⊹ ventisette ⊹ ²⁷

14.9K 1.2K 30
                                    

Ruangan yang biasanya ramai kini terasa sepi dan sunyi. Meja makan yang biasanya di isi dengan celotehan kedua kakak beradik yang sedang berdebat kecil kini hanya ada keheningan karena salah satunya merasa kehilangan. Mungkin bukan hanya satu, namun semua. Semua orang yang berada di rumah ini sangat sangat merasa kehilangan.

Ruang keluarga yang biasanya di isi dengan tawa dan suara musik dari kartun yang anak itu tonton kini pun terasa sunyi. Banyak hal yang berbeda sekarang.

Semua nampak tak bersemangat, terlebih Anita yang Arjuna rasa kini tubuhnya sedikit lebih kurus dari biasanya. Entah berapa banyak wanita itu kehilangan berat badannya, namun yang pasti itu sangat membuat dirinya sedih bukan main.

Ia raih pelan lengan lembut Anita membuat sang empu menoleh kearahnya, "Sabar ya, aku pasti bawa Ezra pulang."

Wanita itu tak menjawab, ia hanya mengangguk pelan. Namun tak lama matanya berkaca kaca, dan cairan bening itu kembali luruh entah sudah berapa kali dalam hari ini.

Elio yang ada di sana memilih pergi ke kamar meninggalkan kedua orang tuanya.

Anita mengambil ponselnya, lalu jemari lentiknya membuka ikon galery yang ada di sana. Setelah Ezra kembali hadir dalam keluarga Gavinandha, galery ponselnya kini hanya penuh dengan foto dan video anak itu.

Ia mengklik satu video. Di sana terlihat Ezra yang sedang asik membantu dirinya menanam bunga, walau sebenarnya tak membantu karena anak itu malah asik bermain tanah.

Ketika video itu berakhir, ia memulai video selanjutnya. Di video selanjutnya masih sama, ada Ezra di sana. Namun anak itu kini sedang bermain dengan banyaknya ikan di kolam belakang rumah. Anak itu nampak senang hingga gigi susunya terlihat ketika ia tertawa.

"Cukup." Anita tersentak pelan saat suaminya merebut ponsel yang ia pegang.

"Kenapa sih Mas? Aku masih mau liat." Ia mencoba mengambil kembali ponselnya namun Arjuna semakin menjauhkan benda itu dari jangkauannya.

"Aku ngga mau kamu nangis terus sayang."

"Ya gimana aku ngga nangis, anak aku hilang!." Ia sedikit menyentak suaminya, namun percayalah itu sungguh bukan keinginan Anita. Ia.. sungguh tak sengaja.

Bukannya marah karena di sentak oleh sang istri, Arjuna malah membawa tubuh Anita dalam dekapan hangatnya hingga mampu membuat ia merasa sangat sangat nyaman.

Entah terbuat dari apa hati Arjuna sebenarnya, tapi lelaki itu sungguh sabar menghadapi sikapnya yang kadang kurang ajar.

"Maaf." Ia berucap lirih.

"Ngga papa sayang." Arjuna membalas ucapan istrinya lembut. Berusaha membuat Anita tak merasa bersalah, karena ia tahu itu pasti tidaklah di sengaja.

"Kamu harus bawa pulang Ezra secepatnya, Mas."

•••

Malam harinya, ketika semua orang di rumah ini sudah tertidur. Arjuna bergegas pergi bersama para bodyguard bodyguard nya. Sengaja ia memilih tengah malam seperti ini, agar lebih leluasa dan tak akan ada yang memperhatikan mereka selama perjalanan.

Semua memakai pakaian serba hitam, begitupun Arjuna. Mereka semua kini sudah duduk di pesawat pribadi milik Opa, Arjuna meminjamnya.

Tenang saja, berkat bantuan dari suami Adinda mereka jadi bisa mengetahui titik lokasi Ezra saat ini. Mereka cukup lama di dalam pesawat, Menghabiskan lebih dari satu hari untuk penerbangan Indonesia ke Venezuela, karena memang sejauh itu.

Ketika akhirnya pesawat landing, Arjuna bisa bernafas dengan lega. Ia meyakinkan dirinya kali ini bahwa ia harus bisa membawa bungsunya kembali pulang kerumah. Apapun caranya, walau pun nyawa taruhannya.

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang