01. Norma Dunia dan Cinta di antara Kita

187 16 4
                                    

01

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

01.
Norma Dunia dan Cinta di antara Kita

.
.
.
.
.

"Sayang, sudah siap?"

Tak lama dari pertanyaan itu keluar, suara gaduh dari dalam kamar terdengar. Pria dengan raut wajah tegas itu tetap menunggu sosok manis yang masih didalam. Ia menerka bagaimana pesona kekasihnya itu malam ini.

"Sebentar. Hanbin-ah aku kehilangan kacamataku."

Terdengar suara dengan nada panik dari dalam. Tak lama pria manis dengan tubuh ramping itu keluar menghampiri sang dominan.

"Kau lihat kacamataku tidak? Aku lupa dimana terakhir kali aku memyimpannya." Zhang Hao bertanya cemas, ia bahkan tanpa sadar menggigit ujung kukunya. Kebiasaan buruk si manis jika dilanda kepanikan.

Hanbin beranjak dari sofa, mendekati kekasih manisnya itu hingga jarak diantara mereka perlahan terkikis habis. Tangan kekar itu terangkat menurunkan benda yang sedari tadi dicari bertengger dikepala Zhang Hao, lalu memakaikannya.

"Astaga ternyata dikepala." Zhang Hao berseru lega. Ia benar-benar tidak sadar jika benda itu ada pada dirinya sendiri.

"Aku mau bilang cari pakai mata, tapi nyatanya kamu nggak akan bisa lihat kacamata itu karna ada dikepala."

"Iya lah. Sudah ayo berangkat."

Alunan melodi terputar memenuhi seisi mobil, menjadi pengisi hening diantara kedua insan yang saling menautkan tangan mereka. Sesekali Zhang Hao ikut bersenandung mengikuti irama musik sambil mengamati jalanan yang mereka lalui. Sang dominan memusatkan seluruh perhatiannya pada kemudi, namun ibu jarinya senantiasa mengusap lembut tangan mungil yang ia genggam, sesekali ia membawa tangan itu untuk ia kecup.

Malam ini mereka berencana untuk mengelilingi kota, menghabiskan waktu didalam mobil atau berhenti sejenak untuk membeli cemilan. Apa pun itu mereka akan menghabiskan malam yang bahagia.

Hanbin melepas tautan tangan mereka, menggantinya dengan merangkul Zhang Hao, membuat si manis bersandar dibahu tegapnya. Jemarinya mengusap kepala Zhang Hao disusul kecupan ringan di pucuk kepalanya.

"I love you."

Tak ada balasan dari ungkapan cinta itu. Satu menit, dua menit dan menit berikutnya Hanbin masih menunggu jawaban.

"Kenapa tidak dijawab, hng?"

Detik berikutnya Zhang Hao menegakan kepala, menatap lekat sang dominan. Perlahan ia mengikis jarak hingga mendaratkan satu ciuman di pipi Hanbin.

"Apa itu cukup untuk membalas pernyataan klasik itu?"

Sejenak Hanbin mengalihkan perhatiannya pada Zhang Hao. Kedua netral itu beradu pandang saling mengunci satu sama lain. Untungnya kecepatan mobil ini sangat pelan dan jalanan didepan lenggang, jadi Hanbin bisa leluasa menatap Zhang Hao setidaknya untuk satu menit kedepan.

Just Love || BinHaoWhere stories live. Discover now