68. AYUNAN

163 22 0
                                    

Jangaann lupaaa votee, komen jugaa thankyouu❣️

Semogaa makin suka sama cerita inii yaaa,
Aamiin<3

[Part ini lebih panjang dibanding biasanyaaa yaa]

HAPPY READING!

68. AYUNAN

Benar kata orang, pundak seseorang yang memang tinggal di hati, akan selalu menjadi sandaran ternyaman.

****

Perjalanan yang ditempuh selama kurang lebih 15 menit sangat Reval nikmati. Segala hal yang dilalui di sepanjang jalanan betul-betul ia rasakan dengan baik. Terlebih, sedang bersama seorang gadis yang sangat berharga untuknya. Begitu pula sebaliknya, Eynara sejak tadi dihujani perasaan sangat senang serta tidak sabar ingin tahu ke mana Reval akan membawanya sore ini. Hingga akhirnya perlahan Reval menghentikan laju motornya lantaran telah sampai di tujuannya.

Sementara itu, Eynara lantas memasang raut wajah bingung. Ia menatap bangunan rumah di depannya dengan sorot familier karena memang pernah ia datangi sebelumnya. Rumah milik Reval.

"Aku emang mau mampir ke rumah aku dulu kok, Na." Reval membuka suara terlebih dahulu. Seakan tahu bahwasanya Eynara tengah bertanya-tanya.

Gadis itu pun menoleh ke arah Reval, lalu mengangguk paham. "Kamu ada sesuatu yang ketinggalan, ya?" tanyanya.

Reval hanya tersenyum samar, tanpa menanggapi. Ia pun memilih langsung meraih tangan Eynara untuk digenggam—menuntun gadis itu masuk ke dalam rumah.

Ceklek!

"Maaf, ya, Na, aku bawa kamu ke rumah aku yang udah sepi kayak gini. Alhasil kamu dapat perlakuan yang nggak sebanding sama aku."

Eynara mengerjap sendu. Begitu pintu terbuka, kalimat dari Reval itu berhasil membuat hatinya mencelos, diiringi rasa tak setuju dengan hal tersebut. Meski, ia tak mengerti sepenuhnya.

"Perlakuan yang nggak sebanding?" beonya. "Maksud kamu apa, Eval? Aku ngerasa kamu lebih memperlakukan aku dengan baik." Eynara membantah.

Cowok itu terkekeh pelan dengan membalas tatapan Eynara. "Tiap kali aku ke datang ke rumah kamu, aku selalu dapat sambutan hangat, Na. Dari Pak Herman, kadang Bi Mina, terutama dari mama dan papa kamu."

"Sedangkan hari ini kamu datang ke rumah aku nggak dapat itu semua. Bunda dan ayah aku nggak ada, jadi kamu cuma dapat sepi," lanjut Reval miris seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumahnya. Rasa sesak kembali menyeruak di luar kendalinya.

Lantas Eynara mengeratkan genggaman tangannya dengan Reval, ia mengusap lengan cowok di sampingnya itu begitu lembut. Eynara juga berusaha tidak terbawa suasana, sehingga ia memilih mengulas senyumannya yang tertahan.

"Aku merasa aku juga dapat perlakuan yang sama kok, Val. Barusan bunda dan ayah kamu nyambut kita, bahkan aku disapa. Sangat akrab," ucapnya dengan maksud menguatkan Reval.

Terdiam sejenak, Reval membayangkan hal itu benar-benar terjadi. Walau rasanya, tidak mungkin. "Maaf, Na, aku nggak bermaksud buat kamu sedih di hari yang seharusnya kamu bahagia ini," tuturnya merasa bersalah.

"Nggak apa-apa, Eval. Kamu jangan sedih, biar aku juga nggak sedih." Eynara berkata. "Sekarang kamu ambil aja barang yang ketinggalan. Setelah itu kita berangkat biar nggak terlalu malam," ajaknya.

"Berangkat? Emangnya, kamu tau, Na, aku mau ajak kamu ke mana?" Reval bertanya iseng.

Gadis itu menggeleng lemah. "Tapi kata kamu, mau bawa aku ke sesuatu tempat sebagai hadiah ulang tahun aku."

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang