Secondtips: Sanjungan Pembukaan

11.5K 1.2K 63
                                    

Judul Saja Tidak Cukup untuk Membuat Kesan yang Meletup-letup! Jangan Mengecewakan Pembaca dengan Pembukaan Cerita yang Garing di Balik Judul yang Menarik.

Judul menarik harus diikuti dengan pembukaan cerita yang dramatis. Karena inilah tempat wajibnya diletakkan bagian cerita yang mencuri perhatian pembaca. Paragraf pertama menjadi penentu apakah pembaca akan melanjutkan membacanya atau tidak. Ingat, pembaca punya bacaan lain dan karya kamu bersaing dengan mereka.

Membuka cerita dengan kalimat mutiara akan membuat pembaca terkesan di detik pertama.

Selain indah, untaian kalimat mutiara mampu memberikan nilai pada permulaan cerita. Buatlah sebuah kalimat yang memuat nilai atau sebuah kesimpulan yang memungkinkan pembaca akan mencatat, mengutip dan membaginya ke orang lain.Dengan teknik ini, ceritamu akan lebih cepat tersebar luas dan dikenal. Sebagai contoh adalah pembuka cerpen Hakim Sarminkarya Agus Noor (Kompas 31 Mei 2015) berikut:

"Keadilan memang lebih mudah didapatkan di luar pengadilan..."

Membuka cerita dengan detik-detik mulainya konflik akan membuat pembaca tak sabar untuk membaca kelanjutan cerita.

Jika kesulitan membuat kalimat mutiara, kamu bisa membuka cerita dengan bagian pre-klimaks. Letakkan bagian di mana konflik bermula di awal cerita. Potonglah alur cerita tersebut lalu disambung dengan flashback ke awal cerita.

"Brak! Pintu itu dibuka paksa. Dia gemetar ketakutan. Takut aksinya kali ini ketahuan....Dia nekat beraksi lagi malam itu, berbekal linggis dan celana berkantong biasanya. Tak ada yang menyangka itu adalah aksi meresahkannya yang terakhir..."

Deskripsi puitis sebagai pembuka cerita membuat pembaca seakan mendapat sanjungan sastra.

Pembukaan dengan deskripsi latar tempat dan keadaan saat cerita terjadi merupakan teknik yang paling sering dipakai untuk memulai cerita. Deskripsikan pada lokal tempat kejadian saja, sehingga pembaca tidak merasa dibawa keluar cerita. Pilihlah diksi dan majas yang tepat sehingga melarutkan hati pembaca seolah ikut mengalaminya.

"Langit menggelegar. Ia seperti raksasa lapar yang marah menanti sarapan. Wajahnya menghitam. Begitu marahnya hingga ia menangis. Jarum-jarum bening bagai mencumbui pucuk-pucuk karet yang bosan meranggas..." (Air Akar karya Banny Arnas, Kompas 17 Maret 2013)

Dengan gambaran suasana yang sama, tentu rasanya berbeda jika pembuka cerita itu begini:

"Petir menyambar di langit keras sekali. Langit gelap menghitam. Lalu hujan turun dengan derasnya membasahi hutan karet yang meranggas"

Menulis Fiksi Juga Butuh Teknik!Where stories live. Discover now