01

14 4 0
                                    

Alarm yang berdering membuat bising seisi ruangannya. Shaquilla masih memejamkan matanya saat hendak mematikan deringan alarm ponselnya. bangkit dari posisi tidurnya dan melirik jendela yang sudah menunjukkan warna matahari yang ramah. Meregangkan tubuh sembari tersenyum dan menyemangati dirinya untuk beraktivitas hari ini.

Ia berjalan menuju pintu dengan santai dan perasaan yang damai. Baru saja Shaquilla merasa damai, ia malah dikejutkan dengan sosok lelaki di hadapannya yang memakai masker wajah.

"Pagi," ujar Sakala sembari berjalan menuju kamar mandi. Shaquilla yang masih dengan ekspresi kagetnya langsung terburu buru untuk memakai kamar mandi duluan.

"Woy aktor!! Gue ada kelas jam 9!"

"Siapa cepat dia dapat!" setelah Sakala berteriak dari dalam kamar mandi, terdengarlah bunyi kucuran air yang menandakan lelaki tersebut akan mulai mandi.

"Rese. Kemaren kemaren hidup gue masih damai, gue ngelakuin kesalahan apa ya?" monolog Shaquilla sembari berjalan menuju dapur dengan kekesalan yang muncul di raut wajahnya.

Shaquilla membuat roti dan menuangkan jus yang berada di lemari pendingin. Setelah itu ia membuka tablet yang tergeletak di meja depan tv dan mencoba merevisi pekerjaannya yang belum selesai, sembari menunggu Sakala keluar dari mandi paginya. Ia merevisi naskahnya dan membaca materi perkuliahan yang akan ia pelajari hari ini.

Shaquilla beranjak dari posisi duduknya dan mulai kesal dengan Sakala yang hampir 45 menit berada di kamar mandi dan tidak ada tanda tanda keluar dari persemayamannya.

"Lo mandi apa main saham sih di kamar mandi?"

Lalu setelah itu, sosok Sakala keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepalanya, "kalo gue main saham di kamar mandi kenapa? masalah buat lo?" lalu ia menunjukkan ponselnya yang sedang berada di suatu aplikasi yang menunjukkan grafik grafik aneh menurut Shaquilla.

"Yaudah awas lo minggir. Mandi lo kayak anak gadis aja. Lama." ujar Shaquilla sebelum masuk ke dalam kamar mandi dengan membanting pintu. Sakala hanya terkekeh dan masuk ke dalam ruangannya.

-----

"Nih punya Shasa, ini punya lo Cerrr,"

Gadis yang disebut 'Cer' tidak terima lalu cemberut dan merengek, "Cellllll udah dibilangin berapa kali kalo nama gue itu C-H-E-R-R-Y. Bukan CERI!"

"Sama aja ah lo ribut mulu sama nama,"

Lalu gadis yang barusan memarahi Cherry memusatkan pandangan ke arah Shaquilla yang sibuk dengan ponselnya dan malah mengabaikan makanan di depannya. Celline merebut ponsel Shaquilla dan menyodorkan makanan yang sudah ia pesan untuk sahabatnya itu.

"Gak boleh ada ponsel di depan makanan, Sha," omel Celline yang membuat Shaquilla cemberut.

"Tapi nanggung cell,"

Celline menghela nafas dan meletakkan ponsel Shaquilla di tengah meja bersama ponselnya dan Cherry. Sudah menjadi kebiasaan mereka bertiga jika sedang makan, ponsel dilarang digunakan jika tidak ada yang penting.

Celline menyodorkan sendok ke arah Shaquilla, "kerjaan bisa diurus nanti, tapi laper lo gak bisa ditunda nanti nanti,"

Celline bukannya lebay, tapi peran dia sudah melebihi dari teman. Ia sudah bagaikan seorang mamah muda yang mengurus dua anak gadisnya yaitu Cherry dan Shaquilla. Sifatnya yang keibu ibuan itu memang sudah ada sejak mereka mulai berteman.

Akhirnya Shaquilla menyantap makanan di depannya karena ternyata benar kalo perutnya sudah meronta minta diisi. Salahnya sendiri sih tadi sarapan hanya memakan roti. Bukan, ini bukan salahnya. Ini salah lelaki itu yang malah asik di kamar mandi dan menyita waktu mandinya Shaquilla. Ah, jika dipikirkan lagi membuat ia kesal.

"Batagornya kepedesan, Sha? kalo kepedesan ini tuker aja sama yang punya gue," tanya Celline.

"Gak kok, aman cell," ujar Shaquilla sembari menunjukkan senyumnya. Ia menyuapkan batagornya dengan lahap ke dalam mulutnya sembari melihat sekeliling.

"Eh, Sha lo udah setor tugas ke prof. Farah? gue tebak sih lo belum," celetuk Cherry tiba tiba.

"CHERRRR GUE BENERAN LUPAAA," teriak Shaquilla tiba tiba yang membuat ia tersedak. Celline menyodorkan air mineral kepada Shaquilla.

"Udah kita bilangin Sha...mending kita tinggal bareng di apart gedenya Celline biar lo gak usah kerja buat bayar apart lo itu," ucap Cherry sembari menyeruput jus stroberinya.

Shaquilla menunduk. Kenapa ya ia dulu malah memilih menyewa apartemen? Shaquilla kira uangnya cukup untuk membayar sewa apartemen ke depannya setelah mendapat komisi dari novel novelnya yang telah terbit. Namun, kejadian yang tak pernah ia harapkan yaitu ibunya yang tiba tiba harus di operasi karena usus buntu nya itu terpaksa harus dibiayai oleh Shaquilla.

"Gue udah gak susah bayar apart gue kok. udah ada Sakala yang bay--" perkataan Shaquilla terpotong dibarengi dengan tangan yang akan menyuapi batagor berhenti. Tamat riwayatnya jika sahabatnya mengetahui hal tersebut.

"Gue cuma minta lo yang bayar apart ini sebesar 70% lah ya dan jangan pernah ganggu gue juga bikin berisik,"

"Itu aja? mau lo suruh gue yang bayarin apart sepenuhnya juga gak apa apa,"

"Sombong amat lu jadi cowok. Gue gak setega itu sama orang NUMPANG. Hati nurani gue masih berfungsi,"

Sakala malah tertawa mendengar ocehan Shaquilla. Lalu ia membawa kertas di hadapannya dan mulai menulis peraturan yang ingin ia tulis.

"Gue cuma pengen jangan sampe orang lain tau dan lo jangan sampe nyebarin gosip aneh tentang gue,"

Shaquilla mendecih, "kurang kerjaan banget gue nulis berita gosip tentang lo,"

"Soalnya nanti image gue bisa turun kalo ada satu gosip jelek," ujar Sakala sembari berlagak keren.

Shaquilla mengernyitkan mukanya, menandakan raut muka jijik dengan ucapan Sakala. Setelah Sakala menandatangani kertas putih tersebut dilanjutkan oleh Shaquilla, mereka berjabat tangan untuk menandakan peraturan tersebut telah mencapai kesepakatan finalnya.

"Hah? siapa yang bayarin?" tanya Cherry. Shaquilla berusaha menghindari tatapan sahabat sahabatnya.

"Siapa yang bayarin, Shaquilla?" tegas Celline. Shaquilla sudah merasa panas dingin dengan pertanyaan mereka. Mulutnya juga yang tak bisa di jaga. Saat sahabatnya masih penasaran dan Shaquilla yang sedang sibuk mencari alasan, ponsel Shaquilla berdering menunjukkan nomor ponsel tak dikenal. Biasanya ia tak akan mengangkat telepon dari seseorang yang tak dikenal, tapi demi mengeluarkan dirinya dari interogasi ini ia akan mengangkatnya dan beranjak dari bangku kantin.

"Gue pamit ya Cell, Cherr. Kayaknya itu nomor telepon dari penerbit. Bye bye kawan," ujar Shaquilla setelah kecup jauh dan melambaikan tangan pada sahabatnya.

"Shasa aneh hari ini," celetuk Celline sembari menyipitkan matanya.

"Tiap hari juga Shasa tuh aneh,"

Akhirnya Shaquilla bisa bernafas lega karena terhindar dari pertanyaan sahabatnya. Sebab sahabatnya itu jika belum menemukan jawaban mereka akan terus mendesak Shaquilla untuk menjawabnya. Ia melihat ponselnya dan memberanikan diri untuk mengangkat nomor telepon tak dikenal itu.

"Halo?"

"Sha, lo jangan marah dulu ya," ujar seseorang di telepon.

Shaquilla mengenal suara tersebut meski baru kemarin telinganya menyesuaikan. Ia dengan malas melanjutkan telfonnya karena mau bagaimanapun Sakala telah menyelamatkan dirinya.

"Apaan cepet,"

Sakala malah terdengar tertawa cemas, "dapur lo hampir kebakar,"

Saat itu juga Shaquilla mengenyahkan rasa terima kasihnya kepada Sakala dan bersiap memberi segala umpatan untuk sang aktor yang sudah mengacaukan harinya.

-----

11/09/2023

My Dear Actormate [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now