Suka?

7.7K 490 22
                                    

Semenjak berjauhan dengan Aliyah, Rania malas ke kampus. Memang sejak semester pertama, dia sudah jenuh dan malas karena tak terlalu bersemangat dengan rencana masa depannya setelah masa kuliahnya selesai. Retaknya pertemannya dengan Aliyah hanya menjadi salah satu yang membuatnya semakin merasa berada di jurusan yang salah.

Meskipun dia mampu menempuh perkuliahan dengan baik dan nilainya pun tak buruk-buruk sekali bahkan cukup bagus, tapi tetap saja, dia masih tak menerima bahwa dia harus belajar di prodi Pendidikan Biologi. Hatinya belum rela akan kenyataan itu walaupun sudah memasuki semester 5.

Seperti hari ini, dia menghindari kelas dan memilih mampir ke kedai kopi milik adik dari ayahnya.

"Tumben ke sini, Rania. Gak ada kelas?" tanya Sukma sambil menyesap kopinya.

Rania tampak murung. "Aku lagi bolos kelas, Tante. Aku gak ada semangat aja buat masuk kelas."

Wanita paruh baya dengan hijab lebar itu tersenyum tipis. "Susah ya kalau kita disuruh suka sama apa yang gak kita inginkan?"

Rania menoleh menatap tantenya itu dengan sedikit terkejut. Dia tak menyangka reaksi Sukma akan setenang itu ketika dia jujur.

"Tante juga dulu kayak kamu, Ran. Disuruh masuk jurusan pilihan orang tua dan jadi seperti yang orang tua mau. Jadinya tante habisin bertahun-tahun untuk berdamai dengan diri sendiri dan bersikap ridha terhadap apa yang tante jalani. Rasanya gak nyaman dan gak menyenangkan sama sekali. Ya ... tapi semua udah terjadi, ambil hikmahnya aja sih. Semenjak tante punya anak, tante gak mau lagi setir anak tante harus jadi apa dan milih jurusan apa. Tugas tante hanya mendoakan dan berusaha mengarahkan, perkara anaknya mau gimana, itu tergantung pilihannya. Intinya anak itu harus bahagia, kan?"

Sukma memang anggota keluarga besar yang cukup berbeda. Dulunya dia sama seperti anggota keluarga yang lain. Masuk fakultas pendidikan dan terpaksa menjadi guru lantaran meneruskan tradisi keluarga. Tak dapat menikahi pria pilihannya dan berakhir dengan seorang pria berprofesi guru yang digadang-gadang akan menjadi contoh atau teladan dalam rumah tangganya.

Rupanya suaminya itu melakukan KDRT dan berselingkuh dengan banyak wanita. Sukma berusaha mencari solusi dengan bercerita pada orang tuanya tentang opsi bercerai, tapi dia tetap disuruh mempertahankan pernikahannya yang bak neraka untuknya itu. Orang tuanya beralasan jika dia bercerai akan mempermalukan keluarga, lantaran perceraian hampir tak pernah terjadi dalam sejarah keluarga besar mereka.

Alhasil dia berusaha menjalani pernikahannya, berusaha meyakinkan kepada dirinya bahwa suaminya akan berubah, berusaha menjadi istri yang jauh lebih baik lagi, tapi itu tidak cukup bagi suaminya. Hidupnya semakin sengsara. Suaminya manipulatif dan menggunakan teknik mempermainkan mentalnya yang membuatnya merasa seakan-akan dia yang bersalah dalam keadaan itu dan dia yang tak cukup baik sebagai istri, sehingga kejahatan perselingkuhan dan KDRT itu terjadi. Keberadaan kedua anaknya juga menjadi alasan dia harus mempertahankan pernikahannya meskipun dia tak bahagia.

Beruntung dia memiliki seorang rekan kerja penyintas KDRT yang tidak menghakiminya, tapi memilih membantu memulihkan mentalnya terlebih dahulu. Setelah berkonsultasi dan mempertimbangkan dengan matang, dia memberanikan diri untuk meminta bercerai.

Dua tahun kemudian saat keuangannya sudah cukup stabil, dia membuka bisnis lembaga les sesuai minatnya untuk berbisnis. Usahanya berkembang pesat yang membuatnya dapat pensiun dini dari pekerjaannya sebagai guru dan fokus membesarkan kedua putranya.

Rania ingat perkataan Sukma dalam acara keluarga yang seolah menghakimi keputusannya, "Anggota keluarga seharusnya memandang kita berharga dan menginginkan kebahagiaan kita, bukan untuk memuaskan egonya semata."

Sukma mungkin adalah orang paling berani dalam keluarga, karena berani menentukan sikap dan mengambil keputusannya sendiri sebagai manusia yang merdeka. Dia tak pernah memutuskan silaturahim, tapi masih banyak anggota keluarganya yang masih tak menerima keputusannya dan kerap menjadikannya sebagai contoh yang buruk dalam rumah tangga dan karier.

VS Mr. Killer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang