22. Neviora's First Chapter [2]

9.3K 614 3
                                    

Happy reading...

{🎶Empty Space - Lim Seung Beom}

Hari pernikahan yang dijadwalkan untuk dilaksanakan di akhir musim semi kini tinggal menghitung hari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari pernikahan yang dijadwalkan untuk dilaksanakan di akhir musim semi kini tinggal menghitung hari. Viora yang semula hanya pergi ke istana sebanyak dua kali dalam seminggu, kini sudah mulai tinggal di istana. Ia sibuk belajar etiket yang sebelumnya tidak pernah ia pelajari, lalu ia juga mencoba banyak sekali gaun dan perhiasan.

"Hari-hari tanpa Mery terasa membosankan." Ia merindukan pelayannya itu.

Di sini hanya ada dayang-dayang istana yang wajahnya asing, namun Viora mencoba untuk tidak merengek.

Ia berjalan dari arah balkon, masuk ke dalam kamar tamu yang khusus disediakan untuk putri mahkota, calon Permaisuri. Kamar yang mewah ini sedikit lebih besar dari kamar tamu yang lain. Tak banyak perabotan yang berada di sini karena Neviora yakin ia tak akan tinggal lama di sini.

Sebelumnya, Mery telah menyiapkan semua keperluannya di dalam koper-koper yang ia bawa. Di antaranya adalah gaun dan sepatu kesayangan Viora semasa tinggal di kediaman Duke.

Duchess Merriegold sangat menyukai kegiatan merajut dan merancang sebuah gaun. Beliau akan membuat syal untuk anak-anaknya yang masih kecil setiap musim dingin akan tiba. Beliau juga kerap membuat sketsa gaun yang ingin sekali ia buat untuk putri tunggalnya. Sayang sekali, sebelum semua gaun rancangannya dibuat, Duchess sudah terlebih dahulu menghembuskan napas terakhirnya.

Viora membuka koper yang berisi benda-benda kesayangannya. Sebuah syal berwarna putih yang hangat berada di tangannya. Syal pertama dan terakhir yang ibunya rajut untuknya sebelum akhirnya sang ibu jatuh sakit.

Hanya sebentar waktu yang Viora miliki untuk berada dalam dekapan sang ibu. Dan itu membuat Viora iri pada kakak-kakaknya. Hanya sedikit benda berharga yang ia terima dari ibunya. Membuat Viora kesulitan dalam meluapkan rasa rindunya.

Dalam keheningan itu, Viora memeluk syal putihnya dengan erat. Ia hanya memejamkan matanya. Mencoba mengingat bagaimana rupa sang ibu.

Untung saja di rumah, terdapat lukisan mendiang Duchess yang bisa mengingatkan kembali bagaimana wajah ibunya. Namun karena sekarang ia tinggal di istana, sepertinya Viora akan kesulitan untuk melihat lukisan itu.

Viora meletakkan syalnya dan mengambil buku harian miliknya. Buku yang terlihat cukup tua, namun tidak usang. Buku yang dia pungut dari gudang saat ia masih kecil. Pada beberapa halaman pertama, terdapat tulisan tangan sang ibu. Viora sengaja merobeknya kemudian menyimpannya di tempat lain. Ia yang selanjutnya akan menggunakan buku harian itu.

The Empress Must Die [END] ✔️Where stories live. Discover now