bonus chapter

16.2K 1.2K 45
                                    

Sorry for typo(s) - jangan lupa vote komen!
______

"Ah, berisik sekali." Keluh si tampan begitu mendengar jam weker nya yang berbunyi begitu nyaring. Ia kucek matanya pelan untuk memfokuskan pandangannya.

Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri kemudian ia menghela nafas ketika mengingat jika kini ia tak lagi tidur bersama kedua orang tuanya. Sejak kemarin sang ibu sudah membiasakan dirinya untuk tidur sendiri di kamar.

Di hari pertama nya ia merasakan perasaan tak nyaman yang luar biasa ketika harus tidur seorang diri di kamar seluas ini, namun kedua orang tuanya terus meyakinkan kalau ia bisa. Meski rasanya aneh dan takut, akhirnya ia bisa menyelesaikan hari pertama tidur tanpa di temani kedua orang tua.

Dan malam tadi adalah hari keduanya, rasanya masih tetap sama walau tak separah kemarin. Namun setidaknya ia sudah tak setakut malam kemarin.

"Adek, sudah bangun nak?" Ezra menoleh kearah pintu yang masih tertutup rapat.

Badan nya yang kini sudah bertumbuh membuat ia bisa menuruni kasur itu dengan begitu mudah, ia tak perlu usaha keras seperti dulu ketika umurnya yang masih tiga tahun.

"Adek sudah bangun, ma." ucapnya setelah membuka pintu kamar. Anita masuk dan langsung menyuruh anaknya untuk mandi dan bersiap.

Sedangkan dirinya mulai mengambil satu pasang seragam sekolah milik anaknya. Bibirnya menyunggingkan senyum ketika membayangkan selucu apa si bungsu ketika memakainya. Ia sungguh tak sabar...

"Sudah selesai." Ezra berucap ketika anak itu selesai dengan kegiatan mandinya.

Wanita itu langsung mengeringkan tubuh anaknya dengan handuk. Minyak untuk badan dan rambut tak pernah absen di pakaikan pada Ezra sejak anak itu berada disini. Tak heran jika anak itu selalu wangi dan menjadi candu semua orang untuk menciumnya.

"Lihat deh, adek suka nggak?" Anita memperlihatkan seragam sekolah Ezra.

"Suka, bagus mama," jawab Ezra, ia tersenyum saat Anita memberikan satu kecupan sayang pada keningnya kemudian memakaikan dirinya seragam sekolah.

sangat pas untuk tubuhnya.

"Ya ampun, gemas sekali anak mama." Lagi dan lagi pipinya dihujani banyak kecupan ganas dari Anita hingga Ezra terkekeh geli karenanya.

Mereka turun ke ruang makan dengan Ezra yang kini sudah siap dengan tas sekolah berwarna coklat. Lengan kecilnya memainkan kedua tali tas dengan perasaan gugup, ia sungguh takut jika teman teman barunya di sekolah tak mau berteman dengannya.

"Kenapa dek?" Elio yang berada di sebrang meja makan bertanya sembari menyuapkan sesuap nasi.

"Adek takut nanti ngga punya teman." keluh Ezra.

"Jangan takut, pasti nanti banyak kok yang mau berteman sama adek."

Senyum manis kembali muncul di wajahnya setelah mendengar ucapan Elio. Baiklah, perasaan Ezra sudah lebih baik sekarang. Ezra yakin pasti di sekolah nanti ia akan memiliki banyak teman, baik laki-laki maupun perempuan.

semua memakan sarapan mereka dengan tenang begitu pun dengan Ezra yang kini sudah di biasakan memakan makanannya sendiri.

"Mama anterin adek ke sekolah kan?" tanya Ezra seraya memakai kaos kaki bergambar beruang pada kaki kecilnya.

Mereka sudah selesai dengan sarapan beberapa menit yang lalu dan langsung memilih untuk bersiap pergi ketempat tujuan masing masing, namun sebelum itu mereka semua memilih untuk mengantarkan Ezra ke tempat pertama ia sekolah.

"Iya sayang, papa sama abang juga lho."

"Beneran ma?" ia bertanya untuk memastikan, kemudian di balas anggukan dari Anita.

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang