03

13.6K 1.6K 48
                                    

Semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan, tapi satu orang yang seharian ini nampak berbeda tak kunjung menampakkan dirinya membuat mereka bertanya-tanya, apa yang terjadi ?

"Agha, apa kamu tidak membangunkan Arsa saat akan turun ?" Tanya Raka menatap Agha.

"Aku sudah membangunkan nya, ku pikir dia akan langsung bangun dan turun seperti biasanya jadi aku meninggalkan nya" jelas Agha membuat Raka menghela nafasnya lelah.

"Biar papa panggil kalau begitu" ucap Mahen, saat akan bangun, Arsa sudah datang dan langsung duduk di samping Raka, satu-satunya bangku yang kosong.

Semua orang memperhatikan Arsa yang lagi-lagi hanya diam dan diam, Arsa seperti orang yang berbeda saat bangun dari koma nya.

"Arsa" Arsa menoleh pada Dhika.

"Sebelum makan Abang sudah memberikan obat yang memang khusus di minum sebelum makan, sudah di minum ?" Arsa nampak terdiam sesaat, tadi ia memang melihat tumpukan obat-obatan di atas meja nya tapi ia mengabaikan nya begitu saja.

Lagipula buat apa juga, ia hidup dengan 1 ginjal sekarang, ia pasti akan mati dengan cepat.

"Arsa ? Abang bicara dengan mu" ucap Dhika lagi saat Arsa tak merespon nya. Ia mengedarkan pandangan nya melihat semua orang tengah berfokus padanya termasuk Alea yang awalnya sibuk bermain ponsel juga ikut memperhatikannya.

"Untuk apa meminum obat nya, aku juga sebentar lagi akan mati" lirih Arsa pelan, sangat pelan seolah ia tengah berbisik, bagaimanapun juga Arsa merasa asing dengan suara lembut nya, seolah suara itu bukan miliknya jadi ia ragu untuk mengeluarkan suara indah itu.

Semua orang menegang, tercekat dengan ucapan Arsa yang berbeda.

"Arsa, jaga bicara mu ! Kenapa kamu jadi seperti ini ha !" Sentak Mahen menahan amarahnya, tangan nya terkepal erat di bawah meja, menatap tajam pada anak ketiga nya itu.

Sementara Arsa hanya melirik Mahen sekilas dan memilih untuk memalingkan wajahnya. Ia memilih pergi dari ruang makan meninggalkan aura aneh di ruangan itu, bahkan mengabaikan teriakan Mahen yang memanggil namanya.

Arsa kembali memasuki kamar nya, duduk di meja belajar dan mulai menggeledah apa saja yang ada di meja belajar nya, walaupun tak ada yang spesial.

Arsa menghela nafasnya pelan, ia merasa begitu lelah setelah berbicara dan berjalan, ia merasa nafasnya mulai tersenggal saat ia menaiki banyak anak tangga untuk sampai ke lantai 2.

Sementara di ruang makan, keadaan hening, tak ada suara sekecil apapun sejak penuturan Arsa yang tak terduga.

"Anak itu" geram Mahen, ia marah dengan ucapan anak ketiga nya itu, ada perasaan aneh dalam dirinya saat Arsa mengucapkan kata kematian dengan mudahnya, walaupun dulu ia sering mengatakan akan lebih baik Arsa mati agar ia tak terus membenci anak itu, tapi sekarang keadaanya berbeda, sejak terbangun dari koma nya Arsa berbeda, ada sesuatu dalam dirinya yang mengatakan jika Arsa akan semakin jauh dari genggaman nya.

Agha memilih pergi menyusul Arsa ke kamar nya, ia benar-benar tak nyaman dengan kondisi Abang nya itu.

Saat membuka pintu ia melihat Arsa yang duduk melamun di meja belajar nya, tatapan nya kosong, tak ada binar kehidupan dari sorot mata nya. Bola mata yang bewarna biru langit itu nampak muram dan tak seindah biasanya.

"Ab-" baru saja Agha ingin memanggil Arsa, Arsa sudah lebih dulu menoleh menatap nya membuat Agha tersentak kaget, entah kenapa ia begitu gugup di tatap oleh Arsa, padahal biasanya ia akan langsung emosi jika mereka saling bertatapan.

Arsa diam, membiarkan Agha mengatakan sesuatu, ia tak ingin lagi mengeluarkan suaranya, ia benci saat merasakan jika suara itu seperti bukan hak nya.

"Kamu.... berubah" ucap Agha pelan menatap Arsa dengan tatapan dalam nya, Arsa tak merespon, ia memilih untuk berjalan ke ranjang tidur nya dan tidur.

Nathan Or Arsa ?Where stories live. Discover now