06

14.6K 1.7K 96
                                    

Arsa di bawa oleh Mahen ke kantor nya karena di rumah tidak ada siapapun yang menjaga Arsa, hanya ada para maid saja dan Arsa enggan bersama mereka.

Mahen tentu saja tidak bisa untuk tidak menyembunyikan kesenangan nya saat Arsa akan ke kantor nya yang otomatis Arsa akan bersama nya seharian ini.

Dalam perjalanan ke kantor nya, Mahen terus mencuri-curi pandang pada Arsa yang duduk di sebelah nya, tentu saja Arsa menyadari Mahen yang terus memperhatikan nya, ingin abai tapi ia mulai risih.

"Jangan menatap ku seperti itu, papa seperti orang mesum" celetuk Arsa tanpa menoleh membuat wajah tampan Mahen merah seketika karena ucapan Arsa.

Mahen gugup sendiri, ia hanya bergumam sebagai balasan nya dan kembali fokus pada jalanan.

"Eumm.. bagaimana dengan perut kamu Arsa ?" Tanya Mahen mencari pembahasan.

"Tidak baik" gumam Arsa pelan, Mahen mengernyit bingung karena suara Arsa tak begitu jelas.

"Kamu mengatakan sesuatu ?" Arsa menggeleng, ia menghela nafasnya panjang dan memilih untuk memejamkan matanya.

Tak lama mobil Mahen sampai di parkiran basement. Menoleh ke samping dan melihat Arsa yang tertidur pulas.

Mahen memperhatikan wajah anak ketiga nya itu lekat, dan baru sadar jika seiring bertambahnya usia Arsa semakin terlihat seperti wanita, wajah yang begitu manis dan cantik, rambut pirang nya yang sedikit bergelombang, bulu mata yang panjang dan lentik, hidung kecil yang menggemaskan dan bibir mungil yang bewarna pink alami itu. Oh jangan lupakan tahi lalat di hidung Arsa yang menambahkan kesan tersendiri.

"Arsa, papa gendong ya" ucap Mahen pelan.

Dengan perlahan ia mengangkat Arsa ala bridal style, ia juga sedikit berusaha membuat Arsa nyaman di gendongan nya.

Sesampainya di ruangan pribadi, Mahen segera membawa Arsa ke kamar yang ada di alam ruangan nya, tak lupa mengatur suhu ruangan dan melepas sepatu sertar atribut sekolah Arsa.

Mahen menatap Arsa dengan tatapan teduh nya, ia mengelus rambut Arsa begitu lembut.

"Maafkan papa Arsa..." ucap Mahen pelan.

Ia menunduk melihat perut Arsa lalu menyingkap sedikit seragam anak nya, melihat bekas jahitan di sana yang masih terlihat sangat jelas, dengan pelan ia mengelus bekas jahitan itu.

"Papa akan segera mencari pendonor untuk mu, dan... yang sebenarnya terjadi adalah papa tidak mengambil ginjal mu untuk Alea" kebenaran yang Mahen dan ketiga anak nya simpan akhirnya bisa ia ungkap walaupun Arsa tertidur pulas.

"Saat kamu dengan yakin ingin mendonorkan ginjal kamu untuk Alea dengan imbalan papa dan yang lain akan memberikan mu perhatian dan kasih sayang yang selama ini kamu inginkan. Saat Radhika memeriksa ginjal mu ternyata kamu tidak bisa mendonorkan nya untuk Alea, ginjal mu rusak Arsa" lirih Mahen di kalimat terakhir nya.

"Ada pembengkakan pada ginjal mu"

Mahen terus berceloteh dengan tangan yang terus mengelus bekas jahitan operasi milik Arsa.

"Papa terpaksa menyuruh Radhika untuk mengambil 1 ginjal mu itu padahal keduanya sudah rusak, papa tidak ingin kamu meninggalkan papa Arsa" maka detik itu juga air mata Mahen jatuh, ia menangis hingga membasahi perut Arsa namun Arsa nampak tak terganggu sama sekali.

"Papa masih ingin mendapatkan maaf dari mu atas perilaku bejat papa, papa terpaksa berbohong tentang semua ini agar kamu tidak bisa pergi kemanapun"

Benar, semuanya hanya sandiwara, Mahen melakukan sandiwara murahan ini agar Arsa bisa memaafkan kelakuan mereka di masa lalu, Mahen ingin menebus semua yang sudah ia lewati bersama Arsa.

Saat Radhika mendiagnosa Arsa memiliki ginjal yang rusak, maka saat itu juga ia mempikan istri nya membawa Arsa pergi jauh atas hukuman karena sudah membuat Arsa merasakan kejam nya dunia dan keluarga.

Mahen memohon ampun dalam mimpi nya, bersujud di hadapan sang istri yang senantiasa megandeng tangan Arsa, bersujud dan memohon agar di berikan kesempatan kedua untuk mendapatkan maaf dari Arsa dan menjalani hidup dari awal lagi.

Tapi entah kenapa, jiwa Nathan malah berada di raga Arsa, seharusnya jika sang istri mengizinkan ia untuk membawa kembali Arsa, bukankah seharusnya yang ada sekarang adalah Arsa dan bukan Nathan ?

Apa itu berarti Arsa yang memang tak ingin kembali dan meminta Nathan untuk menggantikan dirinya ?

Entahlah...

Mahen menghapus air mata nya, ia menggenggam erat tangan kecil Arsa dan mengecup nya beberapa kali.

"Ginjal yang ada pada Alea ? Dia dapat dari orang lain, bukan milik mu"

"Papa akan terus berusaha untuk mencari pendonor yang cocok untuk mu, tapi papa mohon bertahan lah sebentar lagi, walau dengan 1 ginjal yang sudah rusak, papa mohon sebentar lagi"

Raka yang berdiri di depan pintu sejak tadi hanya bisa menunduk mendengar penuturan Mahen, ia juga sedang berusaha untuk mencari pendonor untuk adik nya.

Raka tadinya akan memberikan berkas yang harus di tandantangani oleh Mahen, namun melihat keadaan Mahen yang sedang tidak baik ia memutuskan untuk menunggu saja.

Setelahnya Mahen keluar dan terkejut melihat anak sulung nya ada di dalam ruangan nya.

"Raka ada apa ?" Tanya Mahen dengan suara serak nya akibat menangis.

"Aku ingin memberikan ini" balas Raka menunjukkan berkas yang ia bawa.

"Kamu sudah mendapatkan apa yang papa minta ?" Tanya Mahen serius.

"Belum ada yang Cocok pa" balas Raka pelan membuat Mahen kembali mengangguk.

"Aku dengar terjadi sesuatu di sekolah" ucap Raka setelah keduanya lama terdiam.

"Arsa di hukum karena tidak memperhatikan pelajaran, ia berdiri begitu lama di depan kelas nya, lalu pingsan" jelas Mahen.

"Meraka harus segera di bersihkan, guru dan murid-murid nya" ucap Raka tegas.

"Papa serahkan pada mu, bersihkan semua guru yang menjadi ancaman, dan beri peringatan pada setiap murid untuk tidak berlaku seenak nya pada Arsa" Raka mengangguk mengerti.

"Bagaimana dengan Alea ? Ku lihat semakin hari dia semakin berbeda" ucap Raka lagi.

"Papa akan menyuruh Agha untuk mengurus Ale, jika dia bermasalah papa berharap ginjal nya bisa untuk Arsa walaupun ginjal Alea juga bukan miliknya"

"Satu ginjal yang ada pada Alea tidak cocok untuk Arsa pa, Radhika sudah mengecek nya" Mahen terdiam dan menunduk. Semakin hari ia semakin gusar dan gelisah jika menyangkut Arsa dan ginjal.

"Kalau begitu lakukan apapun untuk Arsa, utamakan Arsa di daftar donor ginjal di rumah sakit"

Raka mengangguk mengerti dan pamit untuk keluar.











______________________

Jeng jeng jeng~

Plot twist apakah ini 😌

Nathan Or Arsa ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang