67. SELAMAT ULANG TAHUN

150 17 5
                                    

Jangaann lupaaa votee, komen jugaa thankyouu❣️

Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa,
Aamiin<3

[Part ini lebih panjang dibanding biasanyaaa yaa]

HAPPY READING!

67. SELAMAT ULANG TAHUN

Pagi-pagi, senyuman manis milik seorang gadis di balkon rumahnya merekah menyambut sang mentari. Hari ini adalah hari kelahirannya. Pakaiannya sudah rapih, penampilannya pun cantik sebagai tanda ia menghargai hari berharga ini.

Eynara Aurellya.

17 tahun sudah ia menetap tinggal di bumi dengan banyaknya episode cerita yang berhasil dilalui. Di setiap tahunnya, kisah bahagia dan sedih hadir bergantian, terkadang bersamaan. Tak perlu menyalahi, hal itu sudah hukum alam, bukan?

"Semoga di tahun ini lebih banyak bahagianya," gumam Eynara penuh harap dengan memejamkan mata sejenak.

Sekitar 10 menit gadis itu berdiam diri menikmati semilir angin pagi, juga ditemani langit cerah yang seakan ikut merayakan ulang tahunnya. Setelahnya, Eynara melangkah masuk ke dalam kamarnya. Perhatiannya langsung tersemat pada ponsel miliknya yang terdapat suara notifikasi.

Namun, raut wajah Eynara yang awalnya sangat antusias, kini sedikit berkurang. Ia kira akan mendapat pesan dari Reval yang memberinya ucapan ulang tahun sebagai orang pertama. Ternyata belum ada. Tidak masalah, Eynara sama sekali tak merasa kecewa untuk itu.

"Mungkin Eval masih sibuk siap-siap sekolah," katanya sangat mewajarkan sebelum meletakkan kembali benda pipihnya tersebut.

Tok! Tok!

"Nara? Sudah bangun, Nak?"

Suara lembut milik Rena langsung Eynara respons dengan hal yang sama. Menimbulkan kehangatan dalam hatinya. Dengan tak sabar, Eynara hendak beringsut menemui mamanya itu. Namun, pintu kamarnya sudah dibuka lebih dulu.

"Selamat ulang tahun, Sayang!" ucap wanita paruh baya di ambang pintu begitu riang. Seutas senyum penuh arti disematkan untuk Eynara.

"Selamat pagi, Nara. Selamat ulang tahun," tambah Egi yang juga berada di sana. Netra coklatnya memandang teduh putri tunggalnya tersebut.

Perlahan air mata Eynara menetes tanpa diminta ketika telah berhadapan dengan kedua orang tuanya itu. Gejolak haru dalam dirinya tak dapat ia bendung. Terlebih ketika melihat kue tart di tangan kanan mamanya yang dihias indah dilengkapi lilin berbentuk angka 17.

Banyak harapan baik serta doa Eynara panjatkan dalam hati. Sebelum akhirnya api kecil di depannya itu padam akibat tiupannya.

"Makasih banyak, Mama," ungkap Eynara sambil menghamburkan dirinya ke dalam pelukan hangat Rena.

"Sama-sama, Nak. Sehat selalu, bahagia terus ya, Sayang," balas Rena teramat lembut dengan sebelah tangannya yang mengusap pelan punggung Eynara.

Posisi Eynara kembali seperti semula. Egi tak melepas pandangannya kepada putri satu-satunya itu yang akan tetap ia anggap anak kecil di matanya.

"Semakin bertambah umur, harus semakin tau, ya, Nara tentang menjaga kesehatan. Harus bisa mengerti keadaan dan diri sendiri," papar Egi.

Sebelum pria paruh baya tersebut melanjutkan penuturannya, Eynara sudah lebih dulu memeluk tubuh tegap papanya itu. "Makasih, Papa. Nara minta maaf karena Nara pernah egois ...." ucapnya bergetar.

Lantas Egi memberikan gelengan. Membalas pelukan Eynara tak kalah erat. "Setiap larangan Papa itu pasti yang terbaik untuk kamu, Nara. Nggak apa-apa, jangan merasa bersalah."

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang