Ch 9

82 18 0
                                    

.

.

.

Menundukkan kepala, Jin Ling bersuara dengan lirih hingga tidak ada satupun yang mendengar apa yang baru saja dikatakannya. Untuk yang kedua kali, laki-laki itu mengulangi perkataannya tapi tetap saja tidak ada yang mendengarnya dengan jelas. Wei Wuxian dan yang lainnya hanya mendengar suara bergumam yang tidak jelas. Akhirnya, dia berteriak dengan menutup rapat matanya. Laki-laki itu sekuat tenaga menahan rasa malunya.

"Aku hanya iri dengan kalian!!" teriaknya lantang bahkan seisi gunung seakan bisa mendengar teriakannya. Burung-burung saja kabur saking terkejutnya, apalagi [Name] dan lainnya yang berada dekat dengan Jin Ling. Bahkan Lan Wangji sempat sedikit membelalakkan mata walaupun hanya sepersekian detik sampai tidak ada yang menyadarinya. Namun belum sempat [Name] dan lainnya menguasai diri mereka dari rasa terkejut, Jin Ling tiba-tiba pergi dari tempat latihan dan melesat entah kemana.

Tiba-tiba saja Wei Wuxian tertawa sangat keras sampai membuatnya membungkuk memegangi perutnya. Perhatian para junior yang masih kebingungan beralih ke arahnya dan menjadi semakin bingung dengan sikapnya yang random. Laki-laki itu baru berbicara setelah tawanya mereda.

"Ya ampun aku berasa kembali ke masa lalu. Lan Zhan, kau masih ingat kejadian saat dulu kita masih remaja, ayahnya berteriak dengan cara yang sama pada Shijie?"

"Hn," ujar Lan Wangji singkat. Ia memperhatikan ekspresi Wei Wuxian, khawatir jika laki-laki itu menunjukkan wajah sedih saat mengingat hal yang berhubungan dengan kakak seperguruannya. Dan benar saja, ada sirat mengenang di wajah Wei Wuxian.

Lan Wangji berdiri di depan Wei Wuxian kemudian tanpa ada yang menduga, ia menempelkan dua jari telunjuknya di kedua ujung bibir Wei Wuxian kemudian menariknya ke atas membentuk lengkungan.

"Senyum."

Wei Wuxian memandang Lan Wangji sejenak sebelum mengeluarkan tawa singkat dan memasang senyum terlebarnya dengan jari Lan Wangji yang masih menempel di wajahnya. Ia mengangkat tangannya kemudian mencubit pipi Lan Wangji. "Aku baik-baik saja asalkan bersamamu. Terima kasih."

Pada saat itu, ketiga junior sudah membalikkan badan mereka, membelakangi kedua senior yang sedang menggunakan waktu pribadi mereka. Meski pada kenyataannya tangan Lan Sizhui dan Lan Jingyi masing-masing merangkul pundak [Name] untuk membalikkan badannya menghadap ke arah yang sama dengan yang mereka berdua.uk membalikkan badannya bersama mereka, mengabaikan kebingungan di wajah gadis itu. Bahkan saat [Name] bertanya pada keduanya dengan nada berbisik, mereka hanya meletakkan jari di bibir dan mengisyaratkannya untuk tidak membahas lebih lanjut.

Jin Ling berlari entah sudah seberapa jauh saat kakinya berhenti di sebuah gua yang dekat dengan tebing. Ia pun memutuskan untuk masuk ke bagian terluar mulut gua. Mendudukkan dirinya di lantai gua yang dingin, laki-laki itu menyandarkan punggungnya di dinding gua sambil memikirkan suatu hal. Dengan mata terpejam, tidak ada yang tahu apa yang dipikirkannya. Namun kemudian alisnya perlahan berkerut dan semu merah muncul di wajahnya.

"Akhh aku tidak menyangka akan begini jadinya..." ucapnya sambil menutup wajahnya untuk menyembunyikan rasa malunya dari serangga gua.

Di tengah-tengah rasa malunya itu, Jin Ling tiba-tiba mendengar suara geraman kecil. Suara itu sangat samar sampai membuat Jin Ling meragukan apa yang didengarnya. Tapi saat kedua kalinya terdengar geraman yang sama, raut muka Jin Ling langsung menjadi serius dan sontak langsung berdiri dari lantai gua. Dengan tangannya yang bersiap di gagang pedang di pinggangnya, kakinya perlahan menyusuri lorong gua. Semakin ke dalam ia masuk, semakin gelap pula cahaya yang membuatnya cukup kesulitan memperhatikan sekitar. Ia pun menajamkan indra pendengarannya sambil memicingkan mata berusaha menangkap gambaran gua semaksimal mungkin.

Looks Like I Love You [Jin Ling × Reader]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora