09

14.5K 1.7K 69
                                    

Arsa sudah sadar 5 jam setelah ia di bawa ke rumah sakit, kepalanya di perban dan sedikit nyut-nyutan tapi tak masalah, ia masih bisa menahannya walaupun cukup menganggu.

"Arsa ?" Arsa menoleh melihat Agha yang datang membawa buah tangan.

Ia lalu duduk di kursi yang memang disediakan menggenggam lembut tangan kecil Abang nya.

"Kepala kamu masih sakit ?" Tanya Agha khawatir.

"Hmm sedikit" balas Arsa pelan.

"Ingin makan sesuatu ?" Tanya Agha lagi, ia mencoba untuk menghibur Arsa.

Bagaimanapun juga Agha dan Arsa adalah anak yang tidak mendapatkan sentuhan dari orang tua, bedanya Agha tak perduli dan Arsa yang terus mencari perhatian, melihat Arsa yang terus mengemis perhatian pada papa dan Abang-abang nya membuat Agha benci.

Pikir nya, kenapa Arsa harus mengemis kasih sayang dan cinta jika mereka sendiri yang mengabaikan nya.

Agha beberapa kali membentak dan meninggikan suaranya, mengatakan jika ia tidak akan pernah mendapatkan atensi dari Mahen dan kedua Abang nya. Tapi Arsa bebal, ia terus yakin jika suatu saat nanti Mahen dan kedua abangnya akan menyayangi ia dan Agha.

"Pentol ?" Balas Arsa setelah memikirkan apa yang ingin ia makan.

"Pentol ? Kamu yakin ?" Arsa mengangguk, matanya berbinar tak sabar ingin memakan makanan yang entah kenapa sangat ingin ia makan.

"Aku akan membelinya" saat Agha ingin membuka pintu, seseorang sudah lebih dulu membuka nya.

Rose dan Alea masuk begitu saja membuat Agha menggeram marah dan Arsa yang hanya diam memperhatikan, siapa wanita tua ini ?

Agha langsung berdiri di hadapan Arsa untuk melindungi Abang nya jika Rose berbuat nekat, karena tidak ada anggota yang lain disini, Radhika sedang ada pasien, Raka pulang ingin mengambil pakaian Arsa karena Arsa harus menginap 3 hari untuk melihat apakah luka Arsa nanti parah, sementara Mahen kembali ke kantor untuk membawa Alea pulang.

"Kenapa anda disini" ucap Agha menatap Rose datar sementara Rose justru menatap Agha angkuh.

"Jangan menatap ku begitu anak sial, kamu dan dia sama saja" balas Rose menahan Arsa tajam.

"Hei-"

"Arsa ! Dia punya nama !" Sentak Agha kesal menatap Rose geram.

"Kenapa kamu terus berteriak padaku !! Beginikah Karina mendidik mu !" Teriak Rose membuat Agha menegang, rahang nya mengeras, tangan nya mengepal kuat hingga kuku tangan nya memutih.

Arsa tak mengerti apa yang terjadi, tapi melihat Agha yang nampak ingin meledak, ia dengan inisiatif sendiri menggenggam tangan Agha lembut, mengelus nya pelan memberikan kenyaman untuk adiknya itu.

"Ibu ku meninggal karena obsesi gila mu nenek tua" desis Agha membuat Rose malah tersulut emosi nya.

"Apa kau bilang !! Dia saja yang lemah ! Baru melahirkan 4 anak sudah mati !! Seharusnya dia melahirkan anak perempuan terlebih dahulu baru mati !" Teriak Rose dengan mulut tajam nya membuat Agha semakin marah.

"Kau-"

"Agha sudah" suara lembut Arsa membuat Agha menoleh, tatapan nya masih tajam, wajahnya memerah karena amarah.

"Sudah cukup, kamu menganggu pasien yang lain" sambung Arsa tak lupa tersenyum hangat.

"Dia yang memulai nya, dia menghina mama" balas Agha mengadu, matanya justru memerah ingin menangis dan Arsa mengerti.

"Cih drama" nyinyir Rose.

Brakk.

Pintu terbuka dengan kasar, seseorang menendang pintu itu kuat membuat engsel nya terlepas satu.

Nathan Or Arsa ?Where stories live. Discover now