Chapter 36.

1.1K 153 10
                                    

☆彡彡 нαρρу яєα∂ιηg ミミ☆

***

"Mau jalan-jalan dulu?" tawar Arsen sembari memakaikan helm ke kepala Alena.

"Boleh," jawab gadis itu senang.

Arsen mengulas senyum sambil mencolek ujung hidung istrinya gemas, ia lalu memakai helmnya sendiri. Naik ke motor di susul Alena.

Tanpa di suruh gadis itu melingkarkan tangannya di perut Arsen, saat kuda besi itu mulai berjalan Alena menikmati angin malam yang jarang sekali dia rasakan.

Mungkin dulu ia tidak pernah naik motor ketika jalan di malam hari, makannya ini adalah kali pertama ia merasakannya, membuatnya sangat eksaited.

sambil memejamkan mata perlahan Alena merentangkan tangannya sejenak. Merasakan tubuhnya di terpa angin, ia merasa terbang dan bebas.

Sedang Arsen melihat apa yang Alena lakukan lewat kaca spion, ia tersenyum simpul. Ikut senang jika Alena bisa senang.

Kembali memeluk Arsen, Alena bersandar di pundak suaminya menatap wajah tampan Arsen di spion kiri, walaupun tertutup helm fullface nya tapi ia tau jika Arsen sedang tersenyum.

"Arsen," panggil Alena, Arsen tak menjawab cowok itu hanya membalas lewat tatapannya di kaca spion.

"Aku senang banget sekarang," ujarnya setengah berteriak. "Aku bisa ngerasain apa yang belum pernah aku rasain dulu. Dan aku berterima kasih sama Tuhan udah mempertemukan kita yang buat aku sebahagia ini. Terlepas dari masalah yang kita hadapi. Aku cuma berharap, semoga Tuhan nggak akan misahin kita. Dan Papa Mama bisa maafin kita,"

Arsen mengangguk sekali. "Amin," jawab Arsen pelan dan mungkin hanya dirinya sendiri yang bisa mendengar, tak ada keinginan Arsen saat ini selain selalu bersama Alena.

Kalau pun nanti orang tua Alena tetap tidak menerimanya sebagai seorang mantu jika mereka tau kalau Alena sebenarnya tidak hamil, dia akan terus berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan Alena menjadi istrinya.

Tak melihat cuaca yang ternyata sedang mendung gelap, Arsen sedikit mempercepat motornya saat merasa tetes demi tetes air yang turun membasahi mereka.

"Hujan!" kata Alena semakin memeluk Arsen.

Namun sayang, belum sampai ke rumah hujan deras sudah mengguyur. Sebisa mungkin Arsen tetap tenang dia tau Alena takut kepada hujan, dia tak boleh panik jika tidak ingin terjadi sesuatu pada mereka.

Hujan kian deras, Arsen sampai tidak bisa lihat terlalu jelas keadaan di depannya, tak ingin mengambil resiko, dan tidak meminta persetujuan dari Alena.

Arsen memilih menepikan motornya, ia menyuruh Alena turun melepas helm lalu segera berlari ke sebuah bangunan.

Berteduh di depan toko yang sudah tutup, hanya ada mereka di sana. "Kita neduh sebentar, aku nggak mau kamu sakit, Nggak usah takut ya, aku di sini." ujar cowok itu sambil melepas jaket lepisnya.

Alena mengangguk saja sambil memeluk lengannya sendiri, udara kian dingin apalagi badannya sudah basah kuyup.

Arsen dengan telaten memakaikan jaketnya ke tubuh istrinya, ia tidak mau kalau sampai Alena sakit. Apalagi gadis itu tak bisa kena hujan.

Bukannya reda, hujan semakin deras di tambah angin dan juga petir saling bersautan.

Arsen merubah posisinya, menyudutkan Alena ke dinding, ia melindungi gadis itu agar tidak melhat kilatan petir dan juga tidak terlalu terkena tempiasan air hujan yang tertiup angin.

𝗔𝗿𝘀𝗲𝗻𝗶𝗼 「𝙹𝚎𝚗𝚘 𝚡 𝙺𝚊𝚛𝚒𝚗𝚊 」Onde histórias criam vida. Descubra agora