Pemberangkatan

149 16 0
                                    


Setelah keberangakatan ayahnya dan hari semakin gelap. Noble langsung saja bergegas mengambil beberapa persedian makanan dari dalam gudang. Dirinya bahkan tak segan-segan membawa tiga buah roti besar untuk di masukan ke dalam tas slempang berukuran besar milik nya.

"Roti sudah, minum sudah, pisau sudah, ah baju pun sudah. Apalagi yang harus aku bawa?"

Oceh Noble pada dirinya sendiri.

Di rasa semuanya sudah lengkap. Noble langsung saja mengangkat tas besar miliknya untuk segera ia bawa.

"Berat sekali, padahal aku rasa barang bawaanku tidak sebanyak itu"

Keluhnya. Matanya menatap sekeliling.

"Aku harus menemukan kertas kosong dan juga tinta. Jika nanti ayah pulang dia tidak perlu lagi merepotkan Eugene. Aku akan menuliskan surat atas ke pergianku menuju pusat kota"

"Halo... apakah disini ada orang? Halo..."

Noble mengetuk pintu salah satu rumah warga penyewa kuda barang. Dirinya mengelilingi seluruh tempat dan juga peternakan, namun sialnya si pemilik kuda tak kunjung menunjukan batang hidung nya.

"Aneh sekali, mengapa tidak ada orang?"

"Halo... permisi, aku membutuhkan satu ekor kuda untuk aku sewa, apakah kau ada di dalam?"

"Halo—"

"Hey nak"

Ada suara seseorang di belakang nya.

Noble berbalik untuk melihat.

Dilihatnya pria tua yang sedang berada di hadapannya tengah memengang tali yang melintang di sekitar kepala hingga leher kuda.

"Kau membutuhkan seokar kuda bukan?"

Tanya pria itu.

Noble mengangguk.

Pria itu lantas memberikan tali kekang kuda pada telapak tangan Noble.

"Ambil ini, hanya ini kuda yang tersisa untuk kau tunggangi"

Ucap pria tua itu.

Noble menatap bingung pada pria di hadapannya.

"Memang nya ada apa paman? Kenapa hanya kuda ini yang bisa aku bawa?"

Tanya Noble.

Pria tua itu menunduk sedih, enggan untuk menjawab.

"Paman jawab aku, apa yang sedang terjadi? Kenapa hanya kuda ini yang bisa aku bawa? Paman—"

"Hey apakah kau tidak mengerti situasi? Lihatlah wajah ayahku yang terlihat sangat sedih, dasar tidak punya sopan santun."

Seorang pria muda muncul dengan cangkul dan juga beberapa lembar kain dari arah hutan di sebelah rumah si pria tua. Pria muda berambut ikal itu meletakan cangkul nya, lalu menepuk beberapa kali bahu orang yang bisa di ketahui adalah ayahnya.

"Lebih baik kau pergi saja sana, segera ambil kuda nya dan bayar kami secepatnya."

Ucap pria muda itu.

Noble tak enak hati untuk terus bertanya, tapi rasa penasarannya membunuh semua itu.

"Aku hanya ingin tau apa yang sedang terjadi, mengapa kamu bisa menjadi begitu galak pada orang yang baru saja kamu temui"

Kesal Noble.

Pria muda itu hendak membalas perkataan Noble. Namun sang ayah menghentikannya.

"Cukup Matthew, biarkan dia tau dengan apa yang telah terjadi di sini. Distrik selatan"

Matthew menghembuskan nafas tanda menyerah pada perkataan sang ayah.

Jari telunjuknya ia angkat beberapa kali pada Noble. Lalu menarik Noble menuju hutan tepat keluarnya sosok pemuda itu.

Noble hanya pasrah di tarik oleh si pemuda berambut ikal.

"Apa yang akan kita lakukan? Aku harus segera pergi menuju pusat kota kerajaan" keluh Noble.

Matthew, nama dari pria muda itu menghentikan langkahnya, lalu menatap Noble dalam.

"Untuk apa kau kesana?"

"Hanya ingin"

"Hanya ingin katamu?"

"Ya, memang nya kenapa?"

Pria dengan rambut ikal itu menggelengkan kepalanya.

"Tidak, ayo kemari sedikit lagi, akan ku ceritakan semua nya"

Noble mengikuti langkah Matthew lebih jauh ke dalam hutan, hanya bermodalkan lampu minyak, mereka berdua menerobos gelapnya malam.

"Kau bercanda, aku tidak mempercayainya"

Noble mendorong tubuh Matthew begitu saja, setelah mendengar ceritanya yang menurut Noble tidak masuk akal, membuat dirinya enggan untuk berdekat-dekatan bersama pria itu.

"Aku serius, asal kau tau. Semua kuda yang ayahku miliki mati dalam kurun waktu satu bulan, hanya tinggal tersisa tujuh kuda, dan keenam kuda yang lain sudah mulai melemah. Hanya tersisa satu kuda yang sehat, itupun kuda yang akan kau bawa nanti"

"Aku masih tidak mempercayainya."

Tolak Noble, dirinya menolak sadar dengan fakta yang baru saja di sampaikan oleh Matthew.

Matthew mendengus kasar. Lalu berbalik arah menuju jalan keluar dari dalam hutan.

"Jika kau tidak mempercai ceritaku maka itu adalah urusanmu, aku tidak peduli. Yang jelas kutukan berpuluh-puluh tahun itu muncul kembali. Aku tidak tau apa yang telah di sembunyikan raja selama ini sehingga dirinya membuat suatu kesalahan."

SERVANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang