[Dentama Family] Sunday date with baby lio

285 18 2
                                    

Johan memiliki sebuah rutinitas khusus setelah putranya melewati 1 bulan. Sunday date, adalah hari dimana Johan akan mengurus Lio dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali.

Tujuan dari rutinitas ini sebenernya untuk memberikan ruang pada sang istri agar bisa memiliki me time. Tentu saja ketika pertama kali melakukan banyak hal yang terjadi, namun setelah 4 kali, Johan mulai bisa mengikuti dengan baik.

.

.

.

Setelah Lio tertidur, Johan mengantar istrinya sampai ke depan rumah. Johan melambaikan tangan ketika mobil sang istri meninggalkan rumah.

Johan kembali masuk ke rumah, ia melihat Lio kecil yang tertidur dengan nyenyak. Johan segera menyiapkan kebutuhan Lio, karena mulai saat ini, dia yang akan mengurus penuh.

"Popok udah, Asinya udah, apa lagi ya?" gumam Johan melihat meja di kamarnya penuh dengan perlengkapan Lio.

Dari mulai botol, sterilizer, hingga untuk menghangatkan asi semuanya di letakan di kamar agar Johan tidak perlu repot ke dapur.

"Ah, alarm." Johan mencari ponselnya dan segera menyetel alarm setiap 3 jam untuk memberikan asi pada Lio.

.

.

.

Alarm pertama mulai berbunyi, papah muda satu ini walau sedikit malas membuka mata tetap berusaha untuk bangun dan mematikan alarm.

Johan mengambil posisi duduk di tempat tidur dan mengumpulkan kesadarannya. Setelah setengah terkumpul, Johan segera mengambil botol kemudian mensterilkan nya. Johan menggunakan kaki untuk membuka kulkas dibawah lalu dengan sedikit berjongkok ia mengambil 1 kantong asi.

"Kenapa bayi menyukai susu yang tidak berasa begini ya?" ujar Johan sambil menunggu botol selesai.

Rengekan Julio membuat Johan segera menghampiri putranya. Johan menggendong putranya.

"Sayang, bentar ya ...," Sambil menggendong, 1 tangan Johan mengambil popok dan menyiapkannya.

Johan mengganti terlebih dahulu popok milik Lio, lalu kembali menggendongnya. Karena memiliki tangan yang besar, Lio terlihat kecil dalam tangan besar Johan.

"Hari ini Lio mainnya sama papah." Tentu saja bayi 3 bulan itu tidak bisa menjawab ucapan Johan.

Johan meletakan Lio di kasur, ia lalu memanaskan asi sambil mendengarkan ocehan putranya. Suara yang keluar dari mulut Lio terdengar lucu, walau semua yang keluar dari mulutnya tidak ada yang bisa dimengerti.

"Iya sayang, ini mamnya udah jadi." Johan kembali ke putranya, dengan hati - hari Johan menggendong Lio lalu membenarkan posisi untuk minum putranya.

Mulut kecil Lio terlihat menggemaskan ketika mulai menyedot satu - satunya sumber makanannya.

"Kamu laper ya? Semangat banget," ujar Johan melihat putranya dengan cepat menyedot isi dari botol ia berikan.

Johan memperhatikan wajah putranya, entah kenapa ia selalu tersenyum setiap melihatnya.

"Kamu mirip banget sama mamah deh kayaknya, kenapa ga ngambil dikit biar mirip papah sih?"

Tiba tiba tangan kecil Lio menyentuh tangan Johan dengan kuat.

"Kenapa? Ga mau mirip papah? Yaudah iya yang mirip mamah."

Johan memperhatikan jemari kecil Lio, mungkin dalam beberapa tahun jemari itu akan sama besar dengan miliknya.

.

.

.

Setelah beberapa kali alarm, ini adalah alarm terakhir untuk memulai rutinitas pagi. Johan dengan rambut berantakan langsung melihat keadaan putranya.

Short storyWhere stories live. Discover now