23

3 2 0
                                    

Saluran TV terus saja di ubah oleh Shaquilla. Ia menatap kosong televisi di depannya, seolah mencari-cari yang tak akan ia temukan. Cherry yang baru bangun tidur itu langsung melirik Shaquilla sebentar dan berjalan menuju Celline yang sedang di dapur.

Cherry baru saja akan meminum air yang ia bawa dari kulkas sebelum Celline merebutnya dan menggantinya dengan cangkir besar berisi air hangat. Cherry sudah tak kaget lagi sih. Celline memang dididik seperti itu oleh keluarganya. Untuk selalu rapi dan sehat, tidak seperti Shaquilla dan Cherry yang urakan.

Cherry meminum air hangat sembari memandang Shaquilla dari dapur, "Shasa masih kayak gitu dari kemarin?" tanya Cherry pada Celline yang sedang sibuk memotong bahan masakan yang akan menjadi sarapan mereka.

Tiba-tiba Shaquilla memberhentikan kegiatan mengubah ubah siaran TV dan berhenti di salah satu berita yang menunjukkan skandal Miguel dan Sakala, anaknya yang setelah sekian lama dibahas kembali. Parahnya adalah salah satu beritanya memperlihatkan foto Sakala dan dirinya yang diambil secara diam-diam.

Celline yang tadinya sibuk dan Cherry yang menikmati hangatnya air membasahi kerongkongannya, tiba-tiba berlari menghampiri Shaquilla dan berusaha mematikan siaran televisi. Cherry berhasil mematikan televisi tersebut dan Celline sudah bersiaga di samping Shaquilla. Ia membawa sahabatnya itu ke dalam dekapannya dari samping.

"Gue cuma mau komen satu hal, ya, Sha?" ujar Celline sembari melirik Shaquilla.

"Gue gak tau permasalahan awalnya kayak gimana, tapi kalo lo mau percaya sama media gue gak larang, kalo lo mau percaya sama Sakala juga gak apa-apa. Gue cuma mau bilang, lo percaya sama diri lo gak? Lo percaya sama diri lo gak kalo lo kuat dan lo gak melakukan sebuah kejahatan karena menjadi pacarnya seorang aktor terkenal?"

Shaquilla yang niatnya tidak akan menangis, malah kembali menangis di dekapan kedua sahabatnya. Cherry ikut memeluk Shaquilla dengan hati-hati.

"Gak ada yang salah dalam mencintai seseorang, Sha. Kadang kala kita harus merasakan sebuah sakit terlebih dahulu kalau ingin diperkuat rasanya," ucap Cherry yang membuat Shaquilla tiba-tiba tertawa dalam tangisnya.

"Gue geli deh denger lo sok bijak gitu, Cher," ucapan itu membuat Cherry melepaskan pelukannya dan menjauh dari Shaquilla. Pura-pura merajuk. Saat mereka sedang sedang menggoda Cherry, Cherry menghirup sebuah bau dari arah dapur.

"CELLLL MASAKANNYA!!" teriakan Cherry membuat Celline langsung berlari menuju dapur yang disusul oleh Cherry. Shaquilla dibuat tertawa oleh keributan yang terjadi di dapur.

Kekacauan di pagi hari ini, menyingkirkan perasaan kacau yang ada di dalam hati Shaquilla dari kemarin.

Shaquilla sangat berterima kasih kepada Cherry dan Celline yang sudah berusaha tak bertanya apa-apa padanya.

-----

Sakala mengetuk pelan pintu kaca di depannya. Setelah ada 3 kali mengetuk, ia membuka pintunya yang menunjukkan sang pimpinan sedang berdiri menatap bangunan dari kaca besar di belakangnya.

"Ulah apalagi kali ini, Sky," ujar sang atasan tanpa berbalik.

"Kali ini saya gak akan mengaku salah pak. Tekad saya kuat kali ini,"

Sang atasan berbalik dengan tawa yang terdengar, "punya tekad apa kamu memangnya?"

"Setelah selesai penayangan episode perdana series action ini, saya akan berhenti menjadi Sky dan melanjutkan kehidupan biasa sebagai Sakala,"

Sekali lagi sang atasan tertawa, "yakin dengan keputusan kamu?"

Sakala menyeringai, "saya sangat yakin. Saya juga sangat yakin kalau bapak adalah dalang dibalik semua skandal dan rumor tentang ayah saya dan saya,"

Sang atasan nampak terkejut sebelum berhasil mengontrol wajahnya. Ia sedikit gelisah dengan perkataan Sakala yang tiba-tiba tersebut.

Sakala bangkit dari duduknya dan mengitari meja atasannya untuk mendekati CEO agensi tempatnya berkarya, dan membisikkan sesuatu di telinganya,

"Kalau saya jatuh, berarti anda juga harus jatuh kan? Tapi anda akan jatuh lebih dalam dari saya karena anda sudah tidak ada lagi pegangan untuk bertahan," lalu Sakala keluar dari ruangan tersebut dengan santai dan menemui Haidar yang ia suruh tunggu di luar.

"Itu wajah lo belum dibersihin yang bener ya tadi?" tanya Haidar sembari mencoba menunjuk luka memar di ujung mata Sakala.

"Bang?! Sakit anjir," ujar Sakala sembari meringis.

Memang benar ia belum membersihkan lukanya, karena ia langsung pergi ke kantor agensinya untuk menemui sang atasan. Setelah tadi syuting dengan perasaan yang benar benar tak semangat karena sudah tiga hari ditinggal tiba-tiba oleh Shaquilla dan sang gadis yang memutus segala komunikasinya ia benar benar tak merasakan semangat untuk pergi kemanapun.

Saat sedang menikmati istirahatnya sembari membaca naskah tadi, Keandra datang dan duduk di sampingnya. Ia melirik Sakala yang sedang fokus dengan naskahnya lalu tertawa sebelum mengatakan kalimat yang membuat Sakala ingin menghajarnya sampai mampus.

"Ditinggalin sama ceweknya ya? Karma sih karena serakah jadi orang,"

Sakala bangkit dan langsung menarik kerah leher Keandra. Emosinya sudah diujung tanduk, ditambah wajah Keandra yang tengil membuat keinginan Sakala menghajarnya semakin tinggi.

Sakala melayangkan tinju pertamanya yang membuat Keandra tersungkur. Perkelahian pun terjadi tanpa ada yang mengetahuinya karena mereka berada di tenda istirahat.

Sakala berjongkok mendekati Keandra yang sudah lemas, "Gue gak pernah minta buat jadi serakah. Gue gak cuma menjalankan pekerjaan gue, selain itu CEO gue yang mutusin buat ngelakuin hal bejad kayak gini. Untuk Shaquilla, gue gak pernah minta-minta buat dicintai sama dia. Lo nya aja yang gak bisa dapetin hatinya Shaquilla, kurang gercep strategi lo, Kean," ia menyingkirkan debu yang ada di pundak Keandra.

Sakala berhenti di depan kain penutup, "oh iya, gue cuma mau memperingati lo. Lo kemarin nyari info dari Kania 'kan? Hati-hati skandal lo sebagai 'pemakai' juga tersebar sama dia. Kania, sang pembongkar rahasia,"

Perkataan Sakala cukup membuat Keandra gelisah. Ia langsung bangkit meski dengan tergopoh-gopoh, mencari ponselnya untuk menelpon Kania.

"Halo?"

"BRENGSEK KANIA!!"

Lalu tawa kemenangan terdengar di sebrang sana. Tawa gadis tersebut membuat Keandra makin naik pitam.

"Jangan marah dulu dong, Kean. Kalo lo marah sama gue, gue gak bakal segan segan nyebarin skandal lo dan mengahancurkan karir lo yang masih sebesar biji jagung,"

Keandra hanya bisa mengepalkan tangannya. Ia kalah telak. Sebenarnya ia kalah telak dari awal, karena dengan beraninya ia berusaha melawan Sakala Alvino yang ada apa-apanya dibanding dirinya yang tak ada apa-apanya.

-----

My Dear Actormate [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now