia mengobati luka ku. "Jangan seperti ini."

"Kau yang memulai duluan." sahutku.

"Sudah, ayo tidur." ujar Glen.

Aku hanya mengangguk, lalu Glen membopongku kemarnya. Seperti dulu dan seperti biasa, dia memelukku saat tertidur. Aku menangis dan terisak, rasa sakit dan trauma itu masih menghantuiku. Aku tidak sanggup lagi menghadapi pria satu ini. Entah mengapa aku harus bertemu dengannya lagi? Aku lelah, dia hanya menciumku saat aku menangis.

Pagi hari, aku masih tertidur di pelukan Glen, aku bangun dan duduk, Glen melihatku juga ikut bangun. "Mau kemana?"

Aku hanya menggelengkan kepala saja, Glen bangun lalu berbicara. "Aku buatkan sarapan dulu ya, kamu disini saja."

Aku hanya mengangguk, ponselku bergetar ada pesan masuk di Whatsappku, Ada nama Joe disana. "Morning Ovan, hari ini kamu libur atau kerja? Kalau kerja masuk apa hari ini?"

"Aku libur, tapi aku tidak bisa kemana-mana Joe. Karena..." balasku.

"Oh, oke... Kamu istirahat saja. Aku tetap akan Ngegym kok," balas Joe lagi.

Aku hanya membalas Oke, aku buru-buru menghapus pesan Joe, aku tidak mau Glen membaca pesan anak tirinya itu. Glen masuk ke kamar sambil membawa sarapan untuk ku, dia menyuapi ku makan, aku gantian menyuapi nya. Dia terlihat senang, aku berbicara dalam hati. "Demi kebaikannya, apakah aku harus kembali dengannya? Pura-pura saja? Aku hanya ingin lepas dari bayang-bayangnya kenapa sesulit itu?"

"Aku belikan kamu baju baru, nanti kalau kamu sudah enakan, kita pergi jalan-jalan ya. Kamu tidak usah kerja lagi, aku akan membiayai semua kebutuhanmu." ujar Glen.

"Aku harus tetap bekerja, hari ini aku libur, tapi besok aku akan tetap kerja. Lagi pula 24 jam kau mengawasiku terus. Bahkan kau berolah raga di tempat ku kerja, kalau aku gak kerja, orang tuaku mau di kasih makan apa?" ujarku.

"Ya sudah, aku hanya tidak suka kamu kerja disana. Banyak laki-laki yang jelalatan liatin kamu," Ujar Glen.

"Kayak kamu gak aja, Glen Glen, aku tau otakmu seperti apa. Lihat yang bening langsung kecantol, ngajak Cek in dan yaaaah..." ujarku.

"Itu dulu, lagi pula hanya satu orang, bukan yang jajan sana sini." sahut Glen.

"Satu yang ketahuan sama aku, sisanya aku mana tau. Udahlah, aku pusing, aku mau tidur, keluar sana." ujarku.

"Kenapa kamu tidak percaya padaku? Aku tidak akan melakukan hal yang sama lagi." ujar Glen.

"Kepercayaanku padamu sudah hancur, dan kau yang menghancurkannya, Jadi jangan harap aku akan percaya lagi padamu." ujarku sambil menendang Glen sampai jatuh ke lantai.

Aku tidak perduli, aku menarik selimut dan mulai tidur lagi. Aku sudah tidak perduli dengan apa yang ada di hadapanku sekarang. Yang aku tahu, dia sudah menyakiti ku dan membuat semuanya hancur berkeping-keping.






Bersambung...






Komen kuy dan Vote.

BXB- ME 2 (CERITA PENDEK)Where stories live. Discover now