CHAPTER 6

37.2K 1.4K 8
                                    

Jika kamu suka dengan cerita ini, jangan lupa tekan vote dan komen 💐

Jika kamu suka dengan cerita ini, jangan lupa tekan vote dan komen 💐

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Ah, maaf. Kukira kau pengemis,” katanya. Gadis itu mengusap belakang lehernya, merasa malu karena telah salah sangka.

Zeyra meringis. “Tidak apa-apa.” Menyadari tatapan gadis itu,  Zeyra akui saat ini penampilannya memang terlihat seperti seorang pengemis. Semua orang yang melihatnya pun pasti sepemikiran dengan gadis itu.

Hening selama beberapa detik, tiba-tiba menjadi canggung. Zeyra menatap ke depan. Dia memainkan jari-jari tangannya. Kelihatannya gadis di samping Zeyra ini terlihat seumuran dengannya.

Ekhem, bolehkah aku tahu siapa namamu?” tanya gadis itu. Zeyra menoleh terkejut. Dia merasa asing saat seseorang menanyakan namanya. Kebanyakan orang-orang tak pernah mau berkenalan dengannya, melihat penampilan Zeyra saja mereka sudah memasang ekspresi jijik.

Tiba-tiba gadis itu mengulurkan tangan seraya tersenyum manis. “Salam kenal, aku Alesa.”

Ditatap lama uluran tangan itu, Zeyra masih merasa aneh. Bingung bagaimana cara meresponsnya. Alesa yang melihat Zeyra hanya diam pun mengernyit. “K-kau masih marah ya?”

Mata Zeyra membola. Dia segera menggelengkan kepala. “Tidak! Bukan begitu maksud—”

“Kalau begitu, terima dong uluranku. Pegal tahu!” omel Alesa, menarik tangan Zeyra. “Jadi, katakan. Siapa namamu?”

“Zeyra. Panggil saja Zey,” jawab Zeyra. Mereka berdua bersalaman. Alesa masih memasang senyuman manisnya. Zeyra seketika terpana. Wajah Alesa sangat cantik.

“Apa yang kau lakukan di sini, Zey?” tanya Alesa, memulai percakapan lagi. Entah mengapa, Alesa sedikit tertarik dengan Zeyra. Dia ingin mengenal Zeyra dan berteman dengannya.

Zeyra menatap Alesa. “Zey beli nasi goreng,” jawab Zeyra seadanya.

Mendengar jawaban Zeyra, Alesa menggaruk rambutnya yang tak gatal. “Ah, iya. Omong-omong mengapa bajumu kotor begitu? Kau habis dari mana?”

“I-itu—”

“Astaga, Zey! Kepalamu berdarah?!” pekik Alesa saat tak sengaja melihat darah mengucur dari belakang kepala Zeyra. Pekikkannya terdengar menggelegar sampai membuat pembeli yang ada di sana ikut heboh.

“Apa?” Zeyra mengangkat tangan, meraba kepalanya. Benar saja, tangannya kini sudah dipenuhi oleh darah. Tiba-tiba pandangan Zeyra memburam. Telinganya berdengung. Zeyra mendesis merasakan pening pada kepalanya.

“Zeyra, kau baik-baik saja?” Alesa menggigit bibir cemas. Wajah Zeyra sangat pucat. Telapak tangan Alesa mengusap keringat di pelipis Zeyra.

Samar-samar Zeyra mendengar Alesa menyebut namanya berkali-kali. Bahkan kini mereka berdua telah dikerubungi oleh banyak orang. Hingga akhirnya pandangan Zeyra menggelap.

GEOGRAWhere stories live. Discover now