The End

10.1K 403 60
                                    

"Saya terima nikahnya dan kawinnya, Rania Aulia Reta binti Darmawan Majid dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Harits dengan lantang sambil tetap menjabat tangan Darmawan.

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah."
"Sah."

Rania yang berada di balik hijab itu memeluk Kinta dengan erat. Dia tak menyangka, setelah masa menunggu yang cukup lama, namanya akhirnya disebut seorang pria dalam sebuah ucapan kabul.

"Selamat Raniaku sayang ...." Kinta menitikkan air mata.

Hanin dan Asma pun ikut memeluknya dengan erat.

"Selamat datang dalam dunia pernikahan, Sayang." Asma telah memberitahukan kepada Rania, bahwa pernikahan itu berarti menghadapi realita. Ibadah terlama yang banyak tantangannya. Tapi dia tak perlu khawatir hanya karena banyak pernikahan orang lain yang berada di ujung tanduk, karena nyatanya, pernikahan itu sangat indah ketika dijalani dengan orang yang tepat dan yang paling penting, dijalani dengan takwa.

"Menikahlah dengan cara yang benar dan niat karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, biar Allah Ta'ala yang berkahi, menolong, menjaga cinta kalian di dunia dan akhirat." Nasehat Asma yang masih terngiang di benak Rania.

Hanin mendoakan adiknya dengan sebuah doa yang disunnahkan,

"بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

"Semoga Allah memberkahimu di waktu bahagia dan memberkahimu di waktu susah, serta semoga Allah mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan." (HR. Abu Dawud no. 2130)

"Selamat tinggal, Rania," batin Awan yang hadir hari itu dan menatap Harits dari kejauhan. Sosok pria yang akhirnya mendampingi gadis yang sempat memiliki kisah manis dengannya.

Harits lulusan Belanda.

Sangat cerdas.

Pengacara muda.

Jauh lebih tampan dari dirinya.

Jauh lebih kaya darinya.

Memiliki adab dan akhlak yang jauh lebih baik darinya.

Penghafal Al-Qur'an dan paham agama yang tak terlalu diketahuinya.

Awan menyaksikan sendiri, bahwa Rania mendapatkan pria yang jauh lebih darinya setelah memutuskan hubungan pacaran mereka.

Pertemuan pertama Awan dan Rania saat gadis itu masih SMA.

Pertemuan kedua mereka saat Rania mahasiswa dan mereka menjalin hubungan sebelum berakhir begitu saja.

Pertemuan ketiga mereka saat Rania menjadi pegawai Kemendikbudristek RI yang tengah bertugas.

Pertemuan keempat mereka saat keduanya benar-benar menganggapnya sebagai perpisahan.

Pertemuan kelima, Awan harus menghadiri pernikahan Rania untuk benar-benar menyadarkannya, bahwa gadis itu telah melanjutkan hidupnya dan tak ingin dibayangi oleh masa lalu. Rania selesai dengan diri dan masa lalunya sebelum menerima orang baru dalam hidupnya.

Awan belajar banyak hal dari kisah mereka, bahwa pada akhirnya tak ada yang benar-benar tahu dengan siapa dia akan berakhir. Hubungan pacaran yang lama pun tak menjamin apa pun.

"Kisah asmara indah, tak selalu berujung akad," batin Awan.

Seromantis apa pun mereka memaknai kisah lama mereka, pada masanya nanti, itu hanya akan tetap tinggal di belakang sebagai masa lalu. Sebagai pembelajaran berarti yang tak akan pernah terulang kembali.

VS Mr. Killer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang