09

12 3 0
                                    

"Btw itu Rigel lagi kecapekan atau emang ada sakit yang kambuh?" -Nisa.

"Gue juga gak tau, bisa aja karena dia beneran kecapekan, tapi bisa aja karena sakit dia kambuh" -Bisma.

"Wait... Maksud Abang, Rigel punya riwayat penyakit mematikan!?" Nisa tampak kaget, sedangkan Yuna sedikit melongo.

"Ya, Rigel punya riwayat penyakit leukimia" -Bisma.

"WTF?! Yang bener Bang?" -Nisa.

"Jangan jas kiding loh, Bang" -Yuna.

"Beneran lah! Yakali gue bohong. Jangan bilang lo berdua gak di kasih tau?" -Bisma.

"Emang enggak!" Jawab Yuna dan Nisa serentak.

"Hadehh" -Bisma.

"Tapi Bang, gue masih gak nyangka banget..." -Yuna.

"Bener, plot twist tentang Rigel banyak banget" -Nisa.

Bisma menghela nafas dan berkata "Ini gue mau bawa Rigel ke RS, lo berdua mending balik lagi aja ke kelas. Jangan bolos atau jadiin Rigel sebagai alasan kalian gak ikut pembelajaran!".

"Ta–" Ucapan Nisa terpotong.

"Sssstttttt! Jangan banyak omong, balik ke kelas kalian. Percayain Rigel sama gue dan lo juga harus percaya sama Rigel" Potong Bisma yang kini sedang menggendong Rigel ala bridal style.

"Tapi gue khawatir sama Rigel! Dan kenapa Abang motong-motong omongan orang lain?!" -Nisa.

"Sa, udah. Gapapa, percaya sama Bang Bisma dan Rigel. Ayo kita balik ke kelas lagi" Ucap Yuna sambil menyeret Nisa untuk pergi kembali ke kelasnya lagi.

...

Sepertinya langit sedang bersedih lagi, karena cuaca hari ini tampak mendung dan ada sedikit gemuruh petir di atas sana.

Bisma sedang duduk di kursi sambil menatap dalam ke arah Rigel dan tidak lupa ia menggenggam tangan Rigel erat-erat, seakan menyalurkan sebuah kekuatan.

Sebenarnya Bisma paling tidak suka jika harus datang ke Rumah Sakit karena jika ia ke tempat itu ia akan kembali mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu yang membuat ia memiliki trauma yang mendalam.

Bisma tak suka sekali jika melihat perempuannya itu sakit sampai harus berbaring di ranjang RS, di rawat inap dan di pasangi alat-alat medis yang terlihat sedikit menyeramkan. Jujur, ia tak tega saat melihat tubuh mungil Rigel harus tertidur di atas ranjang RS dan di pasangi alat-alat yang banyak itu.

"Cepet bangun ya cill. Kamu gak kasian apa sama, Mas? Mas khawatir banget sama kamu" -Bisma.

"Jangan nyerah dulu ya? Nanti kalau kamu gak ada, Mas gimana?" -Bisma.

Tak lama kemudian dokter yang sebelumnya sudah memeriksa keadaan Rigel pun datang dan mengajak Bisma untuk berbicara empat mata saja.

"Permisi Mas Bisma, bisa bicara sebentar?" -Dokter.

"Bisa, dok" -Bisma.

Bisma dan dokter pun keluar dari ruang inap Rigel dan berbicara empat mata.

"Jadi ini mengenai kondisi Mbak Rigel" -Dokter.

Aku, Kamu dan Jogja (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang