37 ~ Finally, Love 🤍

30.9K 1.5K 362
                                    

Daren meniupi tangannya sendiri, ia gugup! Padahal dari semalam ia tidak bisa tidur, ia menghafalkan ijab qabul berkali-kali. Sebenarnya memang bisa dengan membaca kertas yang ditulis, tetapi menurut Daren itu kurang berkesan saja. Ia ingin Hilma berkesan dengan ijab qabulnya yang ia baca dengan mengingatnya.

Pintu kamar hotelnya yang terbuka membuat Daren sedikit menggeser tubuhnya agar dapat melihat orang yang masuk. Papa kandung Hilma, lelaki berkewarganegaraan Jepang itu tersenyum menatapnya.

"Kamu sangat tampan dengan baju itu."

Daren menatap bayangan dirinya di depan cermin yang memang ada di depannya. "Stelle akan menyukainya?"

Lelaki itu tertawa dan duduk di sebelah Daren. "Tanpa saya menjawab, kamu pasti sudah tau jawabannya."

"Anda sudah melihat Stelle?"

Ryan mengangguk, Mr. Wilson itu terlihat menatapnya sambil berkaca-kaca. "Dia benar-benar cantik. Dia sepertinya ibunya saat saya menikahi ibunya. Aura wajahnya begitu indah sehingga saya dan mommy nya menangis di hadapannya. Daren, terima kasih. Terima kasih saat itu kamu yang membawa Stelle hadir untuk menjadi utusan perusahaan kalian. Terima kasih saat itu kamu meyakinkan Stelle untuk mau tes DNA. Walaupun kami tidak membesarkannya dan hanya tau di akhir-akhir ini, kami sangat bersyukur kami masih bisa melihat putri pertama kami menikah dengan orang sebaik kamu."

Daren tersenyum, ia menggenggam tangan lelaki yang tidak bisa menjadi wali nikahnya itu karena adanya perbedaan diantara mereka. "Saya berterima kepada anda juga karena anda tidak lelah mencari putri anda. Saya akan menjaga Stelle dengan baik, itu janji saya kepada anda, keluarga saya, dan tentunya saya sendiri. Jangan mengingat-ingat masa lalu yang kelam karena anda sekarang dan selamanya sudah bisa berhubungan lagi dengan Stelle."

"Ya, terima kasih Daren."

Pintu kamar hotel yang terbuka lagi disusul dengan suara yang memanggilnya membuat Daren sadar, sudah waktunya. "Bang?"

"Iya, pa."

"Besan, jangan menangis."

Daren tertawa sambil mengusap sudut matanya mendengar ucapan papanya itu. Kedua lelaki itu berpelukan, seperti menguatkan satu sama lainnya.

Tubuhnya yang tiba-tiba dipeluk papanya membuat Daren mengigit bibirnya, ia tidak boleh menangis. "Apapun yang pernah abang lalui di hubungan abang sama Hilma, papa ucapin terima kasih karena akhirnya kalian berdua memilih jalan halal ini. Makasih udah jadi lelaki gentle, makasih udah bertahan sama hubungan yang papa tau gak mudah untuk abang sama Hilma. Abang harus bisa jadi kepala keluarga yang baik oke. Semarah apapun sama istri, jangan pernah main tangan, seks juga jangan kasar. Kalau abang marah mending abang keluar dari rumah dulu untuk nenangin pikiran."

"Iya, pa."

Pelukannya yang sudah dilepas membuat Daren sedikit menarik ingusnya. Tepukan di kedua bahunya membuat Daren menarik nafas panjang, ia sudah siap menjalani hari-hari indah maupun buruk bersama Hilma Aurestelle, gadis tercintanya.

***

Daren menggigit bibir bawahnya, menahan tangis lagi, tapi ternyata untuk kali ini tidak bisa ia tahan karena gadisnya sangat cantik! Seratus kali lipat cantik dan indahnya saat ini! Ya Allah, ya Allah, Daren mau pingsan tapi ia belum ijab qabul.

Tepukan di pahanya membuat Daren menatap kesal Denand yang menahan tawanya. "Diem lo," bisik Daren sinis. Daren lalu melirik sang papa dan lelaki itu terlihat mengangguk. "Gak papa nangis aja, tanda kamu bersyukur."

Daren mengangguk, Denand dan papanya menjadi saksi nikahnya. Dari pihak Hilma, tidak ada yang bisa menjadi saksi nikah. Daren menatap Hilma yang sudah sampai di dekatnya. Gadisnya lalu duduk di sampingnya dengan kebaya putih dan rok batik coklatnya. Ia merengek dalam hari, ingin rasanya ia memeluk Hilma langsung dan menciummi gadis itu sambil mengatakan bahwa gadisnya super duper cantik. Daren tidak kuat, ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Hilma dan berbisik, "Cantik, cantik, cantik banget. You look so beautifull in white, you're so gergous, love."

My DarenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang