[Gallan - Yoga] Bahaya istri marah

132 14 2
                                    

Bola tenis melambung ke atas dan langsung dipukul dengan keras oleh Serin. Smash keras yang nyaris mengenai suaminya sendiri.

"Ah sorry," ucap Serin kembali mengambil bola lain dan dilemparkan ke Sarah untuk memulai game.

Kali ini tak jauh beda dari sebelumnya, Yoga hampir saja terkena smash tajam dari sang istri.

"Maaf ... Maaf," ujar Sarah dengan tersenyum cantik.

Gallan dan Yoga tau dua istrinya sedang dalam mood yang buruk. Rega, Juan, serta Deril yang ada di kursi penonton juga sepertinya merasakan aura menakutkan dua wanita ini.

"Cewe marah serem, tapi ibu - ibu marah kayaknya lebih serem," ungkap Rega sambil menopang dagunya dengan tangan.

"Kayaknya malem ini bukan tenis biasa." Juan dan Rega langsung melirik ke Deril yang duduk paling ujung.

"Siaga nomer ambulance," ucap Juan entah bercanda atau serius.

.

.

.

Satu malam sebelum hal itu terjadi ....

Tian mengajak Yoga serta Gallan untuk pergi ke sebuah bar baru yang ada di dekat kompleks rumah mereka.

Karena sepertinya bar bertema, serta hari pertama pembukaan, beberapa model menggunakan pakaian sexy yang cukup terbuka.

"Apakah konsep seperti kelinci playboy?" ujar Tian dengan santai masuk ke dalam bar di ikuti oleh Gallan serta Yoga.

"Untung aja ga jadi ngajak bini, bisa berantem kalau mereka liat begini." Gallan setuju dengan perkataan Yoga.

Serin mungkin bukan tipe yang cemburu, tapi jika ada di siklus menstruasinya maka masalah seperti ini akan beda cerita.

Awalnya semua baik - baik saja, tapi tiba - tiba beberapa model datang ke meja mereka dan mengajak untuk berfoto bersama. Walau canggung, 3 suami dengan anak ini tetap melakukanya.

.

.

.

Juan dan Rega tiduran dengan nyaman di paha ibu mereka sambil menunggu sang ibu selesai mengoleskan masker di wajah.

Rega bermain ponsel sambil menguyah snack, sedangkan Juan sibuk bermain game. Rega melebarkan matanya, dan langsung mengambil posisi duduk membuat Serin yang sedang fokus pada Juan sempat kaget.

"MAH! LIAT MAH!" Juan yang penasaran ikut mengambil posisi duduk dan melihat layar ponsel Rega.

"Wow, mah itu sih papah nempel banget sama cewe seksinya," komentar Juan dengan foto yang diperlihatkan sang kakak. Rega melirik ke wajah sang ibu yang sepertinya tidak baik - baik saja.

"Kayaknya udah lama mamah ga main tenis." Juan dan Rega langsung melirik satu sama lain.

.

.

.

"Tenis?" tanya Yoga ketika mendengar permintaan sang istri untuk pergi ke tempat tenis bersama.

"Iya, aku sama kak Serin udah booking tempatnya, sayang kan?"

"Ya... Yaudah, oke." Deril yang duduk disebelah sang ayah berusaha untuk menahan tawanya.

'mainnya alus banget' batin Deril karena sang seperti tidak menunjukan bagaimana semalam ia kesal karena sebuah foto.

Saat sang istri pergi, Yoga menyenggol badan Deril.

"Masakannya aneh ga sih? Mamah kamu lagi mens? Perasaan belum waktunya."

Deril langsung menggelengkan kepalanya, pura - pura jika tidak ada sesuatu. Yoga jelas tau jika Deril sepertinya tidak mau berkata jujur. melihat sang istri kembali, Yoga kembali memakan masakan sang istri.

Sebuah panggilan masuk dari ponsel Yoga membuatnya harus beranjak dari tempat makan. Sarah menopang dagunya dengan kedua tangan dan menatap Deril.

"Inget pernjanjian semalem?"

"Aman mah, mulut ku aku kunci." Deril melakukan gerakan seolah baru saja mengunci mulutnya lalu membuang kunci tersebut.

.

.

.

Gallan dan Yoga harus mengatur napasnya karena entah sudah berapa kali mereka antara harus menghindar dan menerima setiap bola yah datang ke mereka.

"Kalian lagi ada masalah hidup ha?!" teriak Gallan karena sudah terlalu lelah.

"Masalah hidup?!" balas Sering mendekat ke net dan mengacungkan raketnya pada Gallan.

"Kalian berdua yang cari masalah!" Kini Sarah ikut maju dan mengacungkan raketnya pada suami serta kakaknya sendiri.

"Ha maksud kalian apaan sih?" ujar Gallan merasa tidak terima karena menjadi tertuduh.

.

.

.

Melihat sang mamah mulai mendekat ke net, Juan reflek berdiri tetapi ditahan oleh Rega serta Deril.

"Jangan, biarin aja." Juan terpaksa kembali duduk.

"Tenang, ga bakal ada kekerasan fisik," ucap Rega menenangkan sang adik.

"Kecuali tadi yang beberapa bola kayaknya termasuk kekerasan fisik sih," ungkap Deril saat tadi melihat bagaimana dua wanita tadi sempat mengenai bagian tubuh suami mereka sendiri.

"Kalau itu cidera karena olahraga sih." Rega dan Deril langsung melihat ke Juan

"Mana ada anjir!" Ucap Rega dan Deril bersamaan.

.

.

.

"Kalian marah cuma gegara gitu doang?" tanya Gallan kini memegang pergelangan tangan sang istri

"Gitu doang?!"

"Mereka yang nyamperin kita, dan itu kan cuma kerja."

"Iya sayang, kita ga ngapa - ngapain, mereka yang nyamperin kita." Yoga kini juga berusaha memegang tangan sang istri namun langsung di tepis.

"Kalian kan bisa nolak kenapa malah santai foto begitu? Emang seneng aja nempel sama cewe."

"Engga sayang, sumpah." Yoga terlihat berusaha membuat istrinya percaya tetapi tidak berpengaruh sama sekali.

Berbeda dengan Gallan terlihat lebih santai.

"Aku minta maaf, iya aku salah."

"Kamu ngakuin kamu salah?"

"Ya terus mau apa?"

"Kayaknya jangan balik ke rumah dulu deh hari ini, aku kesel doang liat muka kamu." Gallan melepaskan tangannya. Sekali sang istri berucap, maka ia tidak bisa melakukan apapun.

Kondisi yoga juga sepertinya tidak jauh berbeda.

"Balik jalan kaki aja, sampai rumah tidur aja di kamar tamu!"

.

.

.

"Ayo pulang, biar papah kalian balik sendiri." Rega dan Juan langsung bangkit dari tempat duduk.

"Deril, ambil tas mamah, kita pulang sekarang."

"Oke mah!"

Sebelum pulang Juan dan Rega melambaikan tangan pada papah mereka, tetapi dengan muka tersenyum.

'Awas kalian!' kata - kata yang keluar tanpa suara tapi Juan serta Rega bisa membaca gerak bibir sang ayah dengan Jelas.

Sementara Deril melakukan kiss bye pada papahnya tetapi dibalas dengan tatapan tajam.

.

.

.

Gallan serta Yoga mengambil tas mereka.

"Hp gue di mobil." ucap Gallan baru sadar jika ponselnya ia tinggal di mobil.

"Sama, Jalan nih?"

"Kaga, Terbang!"

Short storyWhere stories live. Discover now