Thirdtips: Alunan Alur

9.4K 990 23
                                    

Permulaan Cerita yang Menyanjung Hanyalah Pemandangan di Hulu. Sedangkan Alunan Cerita Harus Menyajikan Pemandangan yang Tak Kalah Memukau Sampai pada Muara

Alur adalah runtutan kejadian dalam cerita. Secara kebahasaan beberapa jenis alur yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran atau flashback. Dalam praktik menulis, alur yang mampu menyimpan akhir cerita tanpa tertebak adalah yang sering diacungi jempol. Karena itu membuat pembaca meresapi setiap bagian cerita. Di sinilah penggagas cerita dituntut untuk menjaga kerahasiaan akhir cerita. Buatlah pembaca terkaget, jengkel, melongo atau tertegun dengan alur yang tak tertebak.

Menyusun runtutuan alur tidak ada tuntunan yang saklek, lika-liku cerita sepenuhnya kreativitas kamu. Tidak harus berpacu pada tuntunan tertentu. Tuliskan seluruh runtutan peristiwa yang merupakan gagasan pokok sebagai acuan untuk mengembangkan cerita. Hal ini tidak mutlak harus dilakukan, beberapa penulis hanya menuliskan cerita secara mengalir lepas.

Dalam menuturkan alur, perhatikan kata atau kalimat penghubung yang menjadi jembatan antar batasan waktu peristiwa.

Awal - Tengah - Akhir

Menjadi anak tunggal dengan kedua orang tua yang sibuk membuatku sering kesepian. Seperti saat ini, terjebak di halte saat langit menumpahkan amarahnya. Dijemput papa atau mama hanyalah khayalan yang sering membuatku iri. Itu juga yang membuatku lebih pendiam dan 'jajan' alias jomblo-jomblo aja nih. Kecuali mengkhayalkan cowok idaman.

--

Sepertinya langit belum kehabisan stok air mata. Ataukah aku dihukum olehnya? Tanganku resah memilin ujung kemeja.

"Hey! Sendirian?" seseorang menepukku dari belakang. Ah suara itu. Mengejutkan dan menyejukkan.

"Yah. Nunggu reda." aku ingin melihat cermin bagaimana ekspresiku barusan. Oh semoga pipiku tidak bersemu karena salah tingkah.

--

Langit mulai memerah ketika ia menghentikan tangisnya. Dia baru saja pergi menyusuri trotoar. Oh andai aku tak menunggu temanku, batinku sambil menatap punggungnya yang berjalan menjauh.

Tuk! Sebuah payung merah roboh dari sandarannya di tiang halte. Tertulis namanya di situ. Dia tadi bilang gak bawa payung kan, pikirku. Mungkinkah dia sengaja berbohong untuk menemaniku? Aku langsung berlari menyusulnya yang belum terlalu jauh.

Akhir - Tengah - Awal

Doorr!! Suara tembakan keras membumbung. Mini tersungkur membentur trotoar

"Miiniiiii!"

--

Waktu itu aku mulai jengah dengan rengekan Mini yang meminta permen kapas. Aku menyesal telah menyuruhnya menunggu di situ. Menjadi sasaran amuk peluru.

--

Jika tahu akan seperti ini, pagi itu sebaiknya aku tak mengamen seperti kata ibu. Tetapi, sol sepatu yang tertawa lebar memaksaku. Aku pun berangkat, bersama Mini yang kini tak lagi bisa kulihat tingkahnya yang lucu.

Menulis Fiksi Juga Butuh Teknik!Kde žijí příběhy. Začni objevovat