"Dra ini sebenarnya ada apa?" tanya Segara yang sedari tadi masih terdiam semenjak kepergian Ren.
Ganendra menghela napas berat. Rahasia yang sudah ia pendam selama satu tahun akhirnya terbongkar. Ternyata benar sepandai apapun orang menyembunyikan sesuatu pasti akan terbongkar juga.
Cowok itu kemudian berpindah menjadi posisi duduk. Ia memegang kedua tanganya di depan mulut. "Oke, gue bakal cerita."
Segara dan yang lainnya pun duduk. semoga dengan penjelasan ini dapat membuat masalah mereka kembali normal.
"Bukannya lo sama Ren dulu akrab?" tanya Surya mencoba memastikan.
Ganendra mengangguk.
"Apa yang sebenarnya terjadi di semifinal tahun lalu?" tanya Drian langsung pada intinya.
"Tahun lalu gue ngalamin cidera di kaki kiri. Sebenarnya gue udah ngerasain ketika masuk enam belas besar, cu-"
"Terus kenapa lo enggak ngomong sama kita anjing!" Segara langsung berdiri dan memotong perkataan Ganendra.
"KARENA GUE ENGGAK MAU JADI BEBAN KALIAN BANGSAT!" bentak Ganendra menatap tajam dengan Segara. "Gue enggak mau ngerusak mimpi kita."
Segara meneguk ludahnya. Ia membuang wajahnya ke arah lain. Cowok itu merasa bersalah karena sama sekali tidak mengetahui apapun tentang masalah Ganendra.
Begitu juga dengan pemain yang lain, mereka sama terkejutnya. Lantaran selama pertandingan Ganendra sama sekali tidak pernah menunjukkan rasa sakit. Ternyata selama ini cowok itu menahan rasa sakit dikakinya untuk menggapai mimpi banyak orang.
Gilang berdecih, ia merasa malu karena tidak mengetahui keadaan rekan satu timnya. "Jadi itu alasan lo menghilang hampir satu tahun?"
Ganendra mengangguk. "Gue terpaksa buat ngelakuin itu. Selama satu tahun gue ngelakuin istirahat agar cidera di kaki gue enggak menumpuk. Gue sempet berpikir buat berhenti main basket."
"Tapi setelah ngelihat kalian semua terus main." Ganendra melihat ke ring basket. "Gue langsung teringat dengan janji kita buat juara bersama-sama. Pada akhirnya gue mutusin buat kembali."
"Sebentar, terus kenapa Ren sampe marah sama lo?" celetuk Surya sambil menunjuk Ganendra.
Ganendra perlahan kembali duduk. "Kalau itu emang murni kesalahan dari gue karena cuma dia yang tahu kondisi gue saat itu."
"Saat semifinal, sakit di kaki gue semakin parah. Ren saat itu bilang buat di ganti sama dia tapi gue nolak. Ren bahkan sampe mohon sama coach buat ganti gue sama dia tapi gue tetep ngeyel enggak mau dan kekeh buat main sampe akhir," lanjutnya.
"Pada akhirnya kita kalah. Sejak saat itu Ren benci sama gue, mungkin dia enggak pernah sudi buat maafin gue. Dan semua kekalahan waktu itu, karena gue."
Semua pemain langsung terdiam mendengar penjelasan panjang lebar dari Ganendra. Di Satu sisi Ganendra tidak sepenuhnya bersalah tapi mereka juga tidak menyalahkan apa yang dilakukan Ren.
"Udah. Itu semua udah terjadi nggak bisa kita ubah. Masa depan kita yang lebih penting saat ini," kata Gilang sambil berjalan memegang pundak Ganendra.
Begitu juga dengan pemain yang lain. Mereka sudah melupakan kekalahan tahun lalu, saatnya untuk fokus dengan apa yang ada di hadapan mereka saat ini.
"Meskipun lo ada salah tapi basket itu bukan antara satu orang tapi semua orang," ucap Drian.
Sam yang sedari tadi hanya diam merasa takjub dengan teman-temannya. Mereka mampu menenangkan satu sama lain. Di dalam hatinya ia merasa sangat senang bergabung dengan tim ini. "Ayo kita berjuang lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGARA(END)
Teen FictionJika kamu ingin bahagia, jangan biarkan masa lalu mengusikmu. Kamu boleh melihat ke belakang, namun jangan membawanya kembali. ........ Arsegara Wirayudha, cowok tujuh belas tahun terkenal sebagai kapten basket SMA Angkasa sekaligus ketua dari club...