CHAPTER 48

26.7K 1.3K 118
                                    

"Apa yang kalian lakukan?!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa yang kalian lakukan?!"

Suara lengkingan seseorang disertai dobrakan pada pintu membuat kedua orang yang tengah saling berpelukan itu terlonjak kaget.

Geogra mendesis, sedikit mendongak melihat adiknya datang dengan wajah memerah dengan mata melotot sembari berkacak pinggang. Giselle, gadis itu berjalan mendekat, menarik lengan Camela agar terlepas dari pelukan sang kakak.

"Apa yang kau lakukan, Giselle?" ujar Camela, tersentak. Keningnya mengernyit tak suka atas tindakan Giselle yang menarik paksa dirinya. Dia berdiri di samping ranjang dengan Giselle yang mencengkeram lengannya.

"Harusnya aku yang bertanya padamu, apa yang sedang kau lakukan di sini, huh?" Giselle mengangkat dagu, dia menatap Camela tanpa rasa takut. Sejak tadi dirinya mencari keberadaan Camela karena titah ibunya, tetapi gadis ini malah berdiam diri bersama Geogra dengan kondisi ruangan yang gelap. Sungguh, tidak tahu malu.

Camela memutar bola mata. "Tentu saja menemani kakakmu."

Tatapan Giselle beralih pada Geogra. Laki-laki itu terlihat sedang memijit pelipisnya. Dia menggeram rendah. Baru menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan. Jadi, gadis yang ia kira Zeyra ternyata Camela? Sialan!

"Kakak, kenapa diam saja!" Ketika Giselle menemukan Geogra bersama Camela, jantungnya berdetak cepat. Dia tidak bisa berpikir jernih. Ia hanya takut Camela berbuat macam-macam pada kakaknya. Gadis itu menghela napas pelan, dia melepas cengkeramannya. Giselle memandang kecewa ketika Geogra hanya diam saja.

Padahal ia sangat berharap Geogra berusaha terus mencari keberadaan Zeyra. Giselle pun masih tidak percaya bahwa Zeyra telah tiada. Dia yakin, Zeyra masih hidup. Tapi apa yang ia lihat? Laki-laki itu malah asyik berduaan dengan gadis lain.

Apa benar Geogra hanya berpura-pura mencintai Zeyra? Jika iya, kakaknya adalah laki-laki brengsek. Giselle tidak akan pernah memaafkan Geogra. Dia membenci laki-laki itu. Sebagai perempuan, Giselle turut merasakan bagaimana perasaan Zeyra. Dia mengerti mengapa Zeyra memilih mengakhiri hidupnya. Sekarang Giselle mengerti.

"Giselle," panggil Geogra. Dia mengepalkan tangan ingin meraih tangan adiknya yang sudah memasang wajah berkaca-kaca.

"Kakak jahat!" pekik Giselle sembari mengusap sudut mata. "Kakak brengsek mempermainkan perasaan Kak Zey! Aku benci Kakak!"

Alis laki-laki itu menukik tajam. Dia bangkit, meraih lengan Giselle. Tetapi ditepis kasar oleh sang adik.

"Giselle, kakakmu tidak mempermainkan perasaan gadis itu. Dia saja yang terbawa perasaan. Padahal kakakmu tidak mencintainya." Camela berujar dengan wajah penuh percaya diri sembari memainkan kuku tangannya.

Giselle memandang Camela dengan tatapan penuh kebencian. Merasa muak, akhirnya Giselle melangkah pergi meninggalkan ruangan itu, mengabaikan Geogra yang menyuruhnya untuk tetap berada di tempat.

GEOGRAWhere stories live. Discover now