Jam menunjukkan pukul dua belas malam. Malam itu hujan turun dengan derasnya disertai dengan petir yang menggelegar. Seakan hal buruk akan terjadi.
Keringat mengalir deras dari kepala cowok itu, urat tenggorokannya seakan tertarik. Membuat cowok itu terbangun dari tidurnya.
Segara melihat ke sekeliling kamar, mencoba mengumpulkan kesadarannya dengan nafas yang terengah-engah.
Dia kemudian bangkit dari tempat tidurnya menuju sebuah meja untuk mengambil segelas minuman. Setelah selesai dia menaruhnya kembali.
Suasana kamarnya gelap hanya ditemani cahaya bulan yang remang karena hujan dan petir. Segara memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit. Perhatian cowok itu tanpa sengaja melihat ke cermin besar miliknya.
Segara membulatkan matanya seketika, tubuhnya bergetar hebat saat melihat ada sosok dirinya sendiri dengan mata yang hitam pekat, tengah tersenyum miring menatap ke arahnya.
"Siapa lo?" Segara mundur beberapa langkah.
"Lo lupa? Gue itu lo setahun yang lalu," kata sosok itu.
Segara menelan ludahnya. Dia gugup sekaligus takut. "A-apa mau lo?"
Sosok itu tertawa hambar. "Lo ingat saat mukulin anak-anak sekolah? saat lo bisa bikin orang-orang tunduk akan semua perintah lo,"sosok itu tertawa horor. "Jujur gue pengen ngerasain sensasi itu lagi."
Sosok itu menyayat tangannya sendiri dengan sebuah pisau. Menghirup aroma amis yang ada di genggamannya. Darah.
"Gue kangen bau darah mereka! gue kangen suara teriakan takut dari mulut mereka! GUE KANGEN MUKULIN MEREKA!" Nadanya meninggi. Kemudian sosok itu tersenyum.
"Ayo kita kembali!" ajak sosok itu sembari mengulurkan tangannya.
"G-GAK LO CUMA MIMPI, G-GAK MUNGKIN?!" kata Segara dengan histeris.
Sosok itu tertawa hambar mendengar ucapan Segara. "Biar gue kasih tau sesuatu. Kita bakal terus bersama karena aku adalah kau dan kau adalah aku."
Segara menggeleng panik lalu dengan cepat menggenggam kuat gelas minumnya. Melempar gelas tersebut ke cermin. Membuat cermin itu pecah seketika menjadi kepingan-kepingan kecil yang berserakan.
Sosok itu hilang, namun tidak dengan suaranya tawanya yang masih terbawa oleh angin malam.
Segara berteriak kesakitan bersamaan dengan suara hujan yang semakin deras. Kekuatan kedua kakinya melemah membuatnya jatuh berlutut dengan kedua tangan yang memegang kepala, dunia seakan berputar saat itu juga, siluet kejadian dimasa lalu terputar kembali di kepala cowok itu. Suara teriakan kesakitan orang-orang yang pernah dia siksa di masal lalu.
Segara mengigit bibir bawahnya kuat-kuat hingga mengeluarkan darah. Dia menutup kedua indra pendengarannya, yang terus mendengarkan suara-suara teriakan kesakitan.
"AAAAAAAARRRRRRRGGGGHHHH!"
Segara berteriak penuh kesakitan . Seakan begitu dalam seperti tertusuk oleh ribuan jarum.
"Siapapun tolong gue! Gue minta maaf," Setelah itu cairan bening mulai keluar membasahi pipi cowok itu. Penyesalan dosa dimasa lalu terus menghantuinya.
Bersamaan dengan itu ada tangan yang mulai merangkul kedua bahu cowok itu. Segara terkejut, dia dengan cepat melingkarkan kedua tangannya di pinggang orang itu, meletakkan kepalanya di dada seseorang yang kini sudah berada di pelukannya.
"Maafin gue!" tutur Segara pelan.
Lea menggerakkan tangannya mengelus rambut cowok itu mencoba menenangkan. Dirinya tak bisa berbohong bahwa khawatir dengan kondisi mental cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGARA(END)
Teen FictionJika kamu ingin bahagia, jangan biarkan masa lalu mengusikmu. Kamu boleh melihat ke belakang, namun jangan membawanya kembali. ........ Arsegara Wirayudha, cowok tujuh belas tahun terkenal sebagai kapten basket SMA Angkasa sekaligus ketua dari club...