Bab 13

1.1K 101 3
                                    

Halo teman-teman, karena hari ini hari Natal dan liburan, aku kasih publish 2 bab baru, yaaa.. Selamat Natal buat yang merayakan, dan selamat liburan semuaaa..


***


Harga DOC dan pakan yang semakin melambung membuat manajemen MJN mesti memperbaharui kontrak harga yang mereka sodorkan kepada para plasma di chick in atau kedatangan ayam usia sehari ke kandang bulan depan. Dengan demikian, Air juga harus merevisi rumus yang dia gunakan untuk menghitung Rekap Hasil Plasma, data final yang berisi besaran keuntungan atau kerugian yang dialami plasma atau peternak yang bermitra dengan MJN.

"Jangan sampai salah, ya, Ir." Pak Galih meninggalkan dua lembar kontrak di atas meja Air, kemudian berpindah ke meja Yuna, menyerahkan selembar kertas pemberitahuan.

"Ini nomor telepon kantor Goldy. Mulai bulan depan, kita sudah pakai Goldy untuk DOC dan pakannya." Pria itu kemudian berbalik menuju pintu. Namun, tiba-tiba dia berbalik mengamati tim administrasinya satu per satu.

"Emm ... Ir, tolong bilang ke Puspa, pesan makanan untuk konsumsi meeting besok." Begitu selesai mengucapkan kalimatnya, Pak Galih keluar dari ruangan administrasi, kembali ke ruangannya sendiri.

Tanpa berlama-lama, Air meraih telepon warna hitam tanpa kabel, menekan tombol nomor ruangan Puspa di sebelah. Melaksanakan instruksi atasannya. Komunikasi dengan Puspa pun tak makan banyak waktu. Setelah Puspa mengiyakan informasinya, ia kembali memandang kolom-kolom di layar komputer. Namun, bukannya mulai tenggelam dalam lautan pekerjaan, pikiran Air malah gelayaran ke hal yang jauh dari tugasnya sebagai admin produksi.

Goldy.

Air menghela napas panjang kala menyadari kalau mulai sekarang dia akan dihantui lagi oleh Akar, meskipun belum tentu bertatap mata dengannya, setidaknya dia kini tahu kalau Goldy adalah perusahaan milik keluarga Akar, dan Akar sendiri adalah salah satu petinggi di sana. Air mungkin adalah orang dengan tanpa ambisi mengejar karier dan kekuasaan, tapi dia bukan orang yang diam saja ketika ada sesuatu mengganggunya saat bekerja. Kehadiran Akar dengan balutan soal pekerjaan bisa dibilang jadi semacam pemecah konsentrasinya, merongrong kewarasan dan ketidak-peduliannya terhadap banyak hal, kecuali tanggal gajian dan rencana PHK yang urung terlaksana. Air tidak bisa tenang. Setiap kali nama Goldy terucap dari−entah siapa pun−orang MJN, hatinya masih berdesir.

Perempuan itu menggeleng pelan, mencoba mengusir gundah masa silam dan mulai memfokuskan diri pada angka-angka di kartu recording di samping layar komputernya.

Lupakan, Ir. Lupakan.

"Ir, pulangnya mau bareng enggak? Aku mau nyusulin Kendra di rumahnya Mada." Puspa berdiri di pintu, menaik-naikkan alisnya sembari memutar-mutar kunci mobil di telunjuk tangan kiri.

"Nggak. Aku mau belanja dulu sama mau beli sepatu."

"Ke mal? Ke DP mal?"

Air mengangguk, kemudian mengemasi barang-barangnya yang masih berserakan di meja kerja. Dia memang mau meluangkan waktu untuk sejenak menyegarkan pikiran dengan berbelanja kebutuhannya. Dan seorang diri, enggan ditemani siapa pun.

"OK. Aku duluan, ya." Puspa melambaikan tangannya kemudian menghilang dari pandangan Air.

***

"Pa, Nami lapar." Nami menarik gandengan tangannya. Menunjuk restoran cepat saji yang menyediakan ayam goreng kesukaannya.

"Mau makan dulu?" Akar berjongkok, menatap wajah Nami yang memang begitu menampakkan keinginan untuk segera mengunyah ayam goreng tepung dan sundae stroberi.

Repeat, I Love You! (Tamat)Where stories live. Discover now